Trubus.id — Kuliner belut memiliki cita rasa yang lezat. Tak hanya lezat, bagi pembudidaya, belut menjadi sumber penghasilan yang menguntungkan. Hady Fahrensyah, pembudidaya belut meraup omzet puluhan juta rupiah.
Pembudidaya di Desa Nagakisar, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdangbedagai, Sumatra Utara, itu memiliki 161 kolam yang terdiri atas 12 kolam indukan berukuran 8 m × 3 m dan kolam pembesaran berukuran 2 × 3 m dan 3 × 1 m.
Kolam indukan berisi sekitar 300 belut, sedangkan 500 belut menghuni kolam pembesaran. Hasil panen setiap kolam pembesaran sekitar 18 kg belut. Total, Hady menghasilkan 2 ton belut per bulan.
Ia menjual belut ukuran konsumsi (1 kg isi 3 belut) seharga Rp63.000–Rp65.000 sehingga mendapatkan omzet Rp2 juta saban hari setara Rp60 juta per bulan. Namun, kapasitas produksi itu masih sangat jauh dari permintaan pasar yang mencapai 800 kg–1.000 kg belut per pekan.
Hady juga menjual benih belut beragam ukuran. Harga benih dengan isi 200–230 ekor per kg mencapai Rp220.000, isi 150–200 ekor per kg Rp180.000, dan isi 100–110 ekor per kg Rp140.000.
“Saya menjual belut ke pasar tradisional di beberapa kota dan kabupaten di Sumatra Utara seperti Medan, Deliserdang, Pematangsiantar, dan Serdangbedagai,” kata pria berumur 23 tahun itu.
Salah satu kiat sukses Hady berbisnis belut adalah kolam budidaya yang dirancang menyerupai habitat asli belut. Ia menggunakan lumpur terfermentasi selama 6–12 bulan. Selain itu, ia memperhatikan betul derajat keasaman dan amonia lumpur.
Sebelum memasukkan benih, ia menambahkan 1–2 sendok makan garam di kolam pembesaran. Selanjutnya, ia mengisi air ke dalam kolam dan mendiamkannya 3 hari. Jika pH air belum netral, Hady kerap menambahkan daun pisang atau ketapang kering dalam kolam.
Untuk meningkatkan bobot belut lebih cepat, ia memberikan pakan berupa ikan air tawar atau air laut. Menurut Hady, pemberian ikan segar lebih mempercepat pertumbuhan belut dibanding pelet.
Kolam pembesaran mendapatkan 0,5 kg ikan segar, sedangkan untuk kolam pemijahan sebanyak 0,8–1 kg ikan per hari. Selain ikan, kecebong dan rebon juga diberikan sebagai pakan tambahan.
Belut merupakan salah satu hewan yang menyukai tempat lembap, khususnya ketika bertelur. Oleh karena itu, Hady membuat inovasi di kolam indukan sehingga belut tetap bertelur meski musim kemarau tanpa hujan.
Ia membuat hujan buatan menggunakan kincir yang disambungkan dengan pompa air. Hady menggunakan bantuan dinamo untuk menggerakkan kincir air yang diletakkan di antara 2 kolam indukan. Total, terdapat 6 buah kincir air yang digunakan untuk menjaga kelembapan kolam indukan selama musim kemarau.
Kini, Hady memiliki 123 mitra yang tersebar di Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Jambi.
“Setiap mitra memiliki 6–10 kolam pembesaran dan menghasilkan 12–15 kg belut per kolam setiap masa panen,” kata pria kelahiran Serdangbedagai itu.
Meski budidaya belut miliknya berkembang pesat, tantangan bisnis selalu muncul pada bidang penjualan dan pemasaran. Kadang, beberapa pesaing bisnis menjelekkan bisnis belut milik Hady. Namun, hal itu tidak menjadi halangan Hady untuk terus mengembangkan bisnis belut.