Trubus.id — Berdasarkan data jumlah populasi sapi nasional, sapi bali mempunyai kontribusi sebanyak 26,5 persen. Populasi utamanya tersebar di Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, dan Lampung.
Menurut Prof. Jakaria, Guru Besar Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, sapi bali berpotensi menjadi daging sapi premium. Hal ini lantaran kebutuhan daging nasional di Indonesia masih belum dapat dipenuhi, bahkan masih defisit sebesar 39 persen.
“Selain itu, secara nasional, kebutuhan bibit masih sangat tinggi 7.745 ekor. Baru ada sekira 2.409 ekor bibit bersertifikat yang dihasilkan,” jelas Jakaria.
Melansir dari laman IPB University, Jakaria menyebut upaya peningkatan produktivitas sapi pedaging di Indonesia terus dilakukan dengan berbagai pendekatan. Mulai dari peningkatan kualitas dan kuantitas pakan berbasis bahan baku lokal, manajemen pemeliharaan, manajemen reproduksi, hingga penanganan dan pencegahan penyakit.
Peningkatan kualitas juga tidak kalah penting, yakni melalui peningkatan terhadap mutu genetik, khususnya sapi bali. Ia menilai, ke depan arah pengembangan dan pemanfaatan sapi bali dapat difokuskan sebagai penghasil daging premium.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pendekatannya bisa berbasis pada pemuliaan konvensional dan nonkonvensional. Caranya, dengan menggunakan data genom yang telah diperoleh, memperkuat kerja sama antarakademisi, pebisnis, pemerintah, masyarakat, dan media.
Selain itu, dengan melibatkan bidang ilmu lain terutama teknologi multiomik (genomik, trankriptomik, proteomik, dan metabolomik). Menurutnya, hasil analisis genom yang ia peroleh dalam risetnya dapat menjadi rujukan dalam strategi pemuliaan sapi bali ke depan.
Gen-gen yang berasosiasi dengan sifat pertumbuhan dan kualitas daging dapat dijadikan sebagai kandidat marka genetik atau marker assisted selection (MAS).
“Saat ini, pemanfaatan teknologi genomik telah diterapkan di negara lain sebagai salah satu metode dalam menentukan bibit. Contohnya, sapi limousin dan sapi belgian blue,” paparnya.
, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, dan Lampung.){kind=link}