Saturday, April 20, 2024

Lina Mardiana Supaya Buyung dan Upik Datang

Rekomendasi
- Advertisement -

Saya mengucapkan banyak terima kasih. Berkat bantuan Mbak Lina kami bisa dikaruniai anak setelah menunggu selama 4 tahun. Sekarang anak kami sudah berumur 3 bulan, dan kami beri nama Nizelia Nabila Caya Dewi,”

 

Sepucuk surat itu datang dari Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Penulisnya Intan Asri Jelantik. Keluarga Akbarsyah di Larangan, Kalimantan Selatan, juga mengungkapkan hal sama. Dalam suratnya, Akbarsyah dan istri mengaku hanya 3 kali berkunjung ke klinik pengobatan tradisional khusus masalah pasutri (pasangan suami istri) itu. Kini, pasangan itu telah dikaruniai 2 putra. Padahal, sebelumnya, selama 2 tahun pernikahan tak ada tanda-tanda kehamilan.

Dua pucuk surat itu terpampang di antara sederet surat lain yang menghiasi kamar praktek seluas 4 m x 6 m. Surat-surat itu datang dari berbagai penjuru Nusantara. Dari Nanggroe Aceh Darussalam, Medan, Padang, Lampung, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Papua, hingga mancanegara.

Mereka mengungkapkan hal yang sama: ucapan terima kasih kepada Lina Mardiana. Ungkapan terima kasih dari berbagai penjuru itu menggambarkan kemanjuran pengobatan Lina. Lina adalah pengobat tradisional di Pathuk, Yogyakarta. Berkat ramuan tradisional yang diracik Lina, penantian panjang mendapatkan momongan akhirnya berakhir. Sebagai bukti keberhasilan, surat-surat itu dilampiri foto bayi mungil.

Saat Trubus berkunjung, Lina sedang mempersiapkan ramuan untuk Vitta, salah satu pasien di Massal, Jerman. Wanita itu menanti kehadiran buah hati sejak menikah 5 tahun lalu.

Promosi estafet

Di meja kerjanya masih menumpuk lebih dari 50 lembar kartu pasien yang sedang ditangani. Padahal, selain di Yogyakarta, ia juga menangani puluhan pasien yang berkunjung setiap Sabtu ke ruang praktek di Wonogiri, Jawa Tengah. Belum lagi pasien yang ditangani jarak jauh.

Banyaknya pasien yang sukses menimang bayi, melambungkan nama Lina Mardiana. “Promosi estafet dari mulut ke mulut saja yang mengantarkan mereka ke sini,” jelasnya.

Pasangan Dadang Dian Afrias dan Winambar Retno Mumpuni di Solo, salah satu pasien yang kini tengah menanti tangis bayi. Sebelum bertemu Lina, Puni—sapaan akrab Mumpuni—bertahun-tahun merasakan nyeri haid karena mioma sebesar 3 cm bersarang di indung telur.

Lima dokter ahli yang sempat menangani—spesialis kandungan, spesialis bedah urolog, dan spesialis kanker—sependapat, indung telur harus diangkat. Risikonya, “Setelah diangkat, impian memperoleh keturunan harus dibuang jauh-jauh,” papar Puni ketika ditemui Trubus di rumahnya. Di tangan Lina, penderitaan Sarjana Sastra lulusan Universitas Diponegoro Semarang itu berakhir tanpa harus kehilangan indung telur. Selain mioma menghilang tanpa bekas, kini wanita 31 tahun itu sedang menantikan kelahiran anak pertama.

Empat paket

Lina mengandalkan 4 paket ramuan kepada pasien wanita. Paket pertama berupa daun sendok, kembang pukul empat, kumis kucing, dan kunyit. Fungsinya membersihkan dinding rahim kotor atau menghilangkan nyeri haid.

