Friday, September 29, 2023

Kunci Keberhasilan Petani Jagung pada Musim Kemarau

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—  Ifan Puryahna menuai 8—10 ton jagung dari lahan 0,7 ha. Hasil itu terbilang optimal karena lazimnya panen di lahan sama paling banter 6 ton. Peningkatan hasil panen berarti bertambah pula pendapatan bagi petani jagung manis di Desa Kedawon, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, itu.

Ia merawat intensif jagung agar hasil panen tetap optimal saat kemarau. Bahkan, Ifan membuat saluran irigasi khusus selebar 50 cm dan panjang menyesuaikan lahan. Harap mafhum saat kemarau pasokan air irigasi terbatas.

“Sekitar 15% dari luas lahan harus dibuat jalur irigasi untuk efisiensi pengairan,” kata Ifan.

Ia menggunakan pupuk kotoran kambing dan sapi sebagai pupuk dasar sumber nutrisi tanaman dengan perbandingan 1:1. Kebutuhan kedua pupuk itu 400 kg per 1.000 m². Nutrisi untuk jagung berupa 100 kg Urea dan ZA per 1.000 m2 dengan perbandingan 40% Urea dan 60% ZA.

Sumber nutrisi lain berupa 30 kg pupuk NPK majemuk agar pertumbuhan tanaman kian maksimal. Aplikasi ketiga pupuk kimia itu bersamaan saat tanaman berumur 10 hari, 25 hari, dan 35 hari setelah tanam (hst).

Ifan mengatakan, sebetulnya jagung komoditas tepat saat musim kemarau. Keunggulan lain jagung manis adaptif di dataran rendah dan panen relatif singkat, hanya 70 hari.

Petani jagung di Desa Menampu, Kecamatan Gumukmas, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur, Abu Bakar, pun memiliki strategi untuk menyambut musim kemarau. Ia menanam jagung lebih rapat berjarak tanam 70 cm x 20 cm.

Adapun jarak tanam saat musim hujan 80 cm x 30 cm. Tujuannya meminimalisir kelembapan antartanaman sehingga serangan cendawan pun berkurang. “Pengaturan jarak tanam juga memengaruhi hasil panen,” kata pria berumur 49 tahun itu.

Ia menghasilkan 7—8 ton pipil kering per ha saat musim hujan. Sementara saat musim kemarau hasil panen meningkat menjadi 10—11 ton pipil kering per ha. Sebagai petani jagung, Yudha Sugara Atvend, S.H. di Kelurahan Sukosari, Kecamatan Sukosari, Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur, pun memperhatikan musim dan iklim untuk budidaya jagung.

Pada 2022 ia menanam jagung pada September dan panen pada Desember. Sementara itu pada 2023 curah hujan di Bondowoso masih tinggi. “Ditakutkan bibit busuk jika dipaksa tetap tanam,” kata Yudha yang mengelola lahan berketinggian 500—700 meter di atas permukaan laut.

Yudha merendam benih jagung dalam fungisida berbahan aktif dimetomorf 50% dan fenamidon 504,1 g per l. Dengan cara itu benih terhindar dari serangan serangga dan terhindar dari penyakit bulai (Peronosclerospora maydis).

- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Top Working Solusi Optimalkan Produksi Durian

Trubus.id— Juanto kecewa lantaran buah perdana dari pohon durian (Durio zibethinus) di kebunnya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Rasa buah...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img