Wednesday, March 5, 2025

Mulyono Herlambang Obsesi Balikkan Arah Panah

Rekomendasi

Jumlahnya mencapai puluhan ton atau senilai Rp1-triliun per tahun. Mulyono Herlambang, produsen benih di Karangpandan, Karanganyar, Jawa Tengah, punya segenggam obsesi, “Saya ingin membalikkan arah panah itu dari Indonesia menyebar ke seluruh dunia.”

Sebagian keinginan pemilik PT Multi Global Agrindo (MGA) itu kini sudah terwujud. Sejak 1998 benih melonnya berhasil menembus Jepang. Padahal negara itu salah satu produsen benih andal dunia. Tahun berikutnya menyusul terung varietas unagi, ebi, dan ika; mentimun varietas kiku; paria varietas wani; dan semangka varietas bara masuk ke sana. Dari kelima jenis itu, volume ekspor benih 3 jenis melon: usagi, tanuki, dan ratuda, paling besar, 200 kg per tahun. Jenis lain masing-masing 100 kg.

Hasil tangkaran pria berkacamata itu ternyata tak berhenti di Jepang. Dari negeri Matahari Terbit itu benih melanglang lagi hingga ke Cina, Taiwan, dan Korea Selatan. Itu lantaran benih yang dihasilkan terbukti berkualitas. Lihat saja TIA, maestro, dan buba, 3 varietas tomat unggul.

Produktivitas ketiganya sangat fantastis, 7 kg per tanaman. Padahal, produktivitas rata-rata tomat lain di Indonesia hanya 1,5—2 kg per tanaman. Belum lagi keunggulan lain, seperti daya adaptasi luas—bisa ditanam di dataran rendah sampai tinggi, serta tahan layu fusarium dan busuk batang.

Andalan lain, terung greenlight tak kalah dari varietas terung untuk digoreng asal Jepang. Warnanya hijau menarik dan berdaging empuk seperti busa. Wajar bila menteri pertanian Prof Bungaran Saragih sempat terkecoh. Beragam komoditas dari benih hasil tangkaran Mulyono yang dipamerkan dalam sebuah ekspo di Temanggung, Jawa Tengah, disangka benih impor.

Dibanjiri impor

Tekad pria kelahiran Sukoharjo 53 tahun silam itu untuk menjadi produsen benih berawal dari keprihatinan melihat membanjirnya benih impor. “Saya malu, Indonesia disebut negara agraris tapi benih yang digunakan hampir 100% impor,” kata penggagas berdirinya OISCA Indonesia itu. Bukan ketidakcocokan benih dengan agroklimat yang dikhawatirkan, tapi ketergantungan pekebun pada benih impor. Menurut Mulyono, setiap tahun Rp1-triliun kekayaan negara dihabiskan untuk belanja benih.

Agar punya bekal cukup untuk bertarung dengan perusahaan-perusahaan benih besar, mantan PPL dan kepala Balai Penyuluhan Pertanian di beberapa kecamatan di Karanganyar itu terbang ke Jepang. Ia mempelajari benih hibrida di OISCA International mulai 1980—1981. Taiwan yang juga raksasa benih dan pertanian disambangi pada 1986. Di Pulau Formosa itu, Mulyono mengikuti pembelajaran tentang benih di Taiwan Agricultural Reseach Institute (TARI).

Benih berkualitas

Pulang ke tanah air, pada 1993 kepala Cabang Dinas Pertanian Wilayah Karangpandan, Kabupaten Karanganyar itu, mulai mengumpulkan plasma nutfah berbagai sayuran dan buah semusim sebagai bank benih (seed bank). Di sebuah perusahaan benih, bank benih mutlak ada untuk keperluan riset dan memproduksi jenis baru.

“Riset perlu dilakukan karena kita mencari yang terbaik dari ratusan individu,” ungkap ayah Juwita Sari Herlambang itu. Tak heran ia berani berucap, “Aset terbesar saya dari usaha ini ialah data dan bank benih yang berisi lebih dari 10.000 individu tanaman,” ungkap suami Titik Suharti itu.

Untuk melengkapi bank benih, perburuan plasma nutfah dilakukan ke seluruh penjuru dunia. Kebetulan, jabatan sebagai wakil ketua di salah satu organisasi kepemudaan Asia Pasifi k saat itu kerap membawanya ke berbagai negara. Dalam setiap kunjungan itulah sebagian waktu dimanfaatkan untuk mengumpulkan plasma nutfah.

Sejak saat itu serangkaian riset—baik riset untuk mendapatkan varietas baru maupun pasar—tak putus dilakukan. Bagi Mulyono benih ibarat mode pakaian yang harus mengikuti perkembangan zaman. Jika tidak, ia mudah dikalahkan produsen lain yang menghasilkan varietas unggul.

Namun, melakukan riset tidak semudah membalikkan telapak tangan. Untuk mendapatkan 1 varietas baru dibutuhkan waktu lama dan biaya besar. Cabai merah pertiwi dan rekab yang akan diluncurkan pada 2004 berasal dari 275 varietas berbeda, hasil riset dan penyilangan selama 10 tahun.

Saingi impor

Kerja keras Mulyono akhirnya membuahkan hasil. Benih tangkarannya diakui sebagai benih unggul yang kini banyak diburu pekebun dan produsen benih lain. Bahkan, kualitas tomat, terung, paria, mentimun, dan melon mampu mengungguli benih asal impor.

Kelebihan lain, karena dihasilkan di Indonesia, benih hasil tangkarannya jauh lebih murah. Misal benih melon ladika dijual Rp185.000 per 1.000 butir; asal Jepang Rp350.000.

Sampai 2003, pria tinggi besar itu telah menghasilkan 22 varietas benih hibrida sayuran dan buah semusim. Sepuluh varietas telah dirilis pemerintah dan ditanam pekebun di beberapa provinsi di Jawa, Sumatera, dan Bali. Akhir Desember 2003, dilepas lagi 7 varietas: 2 kacang panjang, 3 terung, dan 2 cabai.

Tak melulu pengakuan yang didapat, dari memproduksi benih gemerincing rupiah mulai menyesaki kantong Mulyono. Sekadar contoh, dengan menjual 400 kg benih melon ke Jepang dengan harga lokal saja, ia sudah menerima pendapatan Rp1,45-miliar per tahun. Itu belum termasuk pendapatan dari benih tomat, mentimun, terung, semangka, dan paria.

MGA yang didirikan pada 1998 itu didukung 164 karyawan. Mereka bahu membahu untuk terus menelurkan kreasi-kreasi baru dari ruang kantor, laboratorium, dan lahan-lahan percobaan seluas 10 ha

Dibanding dengan volume impor benih yang selama ini terjadi, hasil yang dicapai Mulyono Herlambang memang belumlah seberapa. ”Kerja saya baru nol koma sekian persen,” katanya merendah. Namun, setidaknya langkah alumnus Akademi Farming Solo pada 1971 itu sedikit menghapus ketergantungan pekebun Indonesia pada benih impor. Jika ada Mulyono-Mulyono lain, bukan tidak mungkin arah panah itu benar-benar berbalik (Muhammad Kusmana)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Kelompok Tani Karya Baru: Inovasi Olahan Cabai Hiyung dari Tapin

Trubus.id–Kelompok Tani Karya Baru merupakan salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Hortikultura  yang mengembangkan produk cabai...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img