Tuesday, March 4, 2025

Menabung Air Dalam Resapan

Rekomendasi
Resapan
mempertahankan
debit mata air.

Sumur resapan mengembalikan air hujan ke dalam tanah. Mudah dilakukan, manfaatnya langsung terasa.

Trubus — Bahruddin (55 tahun) mengarahkan telinga ke jendela untuk mendengar bunyi dari luar. “Mumpung hujan mari kita lihat ke luar,” katanya. Di pekarangan depan rumahnya di Kota Salatiga, Jawa Tengah, pendiri Serikat Paguyuban Petani Qoryah Thayyibah (SPPQT), Kota Salatiga, Jawa Tengah itu membuat rongga berukuran 2 m x 3 m sedalam 5 m atau 30 m³. Lembaran beton bertulang yang menutup rongga itu mempunyai 12 lubang. Melalui lubang-lubang itulah air hujan masuk ke dalam rongga.

Penggagas sumur resapan dan inisiator Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah, Bahruddin.

Ketika hujan deras, air sempat menggenang di atas tutup beton. Itu karena Bahruddin membuat rongga di titik terendah aliran air hujan dari rumahnya dan rumah tetangga di lahan seluas kira-kira 3.000 m². Namun dalam hitungan menit genangan itu lenyap. Begitu intensitas hujan berkurang, Bahruddin menyingkirkan sampah yang terbawa aliran air hujan dan menyumbat lubang. Air pun lancar memasuki rongga lalu meresap ke dalam tanah.

Sulit air

Rongga itu berfungsi meresapkan air hujan sehingga dijuluki sumur resapan. Dasar resapan berupa lapisan batu pecah berselang-seling dengan lapisan ijuk. Menurut ahli sumur resapan SPPQT, Mujab, fungsi batu pecah dan ijuk untuk memperlambat aliran air sehingga permukaan tanah dalam resapan tidak jenuh. Fungsi lain keduanya sebagai penyaring. Mengutip data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Bahruddin menyatakan curah hujan tahunan daerah itu sekitar 3.000 mm atau 3 m per m².

Lubang masuk sumur resapan di pekarangan Bahruddin.

Kota Salatiga (luas 57,36 km²) mendapat 1,72 triliun liter air bersih dari langit setiap tahun. Jika dimasukkan ke botol besar berkapasitas 19 liter masyarakat menyebut galon, air hujan di Kota Salatiga itu cukup untuk mengisi 90,5 miliar wadah botol besar. Jika menyesuaikan dengan standar Kementerian Kesehatan yang menyebutkan konsumsi air per jiwa per hari 150 l—setara 54.750 l setahun—hujan di Salatiga itu cukup untuk kebutuhan air 31,4 juta orang selama setahun.

Resapan di halaman depan Bahruddin itu menyerap air hujan dari pekarangan dan rumah di sekitarnya seluas total 3.000 m². Dalam setahun mendapat air hujan 9 juta m³. Menyesuaikan dengan standar Kementerian Kesehatan—konsumsi air bersih per orang per tahun 54.750 l—maka air hujan yang tersimpan melalui resapan itu cukup untuk 164 orang. Kalau ada puluhan atau ratusan sumur resapan, air yang tersimpan pasti makin banyak.

Itu sebabnya ketika pada 2005—2006 santer keluhan berkurangnya debit sumber air baku perusahaan air minum Kota Salatiga, Bahruddin langsung menyarankan pembuatan sumur resapan. Sumber air baku itu adalah mata air Senjoyo di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Lembaga SPPQT menggandeng lembaga swadaya masyarakat USAID dan Yayasan Coca Cola Indonesia (Coca Cola Foundation Indonesia, CCFI) untuk membuat resapan.

Target pembuatan resapan adalah area tangkapan mata air Senjoyo, yaitu di Desa Patemon. Waktu itu, Patemon pun memiliki masalah sendiri dengan pasokan air bersih. “Kalau kemarau kami harus minta bantuan air bersih karena mata air maupun sumur mengering,” kata salah satu warga Patemon, Joko Waluyo. Ketika bantuan air tiba, warga yang tidak sabar kerap menyelak antrean dan memicu keributan. Dalam benaknya, Joko berniat mengubah kondisi itu.

Sempat ditolak

Gayung bersambut, Joko berjumpa Bahruddin dan rombongannya. Namun, upaya mulia itu tidak serta merta mendapat sambutan layak. “Beberapa keluarga sempat menolak adanya sumur resapan di pekarangan mereka. Lainnya bersedia tapi minta lahannya dibeli,” kata Joko. Penolakan itu lantaran kekhawatiran sumur resapan bakal membuat lahan mereka amblas. Yang paling utama, “Mereka belum sadar manfaatnya,” kata Bahruddin.

