Buah-buah terbaik dari berbagai penjuru Nusantara menjadi kampiun Lomba Buah Unggul Nusantara 2016.
Mohammad Herdadi menebar senyum ketika panitia memanggil namanya. Ia segera ke panggung untuk menerima plakat juara. Mangga arumanis koleksi Herdadi menjadi yang terbaik di kategori mangga pada Lomba Buah Unggul Nusantara (LBUN). Herdadi memiliki sebatang pohon mangga yang tumbuh di halaman depan rumahnya di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Buah dari pohon itulah yang menjadi pemenang di kategori mangga.
Pada kategori mangga terjadi persaingan ketat. Arumanis bersaing dengan peserta yang penampilannya menarik, di antaranya gedong gincu, lazis zidan, dan agrimania. Namun, para pesaing kurang seragam dalam hal kematangan buah. Citarasa mereka juga tidak maksimal. Arumanis koleksi Herdadi justru bercitarasa sangat enak. Dari sebuah pohon itu Herdadi memetik 220 kg buah per musim. Ia menjualnya ke pasar swalayan Rp40.000 per kg sehingga beromzet Rp9-juta.
Empat kelas
Pengumuman juara itu berlangsung di Parkir Timur Senayan, Jakarta Pusat, 17 November 2016. Penyelenggara LBUN 2016 adalah Majalah Pertanian Trubus yang kali ini bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan Institut Pertanian Bogor. LBUN 2016 merupakan penyelenggaraan kali ke-10. Dari 14 kategori, panitia hanya menilai 4 kategori, yakni mangga, avokad, jambu air, dan jeruk manis.
Adapun delapan kategori lain seperti buah istimewa, nanas, dan pisang tidak memenuhi kuota minimal 10 peserta per kategori. Dari keempat kategori itu, panitia menentukaan juara kesatu hingga ketiga setiap kategori. Panitia menerima total 140 peserta buah pada Juni 2016—30 Oktober 2016. “Kita memberi kesempatan agar seluruh pelosok bisa mengirim buah. Peserta dari Jambi dan Kalimantan Timur sangat gembira buahnya menang,” kata ketua dewan juri, Dr Ir Mohammad Reza Tirtawinata. Ada 11 kategori yang dilombakan.
Meski hanya 4 kelas yang berhasil mendapat juara, tetapi kualitasnya cukup mumpuni. Contoh avokad milik Misra Nelly yang berbentuk mirip bohlam agak lonjong. Daging avokad asal Jambi itu tebal mencapai 2 cm dan biji relatif kecil. Warna daging kuning mentega. Kulit mudah dilepaskan dari daging seperti mengupas pisang. Rasanya manis dan gurih sangat lezat sehingga ingin terus mencicipinya.
Avokad milik Adi Siswanto dari Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, meraih juara kedua. Buah Persea americana itu istimewa. Bobot rata-rata lebih 1 kg, daging tebal, warna kuning mentega, dan pulen. Namun, dari segi rasa masih di bawah sang juara pertama. Demikian pula kategori jeruk, cukup banyak peserta berkualitas sangat baik. Rata-rata rasanya sangat manis, dan menyegarkan karena juicy dan warna daging jingga.
Jeruk batu 55 milik Eko Santoso di Kota Malang, Provinsi Jawa Timur, akhirnya tampil sebagai pemenang. “Kulit arinya sangat halus sehingga bisa dimakan bersama daging, tanpa mengganggu kenikmatan mencicipnya,” ujar Tatang Halim, juri perwakilan pemasar buah. Eko menanam 700 pohon batu 55 di lahan 1,5 ha. Ia memetik rata-rata 60 kg per pohon berumur 10 tahun setiap musim.
Nilai istimewa
Dari lomba itu terdapat beberapa buah istimewa di berbagai kelas. Menurut Antoine Audran, juri yang berprofesi sebagai juru masak koki, ada dua peserta yang sangat istimewa, yakni pala dan pisang boogi. Menurut Antoine pala peserta nomor dua sangat enak. Ia mengolah kulit pala itu menjadi sambal yang hasilnya sangat lezat dan wangi. Menurut warga negara Perancis itu, pala di Indonesia harus dieksplor lagi karena berprospek.
“Di Indonesia, kulit pala hanya dibuat manisan, padahal bisa diolah menjadi macam-macam,” kata Antoine. Ia mengolah pisang boogi menjadi pai berbumbu rempah yang sangat enak. Pisang asal Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan, itu bersosok gemuk, bertekstur lembut, dan wangi. Ia juga mengolah boogi dengan membakar beserta kulit, lalu menyantapnya dengan kare.
Tujuan pelaksanaan LBUN untuk mencari potensi buah-buah terbaik dari seluruh Indonesia sehingga berpotensi dikembangkan menjadi buah komersial yang mampu memasok pasar. Menurut Direktur PT Trubus Swadaya, Evy Syariefa, buah Indonesia berpotensi besar. Namun, belum tergarap maksimal untuk memasok kebutuhan pasar. Dua kali pelaksanaan LBUN terakhir, yaitu pada 2014 dan 2016, panitia mendapatkan beragam varietas avokad dari berbagai daerah.
Kualitasnya pun baik dan para juara istimewa. Itu menunjukkan bahwa Indonesia sangat kaya avokad. Juara 1 kelas avokad pada 2016, yang berasal dari Jambi serta juara 2014 dari Jawa Timur, keduanya punya keunggulan citarasa yang gurih. Dengan sekali gigit langsung terasa nikmatnya. Yang perlu menjadi catatan pemilik buah, kondisi buah banyak yang rusak ketika tiba di meja panitia.
Jambu air dan pisang komoditas yang paling banyak mengalami kerusakan kulit. Pemilik avokad dan mangga memanen buah dalam kondisi kurang matang, sehingga rasa kurang maksimal saat penilaian. Selain itu, “Kondisi iklim—hujan berkepanjangan saat panen—membuat kualitas buah kurang optimum,” kata juri Prof Dr Ir Sobir, juri asal Institut Pertanian Bogor. Secara umum, LBUN 2016 mendapat apresiasi masyarakat cukup baik.
Bahkan Presiden Joko Widodo yang hadir saat pengumuman itu mendukung untuk pelaksanaan LBUN berikutnya. Dengan waktu kontes yang panjang hingga setahun diharapkan masyarakat dapat mempersiapkan tanaman agar buah bisa maksimal. Apalagi masa berbuah bisa sepanjang tahun sehingga semua pemilik komoditas bisa berpartisipasi. (Syah Angkasa)