Konsumsi lemak mengurangi kelebihan bobot tubuh.
Berbobot tubuh 117 kg membuat Prasetyo Albertus kesulitan beraktivitas. Mobilitasnya terbatas dan mudah lelah meski baru beraktivitas sebentar. Itulah sebabnya Prasetyo berupaya menurunkan bobot tubuh. Pria kelahiran 11 September 1981 itu pun sadar sejak lama menganut pola konsumsi tidak sehat. Ia akhirnya menerapkan diet ketogenik sejak Oktober 2016. Ia memangkas asupan karbohidrat secara ekstrem dan mengonsumsi makanan tinggi protein dan lemak.
Pria asal Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa tengah itu kini lebih banyak menyantap telur rebus, daging berlemak, atau gulai ayam. Pria 36 tahun itu mengonsumsi semua penganan itu tanpa nasi. Selain itu ia juga mengonsumsi minyak kelapa murni (virgin coconut oil, VCO), keju, kacang almon, dan avokad. “Setiap hari saya bisa menghabiskan sekilogram avokad,” tutur Prasetyo.
Tekanan darah normal
Upaya Prasetyo mengurangi bobot tubuh menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada bulan pertama menjalani diet ketogenik itu, bobotnya menyusut 4 kg. “Tidak terlalu signifikan memang tapi hasilnya cukup memuaskan. Perlahan tapi pasti,” ujarnya. Hal itu berlanjut dan pada Maret 2018 bobotnya menjadi 86 kg. Pria yang bekerja di sebuah perusahaan di Jepang itu berhasil menghilangkan 31 kg bobot tubuhnya.
Selain bobot tubuh, Prasetyo juga memiliki masalah pada tekanan darah. Tekanan darah alumnus sebuah universitas di Tokyo, Jepang, itu mencapai 210/175 mmHg sebelum menjalani diet keto. Saat menjalani diet keto pada bulan ke-5, yakni pada Maret 2018, ia mengecek kembali tekanan darahnya. Hasilnya tensi berubah normal menjadi 116/75 mmHg. “Saat itu saya sudah tidak konsumsi obat selama 5 bulan,” ujarnya.
Jenifer Bella merasakan pengalaman serupa. Selama hampir 17 hari perempuan di Cibubur, Jakarta Timur, itu hanya mengonsumsi protein dan lemak hewani dari ikan. Diet keto begitu menantang baginya. Hal itu karena ia harus mengubah kebiasaan pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. “Sebelumnya saya suka memasak pasta empat kali dalam seminggu dan itu bukan sajian kecil,” ujar perempuan 30 tahun itu.
Setelah melakukan diet ketogenik selama sebulan, hasilnya lingkar pinggang ibu 1 anak itu berkurang dari 80 cm menjadi 74 cm. Bobot tubuh Jenifer pun turun 9 kg, semula 75 kg. Staminanya membaik dan tidak lesu atau mudah mengantuk. Saat menjalani diet lemak itu, Jenifer mengonsumsi makanan berbahan baku daging atau telur yang disajikan dengan santan. Frekuensi konsumsi 3 kali sehari. Makanan untuk diet keto 80% lemak hewani.
Sumber karbohidrat berupa sayuran hijau, santan, dan kacang-kacangan. Adapun sumber serat berupa rumput laut, buah avokad, kelapa, keripik kulit, dan agar-agar sebagai camilan. Pelaku diet ketogenik tidak mengonsumsi nasi. Mereka dapat mengonsumsi daging kelapa, santan, kelapa parut, dan minyak kelapa. Jenifer memilih VCO. Ketika mengawali diet, ia mengonsumsi satu sendok makan VCO tiap 3 jam sekali.
Cadangan karbohidrat
Menurut pelaku diet ketogenik sejak Oktober 2016, Bobby Halim, karbohidrat menghasilkan glukosa jika sudah masuk dalam tubuh. Metode diet ketogenik mengurangi asupan karbohidrat pada tubuh. Sifat gula mudah sekali berubah sehingga menyumbat aliran darah dalam tubuh. Sebagian besar orang selalu berada dalam keadaan glukosis, artinya membakar glukosa dari karbohidrat untuk mendapatkan energi.
Bobby Halim mengatakan, metode diet keto cara baik untuk menurunkan bobot tubuh pada penderita obesitas dengan efek samping kelelahan yang minimal. “Diet keto memiliki konsep sederhana dengan mengeliminasi satu golongan makanan (karbohidrat) dan mudah memahaminya,” ujar Bobby yang bobotnya berkurang 35 kg setelah menerapkan diet ketogenik dalam 45 hari. Kini bobot tubuhnya 65 kg, semula mencapai 100 kg.
Ia mendapatkan bobot tubuh ideal selama 6 bulan. Turun bobot badan hanyalah bonus yang saya dapatkan,” tutur pria 36 tahun itu. Semula anggota Komunitas Ketogenik Indonesia itu mengalami masalah dalam tubuhnya seperti buang air besar tidak lancar, keringat selalu mengalir dari tubuhnya, serta sulit tidur pada malam hari. Selama ini muncul pemahaman bahwa lemak menyebabkan penyakit kolesterol. Penyakit kolesterol timbul bukan karena banyak mengonsumsi lemak. Namun, penyakit itu muncul karena jumlah sumber kolesterol dan karbohidrat yang dikonsumsi terlalu besar.
Menurut Jenifer disiplin adalah salah satu bagian tersulit dari diet keto. Terutama mengatur pola makan. Menurut konsultan nutrisi di Kebonjeruk, Jakarta Barat, Sarri Hartono, M.Sc. C.Ht, dalam diet ketogenik, 77—90% kebutuhan kalori harian dipenuhi dari lemak, 6—20% dari protein, dan asupan karbohidrat maksimal 5%. Minimnya asupan karbohidrat itu memaksa tubuh memanfaatkan cadangan karbohidrat.
Saat cadangan karbohidrat terkuras, hati akan memecah lemak menjadi asam lemak berbentuk keton sebagai sumber energi. Ia mengingatkan bahwa tubuh manusia membutuhkan asupan karbohidrat, protein, lemak dan mineral yang cukup dan berimbang. Tubuh sehat memerlukan asupan bahan-bahan itu.
Bila komponen itu terpenuhi maka tubuh sehat, tapi kalau berlebih maka akan menumpuk dalam tubuh dan dapat mengganggu kesehatan. Sayang, tidak semua pelaku diet ketogenik melakoninya secara disiplin. Sebagian menerapkan diet ketogenik sembarangan dan hanya menekankan rendah karbohidrat. Padahal, volume dan kualitas asupan lemak serta protein mesti menjadi perhatian. (Tiffani Dias Anggraeni)