Untungnya setelah berkali-kali sosialiasi dan penyadaran dengan melibatkan perangkat Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika), penolakan berbalik menjadi penerimaan. Terlebih setelah beberapa resapan yang pertama dibuat efektif meniadakan genangan air ketika hujan. Menurut manajer Program Sumur Resapan SPPQT saat itu, Nurul Munawaroh, warga yang semula berkeras menolak justru kemudian meminta. Pada 2012—2013, proyek sumur resapan di Patemon berlangsung mulus.

Menurut Joko Waluyo saat ini jumlah resapan di sana sekitar 315 sumur. “Semula 325, tapi kemudian berkurang karena konversi lahan,” kata pria kelahiran Patemon 60 tahun lalu itu. Padahal resapan mempunyai efek ganda, yaitu mengurangi atau mencegah banjir serta mempertahankan debit mata air maupun sumur.

Pipa saluran masuk menjorok ke tengah sumur
resapan agar dinding tidak terkikis air. (Dok. SPPQT)

Efek mencegah atau mengurangi air limpasan (runoff) langsung terasa ketika hujan. Kemarau berikutnya, giliran fungsi mempertahankan debit air yang terasa. Manfaat lain yang jarang tergali adalah sebagai sumber humus. Syaratnya, “Warga harus rutin menguras karena humus itu berada di dalam rongga resapan,” kata Mujab. Dalam perkembangannya, spesifikasi sumur resapan di Patemon berubah untuk mengoptimalkan penggunaan material bangunan.

SPPQT menganjurkan ukuran sumur 2 m x 2 m sedalam 2 m atau volumenya 8 m3. Namun, Joko memodifikasinya menjadi 1,5 m x 1,5 m sedalam 3,6 m. Volume rongganya menjadi 8,1 m3. Menurut ayah satu putri itu, kalau menuruti spesifikasi awal, luas beton penutup sumur minimal 2,5 m x 2,5 m agar konstruksinya lebih kokoh. Selonjor besi rangka beton di toko bangunan panjangnya 12 m. Kalau dipotong sepanjang 2,5 m ada bagian yang terbuang.

Jika luas permukaan sumur 1,5 m x 1,5 m, maka ukuran penutup betonnya adalah 2 m x 2 m. Besi rangka beton sepanjang 12 m bisa menjadi tepat 6 potong. Menurut Mujab sumur resapan sebaiknya mempunyai lubang masuk (inlet) berupa kotak berukuran 0,6 cm x 0,6 cm yang juga berpenutup. Jarak lubang masuk itu 0,5 m di sisi sumur dan dihubungkan dengan sebatang pipa sepanjang 1 m. “Ujung pipa menjulur ke tengah sumur sehingga ketika hujan aliran air tidak menggerus dinding sumur,” katanya.

Perlu payung hukum

Ahli sumur resapan SPPQT, Mujab.

Pembuatan resapan di Patemon menjadikan mata air Senjoyo kembali berlimpah air. Menurut Joko, bukti itu seharusnya menyadarkan orang bahwa air bersih dalam tanah bukan berkah yang abadi. Kakek satu cucu itu menyarankan pemerintah membuat payung hukum yang mewajibkan pembuatan sumur resapan di setiap lingkungan.

Trubus mencatat bukan hanya Bahruddin dan warga binaan SPPQT yang memanfaatkan air hujan untuk keperluan sehari-hari. Di gedung pastoran Sanjaya, Muntilan, Kabupaten Magelang, Pr. Vincentius Kirjito menampung dan mengolah air hujan menjadi air sehat. Ia memperkenalkan perangkat elektrolisis sederhana dan menggerakkan budaya memuliakan hujan (baca Fakta Sehat Minum Air Hujan, Trubus Juli 2018). “Air hujan rendah padatan terlarut dan minim kontaminasi mikrob,” ujar Kirjito.

Terletak di antara dua benua dan dua samudera, Indonesia beruntung lantaran menikmati cukup hujan. Banyak negara lain di dunia yang tidak mendapat anugerah itu. Sejarah mencatat perang antara negara-negara Arab (Lebanon, Suriah, dan Yordania) melawan Israel lantaran memperebutkan aliran Sungai Yordan.

Wajar saja dalam salah satu pidatonya, Menteri Pertahanan Kabinet Maju, Letjen (Purn) Prabowo Subianto Djojohadikusumo menyatakan bahwa pada masa mendatang orang akan berperang memperebutkan air bersih. Organisasi Limnologi dan Oseanografi Amerika Serikat (Association for the Sciences of Limnology and Oceanography, ASLO) dalam publikasi “Earth’s Water Resources” mengingatkan bahwa jumlah air tanah hanya 0,9% total volume air di muka bumi. Peresapan dengan sumur resapan salah satu jalan termudah mengisi ulang air tanah. Masyarakat di perkotaan yang lahannya terbatas dapat membuat lubang biopori. Bahkan, sumur resapan pun tetap dapat dibuat di perkotaan. Itulah cara kita menabung air di bawah tanah. (Argohartono Arie Raharjo)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img