Olahan baru minyak lele kaya omega-3 dan omega-9. Konsumsi rutin minyak lele meningkatkan kecerdasan.
Sebanyak 100 orang anggota Pos Lansia Dahlia Senja rutin mengonsumsi minyak lele. Mereka berusia 60—70 tahun.“Ketika usia makin menua, kondisi tubuh dan elastisitas pembuluh darah akan menurun. Itu memicu timbulnya berbagai penyakit seperti strok dan kolesterol tinggi,” kata periset dari Institut Pertanian Bogor, Mia Srimiati, S.Gz, M.Si. Namun, sejak rutin mengonsumsi minyak lele, kondisi mereka lebih bugar.
Hasil pengujian menunjukkan, kadar Low Density Lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat dan total kolesterol dalam darah lebih rendah setelah mengonsumsi suplemen minyak ikan lele.Mereka juga merasakan perbaikan fisik seperti tubuh lebih segar. “Di bagian tubuh yang biasanya mulai mengendur, kini juga lebih kencang,” kata Ketua Pos Lansia Dahlia Senja, Ratna Habsari Marsoedi.
Aroma sedap
Sebelum menguji klinis terhadap manusia, para periset menguji praklinis terhadap hewan yaitu monyet ekor panjang Macaca fasciluris pada Agustus 2013. Pengujian itu menjadi dasar sebelum berlanjut pada uji terhadap manusia.Hasil pengujian menunjukkan, kecerdasan monyet meningkat dan bobot tubuh melonjak. Konsumsi minyak itu sekaligus menurunkan kadar kolesterol jahat dan kolesterol total.
Periset memberikan 120 gram minyak lele kepada seekor monyet per hari selama 12 pekan. Indikasi kecerdasan primata itu antara lain monyet dapat mengenali piring yang menjadi miliknya dan piring yang bukan miliknya. Minyak lele berpeluang besar sebagai alternatif suplemen karena kaya protein dan minyaknya mengandung senyawa-senyawa bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
“Penyakit-penyakit yang biasanya diderita oleh orang lanjut usia tercegah dengan rutin mengonsumsi suplemen yang mengandung asam lemak tak jenuh, salah satunya adalah dari minyak ikan lele,” kata Mia Srimiati. Itulah inovasi terbaru guru besar di Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor,Prof. Dr. Clara Meliyanti Kusharto, M.Sc dan rekan. Selama ini masyarakat mengonsumsi lele dalam bentuk goreng.
Para periset mengemas suplemen minyak Clarias gariepinus dalam kapsul lunak sehingga mudah dan aman dikonsumsi. Konsumsi cukup dengan 1 kapsul perhari selama kurang lebih 3 bulan. Sebuah kapsul lunak minyak ikan lele mengandung omega-3 sebanyak 154 mg, asam dokosaheksaenoat (DHA) 39 mg, asam eicoapentaenoic (EPA) 12 mg,dan omega-9 (348 mg).
Meski hasil olahan ikan, minyak lele beraroma sedap dan berwarna jernih. Selama proses pemurnian, Clara melakukan tahapan pemucatan (bleaching) dengan magnesol xl 5%. “Proses pemucatan tidak hanya bicara mengenai warna, tetapi juga sebagai salah satu proses untuk menghilangkan kotoran kimia yang masih terkandung di dalam minyak ikan lele,” kata Prof. Clara. Penghilangan bau (deodorizing) juga dilakukan untuk menghilangkan aroma tidak sedap dari minyak lele.
Rendemen 2,7%
Minyak ikan lele berasal dari pengukusan filet atau irisan daging ikan tanpa tulang. Menurut Clara untuk menghasilkan 1,5 liter minyak lele memerlukan 55 kg filet. Rendemen dari filet menjadi minyak mencapai 2,7%. Semula tidak terpikirkan Clara untuk memanfaatkan minyak lele. Minyak lele sejatinya hasil sampingan dari proses penepungan untuk bahan baku biskuit lele.
Clara dan tim memang membuat biskuit berbahan baku daging lele untuk anak berkebutuhan khusus (baca: “Lele Bersalin Menjadi Tepung” Trubus Juni 2018). Melihat peluang itu para peneliti berharap dapat menerapkan metode zero waste product sehingga seluruh bagian dari ikan lele dapat dimanfaatkan tanpa terkecuali. Produk minyak ikan lele sedang dalam tahap Program Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT).
Prof. Clara dan rekan berharap minyak lele menjadi alternatif dan produk lokal yang berkualitas. Selama ini suplemen minyak ikan identik dengan ikan laut. Clara menciptakan suplemen minyak ikan yang berasal dari ikan lele. Hasil penelitian itu pertama di dunia yang menciptakan suplemen minyak ikan yang bersumber dari ikan air tawar dan menjadi salah satu dari 108 inovasi Indonesia paling prospektif pada tahun 2016.
Bersumber dari ikan lele, suplemen itu menjadi pelopor dalam pemanfaatan hasil ikan lokal. Produksi lele Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat produksi lele nasional pada 2013 mencapai 400.000 ton. Masyarakat memanfaatkan ikan anggota famili Clariidae itu sebagai olahan pecel lele. Kini masyarakat punya pilihan lain, yakni minyak lele. (Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)