Ia menyerang pucuk daun hingga menjadi keriting dan meninggalkan karat di pangkal buah. Tingkat kerusakan 60%. Bila saja pekebun itu memanfaatkan predator Amblysius cucumeris dan kawan-kawan, mungkin kerugian bisa ditekan.
Nama Amblysius cucumeris boleh jadi masih asing di telinga. Harap mafhum, predator itu bukan warga asli, mereka pendatang dari Belanda. Keampuhannya menangkal gayangan thrips, aphid, dan spider mite sudah teruji. Yang membuktikan adalah PT Rolas Industry Agro Nusantara (RIAN), produsen beragam sayuran di Gunung Ijen, Bondowoso, Jawa Timur.
Perusahaan yang berdiri pada 2000 itu melepas predator dalam greenhouse yang ditanami paprika spartacus dan goldfl ame. “Efektivitasnya mencapai 90%,” kata Direktur Operasional RIAN, Jost van der Knaap. Pengamatan langsung pada tanaman tetap dilakukan secara intensif. Hasil pemantauan digunakan untuk evaluasi, sehingga dapat diambil tindakan tepat. Misalnya, jika serangan parah, jumlah predator yang dilepas ditingkatkan menjadi 10 ekor per m2. Berikut predator bersosok liliput yang ampuh menjaga buah lonceng.
Amblysius cucumeris
Tungau itu predator alami bagi thrips. Ia aktif mencari mangsa berupa larva fase pertama musuh. Tanpa ragu larva “balita” itu diisap hingga kering. Dalam sehari ia mampu memangsa 4—6 larva dan seekor larva fase kedua. Telur berwarna putih transparan biasanya diletakkan di tulang daun sisi bawah.
Saat muda serangga berkaki 8 itu berwarna putih transparan, bentuk oval. Tungau siap pacaran dan menjadi dewasa saat berumur 6—9 hari. Sekarang ia lebih mudah dikenali. Sosok terlihat seperti tetes air berwarna merah muda hingga cokelat muda. Kedewasaannya bertahan hingga 23 hari. Dalam perkembangan dari telur menjadi dewasa ia memerlukan suhu 25ºC. Keluarga tungau tak mengenal KB, hingga seekor betina sekali bertelur 47 butir. Tungau ini tidak mengalami diapause dan dapat diinfestasi walau tanpa ada mangsa. Sebagai pengganti, ia akan menyantap polen paprika.
Orius laevigatus
Di mata thrips, Orius dicap kejam. Bukan apa-apa ia menggunakan stilet untuk mengisap cairan thrips dan larva. Hebatnya ia terbilang rakus. Dalam sehari mampu memangsa 22 thrips dewasa. Bila santapan lezat itu habis bukan masalah. Mereka mempertahankan hidup dengan serbuk kayu. Orius sejatinya dapat ditempatkan pada seluruh tanaman. Kepik dewasa biasanya terdapat di bunga; telur, di tunas atau daun.
Ketika memasuki fase muda, Orius berwarna kuning dengan bercak jingga. Bila dewasa, menjadi kutu predator berwarna abu-abu, putih, cokelat. Dua pekan berselang ia akan dewasa. Sekali bertelur menghasilkan 120 telur.
Coccinellidae
Pakan favorit kumbang kubah itu aphid, salah satu hama paprika. Seekor Coccinellidae melahap 20 aphid sehari. Kumbang dewasa menghasilkan 10 telur. Telur berwarna jingga, berbentuk bujur sangkar, dan berkelompok di bawah daun. Fase muda berupa larva hitam dengan bercak jingga kekuningan.
Ia bersalin diri menjadi kepompong berwarna hitam, putih, dan jingga. Ketika beranjak dewasa (30 hari setelah telur dengan suhu 20ºC) berubah menjadi kumbang koksi berwarna cokelat-jingga. Terdapat bercak hitam bergaris putih di perisai kepala. Usia dewasa sampai 2 bulan.
Aphidius ervii
Ia merupakan parasit yang berada di sekitar koloni aphid. Serangga dewasa bakal menumpang bertelur di tubuh aphid. Larvanya berkembang di dalam tubuh aphid hingga dewasa. Apa boleh buat, karena terus dirongrong aphid pun mati.
Fase muda merupakan telur dan larva yang berada dalam kutu daun. Saat kepompong berwarna keemasan. Aphidus kemudian berubah menjadi penyengat parasit berwarna hitam. Yang dewasa bersayap transparan. Perkembangan dari telur hingga dewasa selama 14 hari dalam suhu 20ºC. Usia dewasa 12—14 hari. Seekor betina dewasa menghasilkan 300—350 butir sekali bertelur.
Phytoseiulus persimilis
Ia merupakan predator spyder myteTetranicus urticae. Malahan telur hama paprika itu pun diisap hingga tetes terakhir. Seekor tungau dewasa mampu memangsa 5 ekor T. urticae dewasa atau 20 nimfa dan telur.
Telur tungau yang berjasa bagi pekebun itu berwarna merah muda transparan. Kemudian berubah menjadi lebih tua, dan besarnya dua kali lipat daripada T. urticae. Ketika memasuki fase muda berwarna pucat hingga merah muda berbentuk bundar dan berkaki panjang. Perkembangan telur menjadi dewasa membutuhkan suhu 20ºC selama 7 hari. Usia dewasa 11 hari. Sekali bertelur seekor betina mampu menghasilkan 53 telur.(Prita Windyastuti)