Trubus.id — Masih banyak masyarakat belum mengenal makadamia Macadamia integrifolia. Padahal, makadamia merupakan kacang termahal di dunia. Selain mahal, makadamia juga memiliki cita rasa lezat.
Menurut Bondan Hary S., S.P., M.P., pengajar di Program Studi Agroindustri, Politeknik Banjarnegara, salah satu sentra makadamia adalah Banjarnegara. Semula populasi makadamia di Banjarnegara 500 pohon, tetapi ditebang sebagai penghasil kayu.
“Masyarakat benar-benar tidak tahu sehingga kita mengenalkan makadamia itu tanaman istimewa,” kata Bondan.
Warga pun diberi pengenalan terkait pemanfaatan makadamia. Setelah dikenalkan dan diberi contoh, warga menyukainya. Warga mulai merawat sisa 200 tanaman yang kini berumur 12 tahun.
Sementara itu, Imam, Sekretaris Desa Pegundungan, Desa Pegundungan, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, mengatakan, memang warga sempat memandang sebelah mata buah makadamia. Padahal, buah itu bisa dikeringkan menjadi olahan kacang.
“Dahulu kami tidak tahu itu kacang terlezat di dunia. Sekarang banyak orang datang untuk melihat,” kata Imam.
Menurut Novan Hakim, S.P., mantan staf Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Serayu Opak Progo, sejak 2019 hingga kini tertanam lebih dari 70.000 bibit makadamia dengan umur tertua 3 tahun.
Lokasi penanaman di kawasan dataran tinggi Dieng dan penyangganya. Makadamia dipilih karena terbukti cocok serta bernilai ekonomi bagi masyarakat. BPDAS mendatangkan biji makadamia dari Australia.
Tujuan penanaman memberi tambahan ekonomi bagi masyarakat sekaligus memulihkan kembali kawasan hulu sungai. Sebagian makadamia ditanam sebagai penaung tanaman kentang dan kubis untuk memulihkan ekosistem.
Untuk jarak tanam bergantung pada kondisi. Ada yang berjarak tanam 6 meter × 6 meter atau 5 meter × 5 meter. Namun, ada juga yang mengikuti kontur lahan. Produksi setiap pohon minimal 200 kilogram buah mentah atau 15 kilogram kacang matang.
