Ayah 2 anak itu semula abai dengan keram yang kerap dirasakan ketika berolahraga golf. “Masuk hole ke-10—dari 18 hole yang tersedia, red—biasanya kaki mulai keram,” tutur kelahiran Jakarta, 29 April 1959 itu. Setelah beristirahat sejenak kejang-kejang mereda. Toh, frekuensi sakit yang terus meningkat menyebabkan ia mesti mengalah. Untuk bergerak dari satu hole ke hole lain Rudy memilih menggunakan mobil golf.
Acara santap siang di sebuah restoran mengubah segalanya. Waktu itu direktur PT Kemang Hasta itu beberapa kali berurin. Rudy memang kerap sulit menahan keinginan untuk berkemih. Pria perlente itu terkejut bukan kepalang ketika kali kedua membuang hajat menemukan bekas air seni dikerumuti semut. Rudy yakin, lantaran selain dirinya tidak ada orang lain yang masuk ke peturasan.
Sebuah vonis segera membayang: diabetes mellitus! Penyakit yang sudah dikenal sejak 1552 Masehi itu diidap oleh sang ibu. Menurut Lina Mardiana, herbalis di Yogyakarta, keram dan sulit menahan keinginan untuk berkemih memang beberapa gejala diabetes. Apalagi Rudy pun menderita obesitas—juga faktor pemicu. Dengan tinggi sekitar 180 cm, bobot ideal mestinya 70 kg. Berat badan Rudy mencapai 96 kg.
Disfungsi ereksi
Hari itu juga Rudy langsung memacu kendaraannya menuju kediaman ibunda. Saat mengecek kadar gula dalam darah, tertera angka 463 mg/dl. Penasaran dengan nilai itu, Rudy memeriksakan diri ke dokter. Hasil tes menunjukkan nilai gula darah puasa mencapai 465 mg/dl dan 2 jam sesudah makan 500 mg/dl. Padahal, normalnya nilai masing-masing 120 mg/dl dan 200 mg/dl.
Dokter pemeriksa langsung melarang olahraga berat dan menganjurkan banyak jalan kaki serta istirahat yang cukup. “Dokter juga bilang saya tidak boleh stres,” kata Rudy. Alih-alih memperoleh ketenangan, pikiran mantan presiden direktur PT Sea World Indonesia itu justru makin tak tenang.
Diabetes millitus yang diidap menggulirkan derita disfungsi ereksi. Kemesraan bersama sang istri perlahan meredup lantaran Rudy kehilangan gairah. Menurut Berger dari Massachuset Male Aging Study, prevalensi disfungsi ereksi pada penderita diabetes mencapai 27—75%. Untung saja sang istri memahami gangguan itu.
Dr Erwin Sainan, SpKK, dari Rumah Sakit Persahabatan menyebutkan diabetes menyebabkan kerja saraf otonom di sumsum tulang belakang terganggu. Padahal, saraf itu berfungsi memberikan rangsangan pada organ erektil—antara lain pembuluh darah vena dan otot polos di penis. Karena fungsi itu terganggu, rangsangan pun gagal diteruskan. Gangguan sama terjadi pada saraf somatik di permukaan penis dan glans—kepala penis. Itu menyebabkan penis tidak mampu ereksi dan gagal berpenetrasi.
Enggan berlama-lama menderita Rudy rajin mengkonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. “Tapi cuma saya minum rutin selama 3,5 bulan,” tuturnya. Rudy enggan tergantung obat-obatan kimia lantaran khawatir dampaknya di masa depan. Apalagi tiap kali kadar gula dalam darah meningkat, dosis obat yang diberikan pun naik.
Turun drastis
Sebuah berita di salah satu situs dunia maya pada awal 2004 memberikan secercah harapan. “Dalam situs American Diabetic Association disebutkan, salah satu alternatif mengobatan diabetes dengan virgin coconut oil,” kata Rudy. Namun, ia tak segera menindaklanjuti. “Masak harus membeli ke Amerika?” tanyanya. Waktu itu pria tinggi besar itu belum memiliki informasi minyak dara mulai diproduksi dan diperdagangkan di Indonesia.
Sembilan bulan lamanya berita itu ia simpan sendiri. Suatu ketika seorang rekan dari Institut Pertanian Bogor membawa sebotol cairan bening bervolume 400 cc. “Pak Rudy bagaimana kalau kita mengembangkan bisnis ini,” tanya sang rekan. Sekadar ingin ia tahu bertanya cairan apa itu. Senyum langsung mengembang di bibir pria berkumis itu, waktu diberi tahu itu virgin coconut oil. “Loh ini kan yang saya cari-cari.”
Langsung saja Rudy mengambil botol itu untuk konsumsi sendiri. Urusan mengembangkan bisnis untuk sementara dikesampingkan. Satu sendok makan VCO diuyup 1—2 kali sehari berbarengan dengan obat-obatan dari dokter. Hari ke-10 konsumsi, dampaknya mulai terasa.
Saat itu Rudy tengah berada di kantor. Ketika hari merembang petang, tiba-tiba keringat dingin keluar dari sekujur tubuh. Kaki gemetar dan tidak sanggup menopang tubuh untuk berdiri tegak. “Saya sampai harus bersender ke tembok untuk berjalan,” katanya. Untunglah, sekretaris kantor mengetahui kejadian itu. Segelas air gula yang disodorkan membuat Rudy kembali segar. Ternyata kadar gula dalam darah melorot drastis hingga cuma 70 mg/dl. Rudy memutuskan menghentikan obat dokter dan hanya meminum VCO.
Atasi penyebab
Satu setengah bulan kemudian kala mengecek kadar gula darah, dokter yang rutin memeriksa terkejut. Nilai gula dalam darah Rudy stabil di angka 120 mg/dl. “Dokter bingung karena biasanya dengan mengkonsumsi obat-obatan kimia pun gula darah saya masih berkisar 180—200 mg/dl,” kata Rudy.
Setelah mengetahui ia mengkonsumsi VCO paramedis itu cuma manggut-manggut. Rupanya beberapa pasien sang dokter—juga penderita diabetes—mengalami hal serupa setelah meminum minyak dara. Rudy diperbolehkan meneruskan asupan VCO, tapi mesti melakukan kontrol rutin untuk mengecek kadar gula darah per 6 bulan.
Kini bukan hanya 27 hole permainan golf yang sanggup Rudy lalui dengan berjalan kaki. Bobot tubuh menyusut dari 96 kg menjadi 82 kg dalam waktu 3 bulan. Menurut penelitian dr Bruce Fife, pelopor minyak dara dari Amerika Serikat, VCO memang berperan menurunkan bobot badan.
Kehangatan bersama sang istri pun kembali bersemi. “Istri saya sekarang sudah senyum-senyum tuh,” seloroh Rudy. Menurut Maria Margaretha Anjarwati, herbalis di Kelapagading, Jakarta Utara, dalam mengatasi disfungsi ereksi, faktor penyebab memang harus lebih dulu diatasi. “Kalau penyebabnya diabetes, berarti penyakit gulanya dulu yang diobati,” katanya. Setelah penyebab teratasi, gairah bakal kembali membara. (Evy Syariefa/ Peliput: Rosy Nur Apriyanti dan Sardi Duryatmo)