Bukan sekadar omong kosong bila pamor lou han kini mulai terangkat lagi. Seakan mengulang masa kejayaan seperti 2—3 tahun silam, ikan bermarking itu kini menjadi incaran hobiis mancanegara. Pasar lou han boleh saja surut di tanahair. Namun, dengan adanya permintaan negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura, pebisnis lou han tak harus banting setir.
Tren lou han memang bergeser. Beberapa tahun lalu bisnis ikan hoki itu merambah hingga produksi massal. Kuantitas menjadi tuntutan pasar saking banyaknya permintaan. Namun, kini hanya kualitas ekspor yang diburu kolektor. Hobiis hanya ingin lou han terbaik yang mendiami akuarium kesayangan. Tak heran bisnis lou han terpusat mencetak lou han standar kontes.
Penang dan Kualalumpur bukan lagi tujuan utama. Justru beberapa kota di Indonesia menjadi sasaran berburu lou han. Disinyalir banyak peternak di Malaysia “bongkar akuarium” lou han lantaran kualitas ternakan tak lagi diminati pasar.
Cobalah singgah ke Jl. Cipaganti 57 Bandung. Di salah satu rumah besar itu William bersaudara membidani lahirnya bibit-bibit fl ower lou han berkualitas tinggi. Meski diakui kuantitas koleksi menurun jumlahnya dibandingkan 3 tahun lalu, tapi kualitas tetap yang nomor satu. Tak heran bila salah satu kemalau kesayangan dinobatkan sebagai kampiun dalam Alfamart Lou Han Competition & Expo 2005. Bahkan saat panggung kontes belum lagi digulung penawaran menggiurkan dilayangkan hobiis Singapura. Bandrol Rp100-juta ditempelkan pada kemalau kampiun jagoannya. Meski berat, toh akhirnya ia melepas sang klangenan.
Diminati pasar
Rupanya William bersaudara tak sendiri, Herman peternak ikan nongnong asal Magelang, Jawa Tengah, turut mengecap manisnya beternak lou han. Salah satu tangkarannya menyabet gelar jawara di Garut, Jawa Barat. Selang tak berapa lama hobiis asal Malaysia menyodorinya Rp32- juta untuk menebus si jagoan. Cinhua istimewa miliknya merupakan kebanggaan lain. Si rajah cichlasoma itu bahkan sudah lebih dulu diboyong ke Singapura dengan bandrol Rp18-juta. “Ikan kualitas kontes selalu memiliki nilai tinggi,” tutur pria yang berprofesi sebagai tukang reparasi handphone itu.
Bermodalkan 5 induk jantan dan 8 betina, Herman rutin mengirim 13—20 lou han umur 4—5 bulan ke negeri Singa setiap bulan. Itu baru 2% dari permintaan yang mencapai 400—1.000 ekor per pekan. Bahkan seorang importir kenalannya minta minimal 20 ekor per hari ukuran 5—10 cm. Herman mengaku kewalahan. Sebab, meski anakan yang dihasilkan banyak, untuk mendapatkan ikan berkualitas persentasenya kecil, tidak sampai 10%. Padahal konsumen Singapura misalnya menginginkan standar tertentu dalam membeli ikan itu. Mereka mendambakan lou han berkualitas kontes yang istimewa.
Acuan, eksportir lou han di Jakarta mengeluhkan hal serupa. Permintaan konsumen dari Filipina dan Singapura hingga kini terbengkalai lantaran sulit mencari pasokan ikan hoki itu. Sampai sekarang pria murah senyum itu hanya sanggup menutup permintaan dalam jumlah kecil. Sebanyak 20 ekor umur 4—5 bulan rutin dikirim ke Filipina. Harga dipatok dalam dolar, US$100 atau setara Rp950.000 per ekor. Importir asal Singapura pun rajin menyambangi tempat tinggalnya di Jakarta. Setiap bulan 5—6 lou han dilepas dengan harga rata-rata Rp6-juta per ekor.
Tidak mudah
Menghasilkan nongnong kualitas tinggi tak semudah membalik telapak tangan. Jumlahnya yang didapat sangat terbatas. Seleksi ketat kunci tepat meski jumlah yang didapat sedikit. Dari semua burayak awal hanya beberapa persen saja yang masuk kualitas kontes. “Seluruh hasil penangkaran yang bisa diambil sekitar 20%-nya saja, seperti gambling,” ujar Wawan Rahmawan dari Indonesia Lou Han Club, Jakarta.
Menurut Wawan pemilihan induk penting. Induk harus berkualitas bila ingin mendapat anakan yang baik. Bentuk tubuh mendekati kotak menjadi standar utama. Kulit ditaburi mutiara cerah, nongnong besar, dengan gerakan yang gesit dan lincah syarat induk baik. Strateginya berhasil, buktinya saat kontes Alfamart lalu 2 jagoannya sukses menggaet juara ke-3 dan ke-4 di kelas freemaking dan goldenbase.
Meski demikian langkanya induk berkualitas kontes menjadi kendala penangkaran. Bila ada, harganya pun menjulang setinggi langit. Belum lagi ia perlu perawatan ekstraintensif. Memelihara lou han kualitas kontes memang tidak main-main. Kejelian diperlukan agar si hoki tetap prima bila kontes menjelang. Citra lou han yang surut pun turut menjadi faktor penghambat majunya bisnis ekspor ikan yang disebut-sebut sebagai pembawa rezeki itu. (Hanni Sofi a/Peliput: Laksita Wijayanti)