Sambil asyik bersenda-gurau, tangan meraka tak berhenti menyendok buah-buahan dalam rujak khas tana Sabalong Samalewa itu. Rasanya yang asam manis, hmm…, sungguh menggoyang lidah. Tak terasa satu mangkuk tandas tak bersisa. Mau tahu rahasia di balik cita rasa rujak itu?
Bumbu kacang dan gula merahnya sama saja seperti yang sering disajikan abang-abang penjaja rujak dorong di sudut-sudut kota Jakarta. Buahnya pun lazim, seperti mangga dan kedondong. Rujak ala Tana Sebalong Samalewa—sebutan Kabupaten Sumbawa—jadi istimewa lantaran ada potongan daging buah pamelo taliwang. Daging bening berwarna merah terlihat bertaburan jika taliwang merah ditambahkan. Daging bening berwarna putih; ciri taliwang putih. Rasa rujak jadi asam-manis menyegarkan. Aroma khas anggota famili Rutaceae pun menguar tajam.
Buah Citrus grandis itu tak melulu dirujak. Penduduk Sumbawa Barat kerap menikmati irisan segar jeruk besar itu sebagai hidangan penutup. Maksudnya, untuk menghilangkan bau amis sehabis menyantap ikan atau rasa eneg karena terlalu banyak makan hidangan berkuah santan. Selain itu, mulut terasa lebih segar.
Merah putih
Pamelo taliwang hampir tak bisa dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari penduduk Sumbawa. Jeruk besar itu memang kebanggaan masyarakat sana. Nama yang disandang pun berasal dari nama daerah setempat. Ada 2 jenis taliwang yang dapat dinikmati, yaitu merah dan putih. Jika disandingkan secara bersama terlihat seperti kibaran bendera Republik Indonesia. Baik warna merah maupuh putih memancar indah. Warna merahputih itu menarik perhatian para juri saat mempertimbangkannya sebagai varietas unggul daerah.
Dalam benak masyarakat umumnya pamelo berukuran besar. Namun tak begitu pada taliwang merah dan putih, mereka berukuran kecil, berkisar 0,5—1 kg/buah. Meskipun 6 5 , 5 7 — 7 7 , 5 0 % daging buah dapat dinikmati, kedua jenis pamelo itu memiliki kulit buah yang tergolong t e b a l . Taliwang merah, tebal kulit 1,3—1,9 cm dan taliwang putih, 1,1—1,6 cm. Bila dilihat dari daya simpan, kedua pamelo itu mampu bertahan hingga 2 bulan. Meskipun kulit luar buah agak mengkerut, tetapi tak menghilangkan cita rasa manis. Bahkan semakin lama rasanya semakin manis dengan tekstur kian lembut.
Sosok taliwang merah bulat agak pipih, sedangkan taliwang putih hanya bulat saja. Taliwang merah panjangnya kurang lebih 17,5 cm, berdiameter 16cm; putih 16—20 cm dengan diameter 15—17 cm. Keduanya dikenal sebagai jeruk manis berasa segar. Tingkat kemanisan mencapai 14,4—14,8º briks, sedangkan kemasaman hanya 1,4—1,6%.
Warna kulit buah hampir sama dengan pamelo lainnya: kuning kehijauan dengan permukaan agak kasar. Saat dibelah jeruk besar itu mengeluarkan aroma segar dan tampak tekstur lembut nan halus dari daging buah. Namun, taliwang putih daging buahnya agak berair. Pantas jika berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian nomor 490/Kpts/LB.240/8/2004 dan 489/Kpts/ LB.240/8/2004, taliwang merah dan putih dinobatkan sebagai buah unggul nasional.
Etnis Arab
Hadirnya pamelo taliwang pertama kali dibawa oleh pedagang etnis Arab yang datang ke Kampung Arab, Desa Dalam, Kecamatan Taliwang. Nama pamelo itu berasal dari nama kecamatan: Taliwang. Meskipun, kini sudah diganti dengan Kecamatan Sumbawa. Sekarang jeruk itu sudah banyak dikebunkan masyarakat. Bahkan ia menjadi komoditas andalan yang memenuhi kriteria BUSS: baru, unik, seragam, dan stabil.
Pamelo taliwang yang berada di Kabupaten Sumbawa dikebunkan di lahan seluas 107 ha dan sebagian besar berada di Kabupaten Sumbawa Barat seluas 73 ha. Sentra terbesar di Kecamatan Taliwang, kurang lebih 115 km arah barat dari Sumbawa Besar. Kebanyakan taliwang masih dibudidayakan sebagai tanaman pekarangan yang pengelolaannya sederhana. Produktivitas tergolong tinggi, sekitar 300—450 buah per pohon per tahun. Itu untuk pohon berumur 15—20 tahun.
Karena alasan itu pula penduduk setempat mengebunkan taliwang. Di samping anggota famili Rutacea itu memiliki banyak keunggulan. Salah satunya, daya adaptasi tinggi sehingga cocok dikembangkan baik di dataran rendah maupun tinggi: 0—700 m dpl.
Saat panen raya, Mei—Juni, taliwang merah maupun putih kerap dijadikan buah tangan untuk dibawa ke Mataram dan Lombok.Toh harganya masih murah. Di tingkat pekebun Rp 2.000 per buah. Mafh um pemasarannya sangat mudah karena harga masih terjangkau.
Sayangnya panen tidak serempak, sehingga sangat sulit mendapatkan taliwang dalam jumlah besar di pasar. Menurut pengamatan penulis, kondisi itulah yang menghambat pemasaran taliwang ke luar kota. Pasar Taliwang masih merupakan sentra penjualannya. Padahal, keduanya tak kalah bersaing dengan pamelo-pamelo yang populer di Jawa. Untuk mengatasi hal itu, kini Dinas Pertanian setempat sedang memperbanyak bibit agar penanamannya kian meluas.
Borujulat
Selain taliwang merah dan putih, NTB juga punya pamelo istimewa lain. Borujulat namanya.Bobotnya mencapai 4,5—5 kg/buah. Jauh lebih besar dibanding taliwang merah dan putih. Ketebalan kulit buah hanya 1 cm, sehingga lebih banyak daging buah yang bisa dinikmati.
Bila dibandingkan dengan pamelo taliwang maupun magetan, borujulat lebih manis. “Saat digigit, buah yang masih segar akan keluar suara kres…. Itu menandakan kelegitannya,” kata Ir Sofyan Souri. Bahkan semakin lama disimpan rasanya semakin manis dan tekstur daging buah semakin lembut. Ia tahan simpan lebih dari 1 bulan. Wajar saat panen raya sekalipun harga jual Rp10-ribu—Rp15-ribu per buah.
Borujulat rencananya akan diusulkan sebagai varietas unggulan daerah Nusa Tenggara Barat dan sekaligus diajukan sebagai buah unggul nasional. Nama borujulat tetap akan disematkan pada buah asal Desa Borujulat di Kabupaten Sumbawa Barat itu.
Borujulat di daerah asalnya sendiri belum banyak di kebunkan. Namun, kepopulerannya terus berkumandang ke luar daerah. Itu paling tidak setelah diikutsertakan lomba pamelo terbesar pada Agustus 2005 di Tlekung, Batu, Jawa Timur. Meskipun tak meraih gelar juara, ukurannya yang luar biasanya besar banyak menarik perhatian pengunjung. (Ir. Arifuddin, pengawas
Benih Tanaman Madya)