Monday, September 9, 2024

Leonard: Manuver Apik Berbuah Mahkota Juara

Rekomendasi
- Advertisement -

Dalam lomba di lapangan udara Sulaiman, Soreang, Bandung, peraih gelar tercepat 2002—2003 itu terbang meninggalkan lawan-lawannya. Di babak fi nal, merpati andalan Ching Sen asal Bandung itu melibas Kelana Laser milik Suyitno. Piala bergengsi Sulaiman Cup VII direngkuh setelah setahun silam lepas ke tangan Bondan, jawara asal Solo, Jawa Tengah.

Jam menunjukkan pukul 17.45. Langit di atas lapangan udara Sulaiman tampak gelap. Di sana terlihat 2 siluet bersayap berkejaran di bingkai rona merah lembayung senja hari. Leonard dan Kelana Laser—2 merpati balap langganan juara—berpacu sebagai yang terbaik.

Di tengah patek—lingkaran dari pelek sepeda yang ditanam di tanah untuk pijakan joki—Opik joki Leonard bergeming. Tangan kanannya menggenggam merpati betina sebagai klepekan—pemancing pejantan. Di sampingnya, Dokar, joki Kelana Laser memasang posisi serupa. Keduanya tampak tenang di tengah sorotanratusan mata penonton yang memadati lapangan. Tak ada suara yang terdengar Semua diam dan tegang. Hanya satu yang ditunggu, kedatangan burung

Memasuki 500 m menuju garis akhir, 2 titik hitam melesat di angkasa. Spontan kedua joki berteriak memecah keheningan. Secepat kilat 2 merpati balap yang sedang beradu cepat terbang susul-menyusul ke arah joki. Tiba-tiba Leonard membuat manuver dengan menukik ke bawah. Kelana Laser yang berada di sisi kiri tidak menduga gerakan lawannya. Aksi apik itu membuat Leonard masuk 2 detik lebih cepat ke “pelukan” Opik. Kelana Laser menyusul kemudian hinggap di telapak Dokar.

Sorak-sorai penonton dibarengi tepuk tangan membahana di seantero lapangan. Mereka mengelu-elukan ketangguhan Leonard. “Hebat sekali burung itu. Sejak awal tak terkalahkan. Rasanya puas bisa melihat pertandingan yang spektakulerini,” kata salah satu penonton memujiLeonard.

Pesimis

Pantas saja gelar burung tercepat direngkuh burung ring V&R itu. Sejak babak awal hingga ke-5 Leonard selalu unggul. Dengan mudah ia mempecundangi lawan-lawannya. Baru saat memasuki putaran ke-6 burung asal Bandung itu berjuang keras agar lolos ke babak selanjutnya. Lawan-lawannya, 20 merpati terpilih, tidak bisa dianggap remeh. Mereka rata-rata sudah berprestasi di berbagai lomba.

Tampil pertama kali diterbangkan di babak ke-6, Leonard harus menghadapi Macan Kemayoran dari Jakarta. Kali ini, lawan tandingnya tampil prima. Sayang, Macan Kemayoran njeblos—lolos dari tangan joki. Begitu menang, Leonard dihadang Embun Sari Alam yang sebelumnya menang atas Kristal. Namun, burung asal Bangkalan, Madura, yang diprediksi sebagai jawara itu pun harus bertekuk lutut melawan Leonard.

Di babak ke-8 burung tersisa 5 ekor: Leonard, Kelana Laser, Lacak, Robinhood, dan Kiani. Lantaran ganjil, salah satu burung mendapat bye. Kali ini keberuntungan berpihak pada Kelana Laser yang mendapat jatah istirahat. Sementara Leonard harus menundukkan Lacak milik Erick dari Bandung sebelum lolos ke babak perempat fi nal. Di pertarungan lain, Robinhood andalan Ache Sumantri asal Bandung mengalahkan Kiani milik H Ido dari Jakarta.

