Friday, March 29, 2024

Menjual Kisah di Balik Produk

Rekomendasi
- Advertisement -
Kemasan produk menunjang ketertarikan konsumen. (foto : dok. Trubus)

TRUBUS — Tren ekspor produk perkebunan kopi dan aneka rempah terus meningkat. Pada Januari hingga Mei 2021 nilai ekspor komoditas itu US$633,3 juta atau setara Rp9,2 triliun (kurs US$1 = Rp14.488). Jumlah itu meningkat 3,1% dari periode yang sama tahun lalu. Pandemi korona seolah bukan menjadi hambatan memasok produk perkebunan ke mancanegara.

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Drs. Didi Sumedi, MBA.
(foto : Koleksi Drs. Didi Sumedi, MBA.)

Mengemas produk dari segi fisik hingga mengemas cerita di balik produk salah satu siasat meningkatkan nilai suatu produk. Wartawan Trubus, Muhamad Fajar Ramadhan, mewawancarai Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Drs. Didi Sumedi, MBA., mengenai tren ekspor produk perkebunan. Bagaimana mengemas produk agar diminati konsumen mancanegara. Berikut petikannya.

Indonesia memiliki beragam komoditas yang bersifat indegenous geographic (IG). Bagaimana peluang ekspor komoditas IG itu?

Adanya IG merupakan peluang meningkatkan mutu produk Indonesia. Tentu bukan sekadar sertifikat IG, produsen juga harus mengemas “cerita” atau narasi pada suatu produk. Narasi yang dibangun bisa kekhasan budidaya, proses, hingga lingkungan. Beberapa contoh misal kopi luwak dan ubi cilembu. Kopi luwak bisa berharga fantastis Rp1 juta per 100 gram atau bisa mencapai Rp250 ribu per cangkir berkat narasi yang dibangun dari segi keunikan proses.

Apa keunggulan produk perkebunan (teh, kopi, gula merah) organik Indonesia dibandingkan dengan komoditas serupa dari negara pesaing?

Keanekaragaman produk Indonesia amat luas dan banyak. Misal, kopi gayo di Sumatera akan berbeda dengan kopi amungme dari Papua. Meski sama-sama kopi tidak bisa dibandingkan, tiap produk punya cerita masing-masing. Keunggulan Indonesia memiliki banyak produk dengan kekhasan di tiap daerah. Banyak pilihan produk dari Indonesia yang bisa dipilih oleh konsumen mancanegara. Menceritakan produk dengan pendekatan budaya dan lingkungan salah satu kelebihan produk perkebunan di Indonesia.

Jika dibandingkan dengan komoditas perkebunan lain, misalnya teh di Taiwan yang juga sudah membudaya pendekatannya hampir sama. Produsen setempat juga memberikan cerita pengolahan teh itu, misal petik sebelum matahari terbit, hingga penggunaan teknologi pengeringan khusus. Secara umum produk Indonesia bisa bersaing dengan produk serupa dari mancanegara, sebab memiliki kekhasan masing-masing.

Apa saja yang perlu dioptimalkan lagi untuk meningkatkan keunggulan itu?

Ada beberapa hal yang menjadi perhatian. Salah satu yang penting adalah membuat kemasan produk. Kebanyakan produsen menjual barang setengah jadi. Kopi misalnya lazimnya mengekspor dalam bentuk green beans atau kopi beras. Pengolahan lebih lanjut seperti roasting dan pengemasan oleh pembeli. Artinya, meskipun sudah terdaftar dan memiliki IG, jika tidak mengemas dengan optimal maka tetap nilai tambah tidak akan optimal.

Kemasan ibarat pakaian, pembeli akan tertarik jika kemasan bagus. Kemasan bagus juga bisa meningkatkan nilai jual. Potensi peningkatan harga jual bisa meningkat hingga 10 kali lipat. Menjual produk dalam bentuk kemasan menarik, salah satu siasat meningkatkan harga jual produk.

Apa hambatan ekspor komoditas perkebunan organik dan bagaimana mengatasinya?

Salah satu kendala yang paling umum jika dari sisi pemasaran yakni produsen yang belum bisa mengemas produk atau mutu kemasan masih kurang optimal. Kemasan berperan meyakinkan calon pembeli agar tertarik pada satu produk. Artinya, meskipun dari segi budidaya sudah bermutu baik jika kemasan kurang meyakinkan dan “cerita” tidak sampai pada konsumen maka produk menjadi kurang menarik. Solusinya, kami membantu memfasilitasi mengedukasi para produsen pelaku ekspor untuk membuat kemasan yang menarik dan disenangi konsumen.

Apa peran Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional dalam pengembangan komoditas ekspor?

Untuk pasar dalam negeri kami menggalakkan gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI). Berarti apa yang dipakai atau dikonsumsi menggunakan produk Indonesia. Tujuannya meningkatkan daya saing terhadap produk impor. Adapun untuk menggalakan ekspor dengan aktif mengenalkan produk Indonesia di berbagai pameran internasional. Misalnya, Anuga salah satu pameran pangan dan minuman tersohor di Jerman.

Pada pameran itu sebagai ajang mengenalkan produk Indonesia. Produsen bisa bertemu dengan calon pembeli langsung. Misal, produsen gula semut organik (aren/kelapa) juga kerap mengenalkan pendekatan kesehatan pada konsumen mancanegara. Mereka menerangkan indeks glikemik gula semut lebih rendah dibandingkan dengan gula pasir, sehingga lebih baik untuk kesehatan. Pendekatan produk halal juga menjadi hal yang dikampanyekan di pameran internasional itu.

Apakah Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional membina petani teh, kopi, gula merah (aren dan kelapa) organik untuk berorientasi ekspor?

Ekspor merupakan sebuah kesadaran produsen. Harus terus didorong, apalagi produsen lazimnya mendapatkan keuntungan lebih besar jika mengisi pasar ekspor. Tujuan lain mengglobalkan produk Indonesia. Kami menggalakkan gerakan spices up the world, atau kembali menduniakan rempah-rampah unggulan Indonesia. Lewat gerakan itu rempah unggul seperti lada putih di Bangka, dan andaliman di Sumatera kembali tergali potensinya. Tujuan gerakan itu juga membangkitkan gairah ekspor para produsen rempah untuk berorientasi ekspor.

Gerakan itu tentu bisa diaplikasikan pada komoditas perkebunan lainnya. Komoditas seperti kopi memang sudah menggeliat, berikutnya teh sudah lumayan. Gula semut (aren/kelapa) ikut terkerek sebagai pelengkap kopi dan teh. Kami, terus membinta produsen terutama dari segi literasi tata cara ekspor.***

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img