Rasanya sesuai selera mereka, manis dengan sedikit masam, dan penampilannya pun menarik karena kelopaknya yang selalu hijau. Karena itu pula, oleh beberapa eksportir Thailand manggis wanayasa kerap diakui sebagai produk negaranya.
Tak heran, saat musim panen tiba Freddy harus bersaing dengan para eksportir lain baik dari dalam dan luar negeri. ‘Beberapa importir dari Thailand tak segan-segan langsung datang ke pengepul di Wanayasa,’ kata Freddy. Akibatnya, harga pun melonjak. Kalau biasanya harga manggis dari daerah lain Rp4.000 – Rp5.000, manggis wanayasa mencapai Rp15.000/kg di tingkat petani. Bahkan bisa melonjak hingga Rp25.000/kg pada awal maupun akhir musim.
Manggis wanayasa adalah manggis yang diperoleh dari Kecamatan Wanayasa, Kiarapedes, Bojong, Pondoksalam, Pasawahan, dan Darang di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Varietasnya sebetulnya sama dengan manggis-manggis di daerah sentra lain. ‘Manggis di seluruh dunia hanya ada satu varietas, kalaupun ada perbedaan karena pengaruh tanah dan lingkungan tempatnya tumbuh,’ ujar Dr. M. Reza Tirtawinata, pakar buah dari Taman Buah Mekarsari, Bogor.
Kelopak hijau
Keistimewaan manggis wanayasa: tangkai dan kelopak tetap hijau meski sudah berhari-hari dipetik. ‘Beda sekali dengan manggis dari Purworejo, Tasikmalaya, Banten maupun Jasinga,’ Kata Sobir, kepala Pusat Kajian Buah Tropika, Institut Pertanian Bogor. Itu sesuai dengan hasil penelitiannya yang menunjukkan manggis di Indonesia lazimnya memiliki kelopak buah berwarna cokelat saat matang.
Wajar jika manggis wanayasa menjadi incaran eksportir. ‘Konsumen luar negeri lebih menyukai yang terlihat fresh,’ ujar M. Yusuf, staf bagian ekspor PT Alindo Jaya Pratama, Jakarta. Pada 2004 PT Alindo Jaya Pratama telah mensuplai 1 ton manggis wanayasa ke Uni Emirat Arab dan Kuwait. Sayang, karena pasokan terbatas, ekspor tersendat. Padahal, importir tak membatasi jumlah untuk setiap pengiriman. Berapapun buah yang tersedia akan mereka serap.
Keunggulan lain manggis wanayasa menurut Sobir adalah kemampuan untuk disimpan lebih lama. Setelah pemetikan, manggis wanayasa dapat bertahan hingga 28 hari walau disimpan pada suhu kamar, 30 – 32°C. Makanya ia cocok dikirim ke mancanegara. Dilihat dari ukuran pun masuk kriteria mutu super pada Standar Nasional Manggis lantaran diameter mencapai 7 cm. Bentuknya yang eksotis dan terlihat selalu segar penyebab sang ratu melanglang buana hingga Perancis, Spanyol, dan kawasan Eropa lainnya.
Mulai intensif
Meski punya keunggulan, manggis wanayasa belum secara intensif dikebunkan. Selama ini buah yang terkumpul berasal dari pohon-pohon yang tumbuh di sekitar hutan. Sebagian besar pohon telah berumur lebih dari 100 tahun, bahkan pohon induknya mencapai 150 tahun. Namun produktivitas tetap tinggi, satu ton per pohon untuk satu musim panen.
‘Musim panen kemarin, dari puluhan ribu pohon di hutan, saya mengambil 1.500 ton manggis,’ ujar Ade Sugema, ketua Kelompok Tani Wargi Mukti yang juga pengumpul dan pekebun manggis di Purwakarta. Produksi 2005 ini meningkat lantaran 100 bibit yang ditanam pada 1980 sudah mulai berbuah. Setiap pohon rata-rata menghasilkan 20 kg. ‘Saya tengah menyiapkan 17.500 bibit untuk ditanam di daerah sekitar hutan,’ tambahnya.
Bukan tanpa alasan, Ade Sugema memperluas lahan penanaman. Di mata Ade, manggis ibarat mutiara hitam pegunungan. Harganya dari tahun ke tahun terus meningkat. Sebagai gambaran pada 2001 harga manggis di tingkat pekebun Rp7.000/ kg. Satu tahun kemudian meningkat Rp10.000/kg dan kini Rp15.000/kg. ‘Manggis wanayasa sempat menyentuh angka Rp25.000 pada 2003 saat intentitas hujan demikian tinggi yang menyebabkan hasil panen merosot,’ papar Ade.
Atas dasar itulah kini manggis wanayasa mulai dikembangkan. Setidaknya, pada 2003 telah terjadi peningkatan sebanyak 63.314 pohon di beberapa kecamatan di Purwakarta. ‘Di Kabupaten Purwakarta kini ada sekitar 87-ribu pohon yang tersebar di 6 Kecamatan dengan total produksi rata-rata 1.800 ton/tahun,’ kata Ir Tri Hartono, MM, kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Purwakarta.
Menurut Sobir, Kecamatan Wanayasa dan daerah sekitarnya yang berada di ketinggian 820 m dpl cocok untuk manggis. Udaranya dingin dan stabil sehingga dapat menghambat pecahnya pembuluh di bawah permukaan kulit penyebab getah kuning dan kulit burik. Namun, bukan berarti di dataran rendah tak dapat tumbuh. ‘Bisa tumbuh, tapi kemungkinan kandungan getah kuningnya cukup tinggi,’ lanjut Sobir.
Untuk pengembangan manggis wanayasa, PKBT IPB telah mengaplikasikan sistem akar ganda. Dengan cara ini umur berbuah manggis lebih cepat, hanya 5 tahun. Umumnya manggis asal biji baru berbuah pada umur 7 – 10 tahun. (Vina Fitriani).