Daun ulam raja kerabat kenikir membantu penyembuhan kanker payudara.
Masyarakat Jawa lazim mengolah daun ulam raja untuk campuran pecel. Tanaman anggota keluarga Asteraceae itu ternyata juga berkhasiat antikanker. Kanker payudara penyebab kematian perempuan yang cukup tinggi di dunia. Setiap tahun lebih dari 1,1-juta perempuan penderita kanker payudara baru dan tingkat kematian mencapai 1,6%. Kaum hawa kini boleh berharap pada ulam raja.
Riset Ratna Budhi dan rekan dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), membuktikan, daun ulam raja berkhasiat mengatasi kanker payudara. Dalam penelitian itu Ratna dan rekan menggunakan daun ulam raja dari Moyudan, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta. Ia mengambil daun—segar dan tidak berpenyakit—secara acak. Sel kanker payudara, T47D, koleksi Cencer Chemoprevention Research Center (CCRC) Universitas Gadjah Mada.
Bunuh diri
Ratna menguji aktivitas sitotoksik ekstrak daun ulam raja terhadap sel kanker T47D. Hasilnya ekstrak daun ulam raja bersifat sitotoksik terhadap sel T47D dengan IC50 sebesar 344,91 µg/ml. IC50 adalah ukuran efektivitas senyawa dalam menghambat fungsi biologis atau biokimia tertentu. Artinya untuk mengatasi separuh sel kanker payudara hanya dibutuhkan dosis 344,91 µg/ml. Menurut Ratna senyawa aktif dalam daun ulam raja memacu apoptosis atau program bunuh diri sel.
Senyawa flavonoid dan glikosida kuersetin yang terkandung di dalam daun tanaman tahunan itu memicu apoptosis sel. Flavonoid merupakan senyawa yang mampu menginduksi terjadinya apoptosis. Di samping itu flavonoid memicu apoptosis melalui penghambatan aktivitas asam deoksiribonukleat (deoxyribose-nucleic acid, DNA) topoismerase I/II, modulasi signaling pathways, dan penurunan ekspresi gen Bcl-2 dan Bcl-XL.
Flavonoid juga meningkatan ekspresi gen bax dan bak serta aktivasi endonuklease. Enzim endonuklease itu memperbesar kemungkinan suatu sel untuk melakukan apoptosis. Adapun kuersetin mampu menginduksi apoptosis sel kanker kolon, sel kanker leukemia, dan sel kanker payudara. Caranya merangsang pelepasan sitokrom c dari motokondria. Sitokrom c adalah protein yang menginduksi terjadinya apoptosis sel.
Menurut dokter sekaligus herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, penanganan kanker setiap stadium berbeda-beda. Pada penderita kanker stadium satu dan dua biasanya dokter menyarankan untuk mengangkat sel kanker dengan cara operasi. “Pada stadium pertama sel kanker belum melebar, sedangkan stadium kedua sel kanker sudah melebar tetapi belum menyebar sehingga masih dapat dioperasi,” ujar Prapti.
Pada stadium tiga sel kanker sudah berkembang dan menyebar ke bagian tubuh lain di sekitar payudara sehingga tidak disarankan untuk dioperasi. Tindakan medis untuk mengobati kanker payudara stadium tiga adalah kemoterapi. Namun, selain mematikan sel kanker, kemotrerapi juga dapat mengakibatkan kematian sel sehat. Sementara itu stadium empat merupakan stadium paling tinggi dalam tingkatan penyakit kanker.
Jaga emosi
Waktu yang diperlukan dalam peningkatan stadium setiap pasien berbeda-beda tergantung faktor internal dan eksternal pasien. Faktor internal terdapat di dalam tubuh penderita kanker. Jika pasien memiliki emosional yang tinggi dan memiliki rasa takut maka akan mempercepat waktu peningkatan stadium kanker. “Jika pasien sering marah maka pembuluh darah menyempit, sehingga trasportasi oksigen dalam darah terhambat dan sel kanker lebih cepat berkembang,” ujar Prapti.
Faktor eksternal merupakan paparan polusi dan pola makan. Menurut Prapti makanan yang dapat memacu perkembangan sel kanker adalah daging merah seperti sapi dan kambing. Selain itu pemicu lain berkembangnya sel kanker adalah makanan yang mengandung bahan pengawet dan makanan yang mengandung fitoestrogen seperti tahu, tempe, dan kedelai. Begitu pula buah-buahan yang sangat manis seperti durian dan lengkeng.
Prapti menganjurkan penderita kanker untuk mengonsumsi buah dan sayuran segar tanpa bahan pengawet dan minum air mineral. Konsumsi daun ulam raja salah satu cara untuk mencegah atau mengatasi sel ganas yang mematikan itu. Herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi, mengatakan bahwa pemanfaatan daun ulam raja paling baik dengan cara pengukusan.
Pengukusan daun mempertahankan senyawa antikanker seperti flavonoid, sedangkan perebusan menyebabkan flavonoid yang terdapat di daun sudah hilang. “Jika daun direbus maka yang berkhasiat sebagai obat adalah air rebusannya,” ujar Lukas.
Sebagian masyarakat menyebutnya kenikir. Namun, sosok kenikir yang berkhasiat itu berbeda dengan kenikir yang tanaman hias. Keduanya—ulam raja Cosmos caudatus dan kenikir Tagetes erecta—memang masih sekerabat, sama-sama anggota famili Asteraceae.
Para petani memanfaatkan kenikir Tagetes erecta sebagai atraktan atau penarik serangga hama dalam budidaya sayuran organik. Aroma bunga kenikir amat kuat, berwarna kuning yang menarik perhatian serangga. Kerabatnya, ulam raja kini mempunyai khasiat manjur sebagai antikanker payudara. (Ian Purnama Sari)