Paket kedua diberikan untuk menyuburkan sel telur. Ramuannya berupa baru cina, jarong, kayu manis, dan sembung. Paket ketiga berupa tepung mata beras dan kunyit putih diberikan untuk menguatkan dan memperpanjang daya hidup sel telur. Sedangkan paket keempat untuk menguatkan rahim. Racikan berupa alpukat, baru cina, selasih, kolesom jawa, dan sembung.

Masalah seksual sang suami tak luput dari perhatian Lina. Menurutnya, “Untuk mencapai kehamilan, perlu keharmonisan seksual suami-istri.” Bila ditemukan gangguan fungsi seksual pada suami, ia pun menyiapkan racikannya. Purwoceng, pasak bumi, sawi langit, dan madu beberapa bahan andalannya untuk mengatasi masalah lelaki.

Warisan ibu

Tidak ada pendidikan khusus yang ditempuh Lina sehubungan dengan profesinya sebagai pengobat tradisional. Untuk mendukung profesinya ia hanya mengikuti kursus pengenalan anatomi tubuh yang diselenggarakan Dinas Kesehatan Yogyakarta selama 6 bulan.

Ia terlahir dari lingkungan keluarga pengobat tradisional. Nama Lies Kusumawati, sang ibu, sebagai pengobat khusus masalah pasutri kesohor ke berbagai daerah. Maklum, sejak masih lajang ia sudah menangani pasien. Hingga akhir hayat di usia 62 tahun, ia masih melayani pasien di kamar praktek yang kini dipakai Lina. “Ilmu pengobatan yang dipakai ibu juga merupakan warisan dari nenek,” papar Lina.

Keterlibatan Lina dalam dunia pengobatan tradisional pun tak terlepas dari ilmu yang diturunkan orangtuanya. Pasalnya, kelahiran 22 Maret 1967 itu sering membantu ibu melayani pasien seperti meramu dan mempersiapkan obat untuk pasien.

Tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk mewarisi profesi itu. “Saya sebenarnya lebih tertarik berwiraswasta,” papar Lina. Karena itu, selepas dari bangku SLTA, Lina sempat bergabung dengan salah satu rumah mode di Yogyakarta. Usaha katering dan menjadi instruktur senam aerobik bidang lain yang digeluti kemudian.

Baru pada 1999, setelah sang ibu wafat, Lina meneruskan jejaknya. Itu pun lantaran dari 6 bersaudara, hanya dia yang terbiasa membantu ibu di klinik.

Batasi pasien

Di tangan ibu satu putri itu klinik pengobatan malah semakin berkembang. Sampai 2 tahun lalu jumlah pasien yang ditangan hanya 7—10 pasangan per bulan. Sekarang setiap bulan tak kurang dari 100 pasien menggantungkan harapan kepada wanita muda berparas cantik itu. Praktek pengobatannya juga merambah Wonogiri. Ia pun berencana membuka cabang lagi di Jakarta dan Semarang. “Tujuannya untuk mendekatkan diri kepada para pasien,” ungkap ibu dari Ida Haryana itu.

Membuka banyak cabang bukan berarti mengharapkan pasien membeludak. Buktinya, kliniknya di Wonogiri hanya dibuka seminggu sekali. Klinik Yogyakarta pun tak dibuka nonstop selama seminggu. Pasien yang berkunjung harus mengkonfirmasikan dulu rencana kedatangannya.

Bagi Lina, kesembuhan pasien memang di atas segala-galanya. “Bukan karena alasan bisnis sehingga klinik ini dibuka, tapi sekadar untuk menolong orang,” paparnya. Supaya buyung dan upik yang selama ini diharapkan segera datang. Tangisan bayi merah tak hanya sukacita pasangan yang selama ini bermasalah. Namun juga milik Lina Mardiana. (Fendy R. Paimin)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Jangan Buang Kulit Manggis! Berpotensi Redakan Bronkitis

Trubus.id—Usai konsumsi manggis, jangan buang kulitnya! Ya, berbagai riset membuktikan kulit manggis berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Salah satunya membantu...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img