Kura–kura albino langka berharga Rp65 juta per ekor.
Trubus — Julukannya amat panjang, caramel pink albino red eared slider. Caramel pink merujuk pada warna karapaks yang krem hingga cokelat keemasan. Red ear slider (RES) jenis kura–kura brasil. Sosok kura-kura albino itu khas, kulit dominan putih, di dekat mata bergurat merah muda. Bagian pinggir bola matanya gelap, iris berwarna biru, dan pupil berwarna merah. “Warna seperti itu tergolong langka,” tutur Armansari, pehobi dan penangkar kura-kura albino.
Menurut Armansari warna seperti itu hasil perkawinan silang kura-kura brasil albino melalui pembiakan selektif hingga mendapatkan pola warna yang indah. “Namun, sangat jarang yang menghasilkan warna caramel pink albino,” kata pehobi di Jelambar, Jakarta Barat, itu. Karena kelangkaannya itu Arman rela merogoh kocek hingga US$5.000 setara Rp65 juta (kurs US$1 = Rp13.000) per ekor.
Sensitif dan rentan
Harga beli kura-kura setara uang muka rumah itu bukan untuk reptil dewasa. Arman membeli anakan caramel pink albino berukuran 3—4 cm di Singapura pada 2014. Ketika itu, Armansari memborong hingga 12 ekor, tapi hanya 9 ekor yang bertahan hidup. Pada awal Juni 2017, Armansari membeli 2 ekor lagi caramel pink albino jantan berukuran 7–8 cm dari Singapura dengan harga total Rp110 juta.
Saat dewasa, harga jual caramel pink albino berlipat-lipat. Armansari menjual indukan caramel pink albino betina ukuran 22 cm Rp300 juta ke Singapura dan Amerika Serikat. Selain caramel pink albino, Arman dan istrinya, Elis Nur Hayati, juga memelihara 112 ekor kura-kura brasil albino. Menurut Elis, reptil bernama latin Scripta elegans itu dikatakan albino jika karapaks dan plastron berwarna kuning keemasan dan bola mata berwarna merah.
Jika mata kura-kura itu hitam, tidak dikatakan albino sempurna. Sebutan kura-kura itu baru tahap leucistic. Meski tidak selangka caramel pink albino, red ear slider albino juga salah satu varian yang tergolong langka di antara 16 jenis kura-kura brasil lainnya. Mereka jarang terlihat di alam bebas. Sebab, kondisi fisik kura-kura albino amat rentan dan sensitif terhadap cahaya kuat.
Ahli reptil dari Universitas Gadjah Mada, drh. Slamet Rahardjo, M.P.H., menyatakan albino terjadi karena kelainan bawaan yang disebut hipopigmentasi. Kelainan itu menyebabkan kurangnya pigmen melanin pada mata, kulit, dan rambut. Kura-kura albino bisa terjadi karena mutasi genetik secara alami atau karena keturunan. Sifat albino terpaut dalam gen resesif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan keturunan kura–kura albino induk jantan dan betina juga harus albino, atau kedua induk membawa gen albino (normat het albino).
Menurut Slamet kura-kura brasil albino salah satu di antara kura–kura yang jenis kelaminnya ditentukan oleh suhu ketika menetas. Meski mengalami kelainan, tubuh kura-kura brasil albino dapat tumbuh seperti kura-kura brasil normal. Ukuran kura-kura jantan bisa mencapai 10—15 cm dan betina 20—40 cm. Untuk menentukan jenis kelamin dapat dilihat dari bentuk fisik.
RES jantan memiliki tubuh lebih kecil, cakar kaki depan lebih panjang, dan memiliki kloaka (lubang anus) yang lokasinya lebih dekat dengan pangkal ekor. Adapun kura-kura betina cenderung lebih bongsor, dengan cakar dan ekor yang pendek. Selain untuk koleksi, Arman juga menjual RES albino koleksinya dengan harga Rp5 juta–Rp6 juta ukuran 3–4 cm dan Rp12,5 juta–Rp15 juta per ekor jika berukuran 8–10 cm.
Leher panjang
Selain RES albino, Arman juga mempunyai kura–kura leher panjang Chelodina palkeri leucistic. Menurut Arman kura-kura itu mengalami kelainan gen sehingga kulit menjadi putih bersih, tempurung kekuningan, tetapi bola mata masih hitam. Kura-kura leher panjang normal berwarna kulit gelap seperti hitam, cokelat, atau abu–abu. Menurut Arman kura–kura itu disebut leher panjang karena perbandingan panjang leher dan tubuh 1:1.
“Kura-kura leher panjang juga kerap disebut kura-kura berleher ular,” kata Arman. Ketika merasa terancam, eastern long neck thurtle itu memancarkan bau berupa cairan dari kelenjar insutri. Ia lalu membengkokan kepalanya ke samping, kemudian menarik kepalanya ke dalam tempurung. Arman menuturkan, habitat asli kura-kura leher panjang di Papua. “Kura-kura leher panjang termasuk reptil yang dilindungi di Indonesia,” kata Arman.
Sarjana Manajemen Informatika alumnus Universitas Bina Nusantara, itu memperoleh kura-kura leher panjang leucistic dari hasil tangkaran rekannya di Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Arman memelihara kura-kura leher panjang leucistic itu dalam kolam sejak 2007. (Marietta Ramadhani)