Trubus.id–Terung jepang menjadi salah satu komoditas ekspor. Menurut petani terung jepang di Kecamatan Palasah, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat, Endang Suryana eksportir menghendaki warna terung harus hitam dan mulus.
“Jika lebih dari 4 bulan warna terung memudar sehingga tak hitam lagi,” tutur Endang. Baca juga Pasar Ekspor Terung Jepang.
Faisal Amru Zamian Hardillah juga menanam terung jepang. Pekebun di Desa Bojong, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah, itu menanam 10.000 nasubi di lahan 0,7—1 ha.
Dari jumlah tanaman itu, ia memanen 5—6 ton nasubi. “Idealnya satu tanaman menghasilkan 1 kg buah atau total 10 ton. Setelah disortir, yang lolos sekitar 5—6 ton,” kata Amru. Ia meraup omzet Rp25 juta—Rp33 juta per musim tanam (2—4 bulan).
Menurut Endang hingga saat ini prospek terung jepang masih cerah. Selama ini belum ada perubahan harga dan masih menguntungkan. “Seandainya saya mampu panen hingga 100 karung (setara 4 ton, red) per hari pun diterima perusahaan eksportir,” kata Endang.
Menurut Manajer Budidaya PT Indowooyang, Putut Prastowo, sampai saat ini terung jepang sangat prospektif. “Pembeli selalu menunggu pasokan dari Indonesia,” kata Putut.
Ia menuturkan kebutuhan pembeli saat ini mencapai 1.000 ton finish product per pembeli setiap tahun. Jumlah itu setara 1.700 ton bahan baku.
Saat ini perusahaan yang mulai ekspor terung jepang sejak 2015 itu memiliki 3 pembeli utama khusus terung jepang. “Kebutuhan itu belum terpenuhi,” kata Putut.
Kapasitas produksi Indowooyang baru 5 ton per hari. Jumlah itu hanya cukup untuk satu pembeli. Artinya, masih ada 2 pembeli yang belum bisa terpenuhi secara kontinu. Selama ini pasokan datang dari petani mitra di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Syarat terung jepang yang diterima perusahaan yakni tidak ada biji tua, warna kulit hitam pekat, kulit mulus, diameter buah minimal 3 cm, dan daging tidak keras.
Kendala budi daya
Dibalik manisnya berniaga nasubi, para pekebun mengalami kendala. “Salah satu permasalahan saat ini yaitu hama dan penyakit,” ujar Amru. Ketika memasuki umur tanaman 2—3 bulan, pekebun mesti waspada serangan penyakit Phytophthora sp., bulai, dan layu fusarium.
Phytophthora sp.menyebabkan buah tidak mulus. Sementara penyakit bulai membuat buah mengeras. Adapun layu fusarium menyebabkan buah busuk.
Menurut Putut petani harus disiplin pada tiga aspek jika penanaman terung jepang di kebun dengan ketinggian tempat lebih dari 500 m di atas permukaan laut (m dpl).
Ketiga aspek itu yakni penggunaan pestisida, pemberian pupuk yang cukup, dan rutin melakukan pemangkasan (pruning). Dengan langkah itu diharapkan mengurangi dampak buruk serangan hama dan penyakit.