Friday, March 7, 2025

Melon: Unggulan Bulaksumur

Rekomendasi
Tacapa silver tidak memerlukan ethrel untuk mematangkan buah karena matang alami.
Tacapa silver tidak memerlukan ethrel untuk mematangkan buah karena matang alami.

Tacapa dan hikapel melon anyar dari Universitas Gadjah Mada.

Cendawan Sphaerotheca fulligena atau Podosphaera Xanthii momok bagi petani melon. Makhluk mini itu penyebab penyakit embun tepung atau powdery mildew. Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada berhasil merakit melon kultivar yang memiliki gen ketahanan terhadap cendawan tepung, yakni tacapa. Oleh karena itu tacapa tidak memerlukan penyemprotan fungisida berlebihan sehingga residu pestisida pada buah sangat kecil.

Lazimnya petani melon menyemprotkan 2—4 kali fungisida dalam sepekan. Tacapa hanya perlu penyemprotan fungisida sekali sepekan pada awal pertumbuhan. Selain itu keunggulan lain tacapa berdaya simpan cukup lama sekitar 28 hari setelah panen. Proses pemasakan alami dan warna daging buah tacapa yang menawan membuat melon ini tidak memerlukan ethrel. Tentu saja itu sangat baik untuk kesehatan konsumen.

Tacapa green black tahan cendawan tepung sehingga penggunaan pestisida berkurang.
Tacapa green black tahan cendawan tepung sehingga penggunaan pestisida berkurang.

Lebih sehat
Pemetikan buah belum masak yang sudah disemprot ethrel menyebabkan warna, rasa, dan aroma berubah sebagaimana hasil riset A J Dhembare. Peneliti dari Departemen Zoologi, P. V. P. College, Pravaranagar, India, itu meneliti dampak negatif pemasakan buatan buah. Hasil riset yang termaktub dalam Archives of Applied Science Research itu mengungkapkan rasa alami dan nilai gizi buah yang dimatangkan dengan pemberian etilen sintetis seperti ethrel berkurang. Lazimnya buah dengan perlakuan ethrel akan matang dalam 6 hari, tapi menunjukkan perubahan total padatan terlarut, keasaman, total gula, dan total karotenoid.

Dengan hadirnya tacapa kini pencinta melon tidak perlu mengkhawatirkan risiko kesehatan akibat residu pestisida dan pematangan buah dengan ethrel. Selama ini sebagian besar petani memicu pemasakan buah buatan menggunakan zat pematangan buah seperti etilen sintetik dalam bentuk larutan ethrel. Buah matang tidak dapat disimpan dan diangkut untuk waktu lama. Oleh karena itu petani memetik buah mentah.

Lokasi penanaman tacapa di Dusun Jamusan, Bokoharjo, Sleman, DI Yogyakarta.
Lokasi penanaman tacapa di Dusun Jamusan, Bokoharjo, Sleman, DI Yogyakarta.

Etilen alami membuat buah ranum sehingga buah siap santap saat konsumen membelinya. Kadang buah mentah tetap dijual. Oleh karena itu India melarang pematangan buatan buah melalui The Prevention of Food Adulteration (PFA) Act, 1954 dan 1955. Sementara negara lain mengizinkan pematangan buatan buah asalkan menggunakan metode aman sesuai Food Safety and Standards Act, 2006. Secara visual warna buah yang dijual sangat menarik, tetapi daging buah tidak matang alami sehingga rasanya tidak manis.

Harap mafhum mayoritas konsumen di tanahair menganggap melon matang berwarna kuning. Meski warna buah tacapa tidak kuning tetapi daging buahnya matang alami dan manis. Tacapa juga sangat potensial dibudidayakan di lahan kritis karst dalam upaya konservasi lahan. Petani juga dapat menanam tacapa menggunakan media tanam abu vulaknik. Ukuran tacapa cukup besar dengan bobot rata-rata 1,7—3,2 kg. Terdapat 2 warna kulit buah tacapa yakni hijau gelap dan putih keperakan. Yang disebut pertama bernama tacapa green black, sedangkan sebutan kedua yakni tacapa silver.

Pengembangan benih melon hikapel di dalam rumah tanam.
Pengembangan benih melon hikapel di dalam rumah tanam.

Berkembang
Sebelum tacapa, Universitas Gadjah Mada di Bulaksumur, Yogyakarta, juga merilis melon hikapel. Disebut hikapel karena penampakannya seperti apel. Cucumis melo itu berbobot 300—800 g per buah. Ukuran kecil memudahkan konsumen membawa hikapel dan habis sekali santap. Rasanya manis dengan tingkat kemanisan 12—15º briks dan daging buah berwarna jingga. Meski kecil citarasa dan aroma melon tetap melekat. Serta beraroma harum.

Sosok melon hikapel berdaging buah jingga. Tingkat kemanisan 15° briks.
Sosok melon hikapel berdaging buah jingga. Tingkat kemanisan 15° briks.

Hikapel juga mengandung senyawa beta karoten yang bermanfaat untuk kesehatan mata dan antikanker serta vitamin C. Hikapel juga tahan ditanam di musim hujan. Buktinya kondisi melon itu tetap baik dan layak dikonsumsi serta diekspor meski ditanam saat musim hujan. Saat itu tim melakukan uji multilokasi di berbagai daerah seperti Sleman dan Gunungkidul (DI Yogyakarta), Kebumen (Jawa Tengah), dan Blitar (Jawa Timur).

Hikapel praktis dibawa dan habis sekali santap karena berukuran relatif kecil.
Hikapel praktis dibawa dan habis sekali santap karena berukuran relatif kecil.

Melon hikapel lahir dari persilangan antara gama melon parfum (GMP) sebagai indukan jantan dan SL-3 yang menjadi indukan betina. GMP menurunkan sifat wangi, bobot buah, dan tidak berjaring. Sementara citarasa manis menitis dari SL-3. Rencananya hikapel terus dikembangkan menjadi salah satu produk buah ekspor dari Indonesia.
Oleh karena itu, tim peneliti menggandeng beberapa perusahaan nasional dan internasional sebagai mitra untuk memproduksi buah dalam skala besar dan memasarkan melon itu di dalam negeri dan mancanegara. Tidak hanya buah, tim peneliti juga bekerjasama dengan perusahaan lain untuk mengembangkan benih hikapel. (Dr Budi Setiadi Daryono MAgrSc, pemulia melon dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

“Magotisasi di Jatisari: Inovasi Warga dalam Pengolahan Sampah

Trubus.id–Setiap Rukun warga (RW) 01, Kelurahan Jatisari, Kecamatan Buahbatu, Kota Bandung, mendapatkan seperangkat alat pengolah sampah organik. Pengolahan sampah...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img