Trubus.id-Robusta premium dengan aroma kopi yang khas dan legit menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta kopi. Pekebun Kopi di Kabupaten temanggung, Provinsi Jawa Tengah, Tumardi, berhasil mengolah kopi dari kebunnya menjadi robusta kelas premium.
Tumardi membawa buah kopi hasil panen ke ruang penjemuran. Ia menggunakan ruang penjemuran berukuran 5 m x 12 m dengan tinggi 3 m. Atap bangunan terbuat dari plastik ultraviolet berbentuk kubah. Tujuannya untuk menghadang air hujan dari atas maupun percikan dari sisi ruangan.
Manfaat lain dari atap plastik ultraviolet itu mencegah sengatan sinar matahari langsung. Sehingga aroma dan rasa kopi tidak banyak yang berkurang. Tumardi menghamparkan buah kopi itu di atas baki berbahan kawat ram. Proses pengeringan berlangsung selama 7 hari.
Hingga tersisakadar air 11—12%. Selanjutnya Tumardi menyortir untu memisahkan biji rusak. Dalam proses pengeringan biasanya terdapat biji pecah. Hasil sortiran lantas ia kupas kasar menyisakan sebagian kulit ari. Terakhir proses pemanggangan tingkat sedang.
Setelah itu biji kopi robusta siap digiling menjadi bubuk kopi bercita rasa tinggi. Metode pengolahan yang digunakan oleh Tumardi itu disebut dengan natural honey.
Meskipun prosesnya panjang Tumardi merasa puas. Terdapat lonjakan harga sekitar Rp6.000—Rp7.000 per kg bubuk kopi.
Lazimnya pengolahan kopi robusta secara fullwash. Namun, di tempat Tumardi ketersediaan air terbatas. Tanpa sengaja Tumardi mengadopsi pengolahan kopi kelas premium, yakni natural honey. Hal itu dilakukan semata-mata karena keterbatasan air.
Setelah dipraktikkan ternyata memperoleh manfaat lain. Rasa unik pada setiap biji kopi tidak banyak yang hilang. Bandingkan dengan metode fullwash. Semua rasa unik terbilas bersama air. Durasi pengolahan memang lebih lama. Pekebun membutuhkan 10 hari sejak panen buah kopi hingga kopi itu siap konsumsi.