Trubus.id — Osteoporosis identik dengan faktor penuaan. Faktanya, osteoporosis juga dapat terjadi pada usia muda akibat gaya hidup. Osteoporosis adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh hilangnya zat tulang yang membuat seluruh tulang lebih lemah secara mekanis sehingga cenderung patah tulang.
Saat itu terdapat perubahan pergantian tulang homeostatis normal karena kecepatan resorpsi lebih besar dibanding kecepatan formasinya. Untuk menangani dan mencegah osteoporosis, bisa dengan cara rutin mengonsumsi buah kecipir.
Pasalnya, dalam buah kecipir terdapat beberapa mineral yang baik untuk tulang seperti kalsium yang sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kepadatan tulang. Bagi masyarakat Sunda, buah kecipir sudah tidak asing lagi. Sebab, buah kecipir sering dikonsumsi sebagai lalapan khas masakan Sunda.
Valentina Indrajati, herbalis di Kelurahan Sukamantri, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kerap meresepkan semua bagian tanaman kecipir termasuk buahnya untuk pasien penyakit bisul dan osteoporosis.
Selain itu, kecipir bermanfaat untuk menghambat penuaan (antiaging), meningkatkan gizi pada penderita malnutrisi, dan meningkatkan kekebalan tubuh pada pasien autoimun.
Valentina menggunakan 10 gram bubuk kecipir yang dilarutkan dengan 150 ml air panas. Bisa juga dibuat bersama bahan herbal lain seperti 15 gram rumput bolong atau greges otot dan 5 lembar daun mengkudu. Minum ramuan selagi hangat.
“Jadikan buah kecipir sebagai bagian dari menu sayuran yang dikonsumsi sehari-hari,” kata pemilik Rumah Parametta itu.
Menurut Humaryanto, periset dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Jambi, langkah terbaik untuk mencegah dan mengobati osteoporosis dengan pemeriksaan dini untuk deteksi awal.
Gejala osteoporosis antara lain nyeri dan memar yang terjadi setelah jatuh dan sakit yang datang tiba-tiba pada tulang punggung. Beberapa pemicu osteoporosis antara lain keturunan, usia, jenis kelamin, dan ras.
Penderita dapat mencegah osteoporosis dengan melakukan pencegahan seperti pengaturan makanan, berolah raga, serta melakukan terapi penggantian hormon atau hormon replacement therapy (HRT) dengan pemberian hormon estrogen atau progesteron sintetis.