Trubus.id—Pemuda di Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur, Wiknyo Susandi memilih berbisnis kopi. Ia menjual 20 ton kopi saban tahun.
Produksi itu berupa kopi beras (green beans), kopi sangrai, dan bubuk kopi. Wiknyo memasok kedai-kedai kopi seperti di Malang dan Jombang, Provinsi Jawa Timur.
“Permintaan rata-rata yakni green beans, biji kopi sangrai, dan bubuk untuk penjualan pribadi,” ujar Wiknyo.
Sejatinya kapasitas produksi memungkinkan hingga 40 ton kopi per tahun. Usaha kopi di bawah bendera CV Rubath Indonesia itu memproduksi empat jenis kopi yakni robusta, arabika, excelsa, dan liberika.
Kopi excelsa menjadi andalan Wiknyo. “Excelsa varietas unik dan eksotis. Menurut beberapa sumber populasinya hanya sekitar 5% di dunia,” ujar Wiknyo.
Produk jenama Rubath Kopi Jombang itu juga pernah ekspor 12 ton green beans ke Malaysia pada 2022. Biasanya permintaan ekspor pada awal tahun sehingga Wiknyo dan rekan dapat menentukan besaran produksi yang harus terpenuhi. Produksi kopi Wiknyo selalu terserap.
Untuk pasokan kopi CV Rubath Indonesia berasal dari 20 orang petani kopi di Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, yakni kelompok tani kopi binaan Muhamad Edi Kuncoro. Ia menuturkan, kebun itu polikultur misal ada kopi, durian, dan kakao.
Adapun syarat pasokan kopi dari petani memiliki rendeman 15—17% untuk kopi petik asalan.
“Kita jual ke konsumen dengan rendemen 13—15%, artinya ada proses lagi,” ujar Wiknyo.
Untuk kopi premium rendemen 12,5%. Harap mafhum Wiknyo memiliki dua segmen pemasaran yakni reguler yang memasok warung kopi (70%) dan kafe (30%) untuk kopi premium. Ia benar-benar memastikan ketelusuran kopi itu seperti nama petani, asal, dan jenis kopi.
“Petani binaan yang mengikuti proses, kita pastikan harga di atas ratarata. Misal tahun ini fantastis hampir 100% naik di seluruh dunia karena tahun kemarin gagal panen,” ujar guru SDN Carangwulung 1 itu.
Wiknyo juga kerap memberikan edukasi kepada petani mengenai pascapanen kopi, terutama petik merah yang dapat mendongkrak harga.
“Kami masih membuka mitra selama mengikut Standard Operating Procedure (SOP),” ujar Wiknyo.
Ia juga fokus pada pemberdayaan masyarakat agar dapat meningkatkan nilai tambah kopi dan mengangkat potensi desa. Harap mafhum petani kopi di sana ratarata berumur sudah tua. Hal itulah yang membuat Wiknyo tergugah untuk mengembangkan bisnis kopi.
Di Kecamatan Wonosalam kebun kopi sudah ada sejak zaman Belanda. Namun, petani hanya menjual biji mentah kepada tengkulak. Sementara pada kelompok tani kopi kelolaan Edi saja mulai ada permintaan olahan kopi seperti roasted bean dan kopi bubuk.
Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu. Edi membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) yang melibatkan peran pemuda anggota belajar di Rumah Sahabat (Rubat)—tempat belajar wirausaha—termasuk Wiknyo yang saat itu menjadi ketua kelompok.
Bersama 7 orang anggota termasuk dibantu 3 orang siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) saat itu, bisnis kopi di Rubat mulai berjalan.
“Anak-anak itu sekarang mulai kuliah sambil kelola kafe di Malang,” ujar Wiknyo.
Pada 21 Januari 2020 berdiri CV Rubath Indonesia yakni unit usaha untuk pengolahan kopi yang bertempat di Dusun Sumber, Kecamatan Wonosalam. Semula produksi hanya 10—40 kg yang meliputi 4 jenis kopi.
Saat itu masih memanfaatkan jasa roasting kopi lantaran belum memiliki peralatan. Tak patah arang Wiknyo dan tim gencar mempromosikan ragam produk olahan kopi itu baik langsung maupun daring.
“Promosi juga melalui pameran atas ajakan Asosiasi Kopi Wonosalam,” ujar alumnus Pondok Pesantren Sunan Ampel Jombang itu.
Modal saat itu dari investor dan bantuan pasokan dari petani yang bisa mengambil dahulu kopi hasil panen. Usaha pengolahan kopi itu makin berkembang.
Wiknyo dan tim mulai membeli alat grinder dan setahun berselang pengadaan mesin penepung. Selain itu, pada 2023 Wiknyo juga memanfaatkan peralatan hibah yang disentralkan pada dua tempat agar peralatan itu dirawat secara optimal.
Perlatan pascapanen di kelompok tani binaan Edi dan alat roasting kopi serta penepungan di Asosiasi Kopi Wonosalam. Kini CV Rubath Indonesia juga fokus memproduksi green beans karena memiliki izin edar. Sementara petani fokus pada budi daya kopi.