Di semifinal, dewi fortuna kembali jatuh ke Kelana Laser. Ia melenggang ke fi nal tanpa bertarung. Sebaliknya Leonard bertanding melawan Kiani. “Dengan 2 kali istirahat, Kelana Laser bisa menyimpan tenaga untuk fi nal. Saya pesimis Leonard mampu terbang sempurna. Burung itu sudah capek,” kata Ching Sen sebelum babak puncak.

Ternyata dugaan pemilik Leonard Bird Farm itu meleset. Leonard membuktikan diri sebagai burung tangguh. Bertarung menghadapi lawan-lawan tangguh justru membuat penampilannya kian mantap. Kemenangan di final itu melengkapi seabrek prestasi yang sudah diperoleh merpati kelabu itu. Pantas, bila anugerah merpati tercepat direbut untuk kedua kalinya.

Bangga

Kekalahan Kelana Laser atas Leonard harus diterima Suyitno—sang pemilik. “Kelana Laser baru 2 tahun. Prestasi di lomba pun baru menanjak. Masuk ke babak fi nal saja sudah syukur,” ucap pemilik Katulistiwa Bird Farm itu. Bagi pengusaha hotel berbintang di Bandung itu prestasi ternakan Holik dari Surabaya itu menjadi pengobat 16 burung lain yang gagal di putaran awal.

Dengan kemenangan Leonard, pupus sudah harapan H Ido untuk mengorbitkan Kiani sebagai juara. Burung ternakan Lepung asal Jakarta itu harus puas di urutan ke-3. Hal sama dialami Ache Sumantri yang mengunggulkan Robinhood. Burung ring Mitra itu menempati urutan ke-4, disusul Lacak milik Erick.

Meski tidak mendapat takhta juara tertinggi, Kiki Hoki asal Bandung puas atas prestasi Pandawa dan Embun Alam Sari. Kedua andalannya mampu menorehkan prestasi di peringkat ke-6 dan ke-7. “Tidak sia-sia banting setir dari ocehan ke merpati balap. Kalau menang bisa lebih bersemangat, nih,” kata hobiis burung berkicau itu sembari menenteng piala.

Di even nasional yang rutin digelar setiap tahun itu, gelar juara pun diincar Fadri Hendrawan asal Bandar Lampung. Pengusaha hotel di Bumi Ruwai Jurai itu menurunkan Sri Gunting. Sayang, burung yang sudah malang melintang di lomba itu kalah di putaran awal.

Angin balik

Di tengah ingar-bingar pada kemenangan, berembus kabar kekecewaan peserta atas kinerja panitia. Di babakbabak awal butuh waktu lama untuk menerbangkan burung. “Kalau begini terus, lomba tidak bisa tuntas,” kata salah peserta dari Jakarta.

Untungnya, panitia segera sigap dengan menurunkan tenaga tambahan. Namun, masalah lain muncul. Cuaca di lapangan Sulaiman kurang mendukung lomba. “Selain mendung, angin berembus searah terbang burung. Pengalaman sebelumnya banyak burung terbang mutarmutar. Kemungkinan hilang cukup besar,” kata Ache Sumantri, ketua panitia.

Meski begitu lomba bertajuk Sulaiman Cup VII di lapangan udara Sulaiman, Soreang, Bandung, itu sukses. Sebanyak 400 peserta datang dari berbagai kota di Surabaya, Madura, Yogyakarta, Semarang, Tasikmalaya, Sumedang, Pekalongan, Pemalang, Lampung, dan Medan. Target jumlah peserta pun tercapai. “Yang jelas kontes ini lebih banyak dan meriah dibanding setahun silam,” kata Ache mengakhiri pembicaraan. (Nyuwan SB)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Melalui Edukasi dan Promosi, Komunitas Acteavist Indonesia Aktif Kenalkan Teh ke Generasi Muda

Trubus.id–Komunitas Acteavist Indonesia aktif memperkenalkan teh ke generasi milenial melalui edukasi dan promosi.  Salah satu penggagas Acteavist Indonesia, Cakra...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img