Trubus.id— Peluang bisnis durian sangat besar. Sayangnya hingga saat ini pasokan durian di pasar-pasar modern didominasi oleh durian dari Malaysia seperti musang king, ochee (duri hitam), dan Thailand seperti durian monthong.
Padahal sejatinya, Indonesia memiliki beragam varietas durian unggul yang bisa didorong untuk bersaing dengan durian-durian impor. Oleh karena itu, Trubus menggelar seminar bertema “Babak Baru Bisnis Durian” untuk membahas peluang bisnis durian-durian lokal Indonesia, Sabtu (23/09), di Gedung Alamanda, Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat.
Dirjen Hortikultura, Prihasto Setyanto, menyambut baik kegiatan yang diselenggarakan oleh Trubus. Menurut Prihasto dalam rangka pengembangan durian Indonesia mendunia perlu adanya sinergi antara pekebun, pelaku bisnis durian, dan pemerintah.
“Memang perlu diskusi seperti ini, agar kita bisa sharing pengetahuan dan pengalaman. Saya menyambut baik kegiatan yang diprakarsai Majalah Trubus. Ini menjadi tonggak pemerintah untuk mengembangkan durian lokal Indonesia semakin mendunia,” kata Prihasto dalam sambutannya.
Lebih lanjut, Prihasto berkomitmen untuk mengenalkan durian unggulan Indonesia dikenal di kancah internasional. Namun, ia menyebut bahwa itu bukan pekerjaan yang mudah. Ia bercerita bahwa durian unggulan dari Malaysia dan Thailand perlu waktu puluhan tahun untuk dikenal.
“Thailand mengenalkan monthong kurang lebih 50 tahun. Malaysia mengenalkan musang king dan ochee tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sedikitnya perlu waktu 30 tahun,” jelasnya.
Direktorat Jenderal Hortikultura, kata Prihasto, telah mengidentifikasi beberapa durian unggulan yang ada di Indonesia, seperti durian simimang (Banjarnegera), durian namlung petaling 06 (Bangka Belitung).
“Saat ini kami sedang proses identifikasi dari Sabang sampai Merauke, durian-durian purba yang umurnya sudah ratusan tahun,” tuturnya.
Kendati demikian, menurutnya banyak tantangan yang dihadapi. Seperti sering kali pohon durian yang bagus dan umurnya sudah tua pohonnya ditebang sebab kayunya bagus. Oleh karena itu Prihasto mendorong setiap daerah untuk melindungi durian unggul yang ada dengan Peraturan Bupati (Perbup).
“Tantangan lain, durian ini wilayah adaptasinya tidak mudah. Misal durian dari Aceh ditanam di daerah lain belum tentu bisa, atau mungkin bisa ditanam tetapi rasa buahnya tidak seperti saat ditanam di Aceh,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Yayasan Durian Indonesia, Adi Gunadi mengatakan potensi pasar domestik dan ekspor masih sangat besar. Penyerapan durian di daerah sangat tinggi, pekebun belum mampu memasok durian ke kota-kota besar, sehingga seperti pasokan di Jakarta durian impor masih mendominasi.
Menurut Adi, supaya industri durian lokal bisa maju sejatinya harus memasuki era kualitas dan kuantitas. “Kita harus komitmen, baik dari pekebun bisa menghasilkan durian berkualitas, dan produsen pupuk bisa menghadirkan pupuk yang bagus. Pupuk merupakan teknologi untuk menghasilkan buah yang lebih baik. Tanpa itu kita tidak dapat menghasilkan buah yang bagus,” jelas Adi.
Adapun dari sisi pasar, durian memiliki peluang pasar yang begitu besar. Modern Market Expertise, Zoilus Sitepu mengatakan ada 4 segmentasi pasar durian. Pertama, pasar tradisional. Kedua, pasar modern. Ketiga, pasar horeka (hotel, restoran, kafe). Keempat, pasar online.
“Masing-masing pasar memiliki kriteria konsumen sendiri-sendiri. Misalnya, pasar tradisional konsumennya tidak terlalu peduli kualitas yang penting murah. Sedangkan pasar modern konsumen rata-rata yang kualitas dan harga mahal tidak masalah,” paparnya.
Oleh karena itu, menurutnya jika petani ingin memasarkan durian ke pasar modern salah satu caranya dengan memperbaiki kualitas, kemudian kuantitas, dan konsistensi pasokan. Selain dari sisi produsen, Ia menyoroti regenerasi konsumen durian.
“Kita selalu mendorong hadirnya konsumen-konsumen baru dari anak milenial, Gen Z. Jangan sampai regenerasi konsumen ini terputus, kita tidak mau anak-anak muda nanti tidak bisa mengenal durian enak,” tuturnya.
Kualitas durian memang salah satu faktor agar durian lokal bisa masuk pasar modern sehingga mendapat laba optimal. Salah seorang pekebun durian di Indonesia, Harryanto Sumitaro memaparkan beberapa cara yang bisa dilakukan agar menghasilkan rasa durian yang berkualitas dan produktivitas tinggi.
Menurut Haryanto pekebun perlu mempersiapkan infrastruktur kebun durian dengan baik, seperti jarak tanam, irigasi. Selain infrastruktur, adanya Sumber Daya Manusia (SDM) atau pengelola kebun yang loyal.
“Kita tahu bahwa secara psikologis profesi petani pekerjaan yang kurang menari. Jadi pilih pengelola kebun yang memiliki jati diri petani. Tanpa karyawan yang mengerti dan loyal tidak akan berhasil,” tuturnya.
Setelah itu, pengelola kebun perlu diajarkan untuk merawat pohon durian dengan baik. Seperti penggunaan nutrisi, pengenalan dan penerapan teknologi pupuk, hormon, fungisida, dan insektisida.
Saat ini Haryanto mengelola kebun durian seluas 15 hektare, dengan populasi 1.200 batang pohon durian. Setiap pagi, Haryanto mengontrol pohon durian satu per satu di kebunnya. Ia dibantu 6 karyawan untuk merawat pohon-pohon durian itu.
Anda bisa menonton ulang video seminar durian nasional di YouTube Trubus Channel. Sebagai informasi, seminar Babak Baru Bisnis Durian terselenggara atas kerjasama kelas Trubus dengan Yayasan Durian Indonesia. Dengan sponsor NPK Mutiara, Nutrizim dan Wisma Hijau.