Para pedagang tengah berbelanja phalaenopsis untuk dijual kembali. Itu bukan di Tainan, atau Kao-shiung, Taiwan, tetapi di Ellindo Orchids di Bogor, Jawa Barat. Dari penjulan 10.000 batang setiap bulan, laba yang ditangguk nurseri itu cukup besar.
Setelah memilah anggrek yang diinginkan, pedagang tinggal pulang. Soal mengemas dan mengantar menjadi urusan Ellindo. Seorang karyawan lantas melapis kardus dengan kapas setebal 5 cm. Anggrek kemudian dibaringkan di atasnya dan dilapisi kapas lagi. Menjelang pameran, intensitas pekerjaan kian meningkat. Musababnya, makin banyak pedagang yang berkunjung untuk belanja anggrek Taiwan di sana.
Acapkali hingga malam pedagang dari berbagai kota seperti Semarang, Surabaya, Malang, dan Bandung bertahan di sana. Kualitas prima dan pilihan beragam menjadi alasan mereka untuk berburu phalaenopsis Taiwan di Ellindo. Perusahaan yang semula berbisnis hortikultura dan pakis itu sejatinya tidak memproduksi phalaenopsis taiwan. Ia mendatangkan langsung dari negeri di Asia Timur itu.
Botol hingga berbunga
Setiap bulan Ellindo mengimpor 7.000—10.000 batang dari berbagai ukuran. Perusahaan patungan antara Zainal Arifin dan Jeffry Huang itu memilih tanaman berkenop alias masih kuncup. Maksudnya supaya bunga tetap utuh saat tiba di Indonesia. Selain itu Ellindo juga mengimpor seedling dan tanaman berbunga.
Volume impor anggrek berbunga, “Paling 20% dari total impor,” kata Arief. Tanaman remaja dan seedling lebih banyak dipilih konsumen sebab harganya relatif murah dan cepat berbunga, hanya 2—3 bulan. Selain harga ‘miring’, seedling disukai pedagang pekebun karena jika tidak habis terjual, bibit dapat dibesarkan sendiri.
Tanpa perawatan berarti, anggrek itu ditata di atas para-para setinggi 70 cm. Dalam 3—4 pekan anggrek itu sudah ludes diserbu konsumen. Di kebun itu ribuan moth orchids anyar dari Negeri Kepulauan Formosa dapat dijumpai. Misalnya, shalu spot yang kuning bintik-bintik merah; ever spring ‘sogo davis’ yang merah bertepi putih; dan taida salu yang merah anggur bertepi putih.
Bagi penggemar anggrek besar, disediakan pula aneka doritaenopsis, seperti dtps tiny cinderella x taisuco red, anggrek berwarna pink cerah berukuran 10 cm berbunga 12 kuntum. Anggrek kupukupu itu turut meramaikan Asia Pacific Orchids Conference 2004 di Taiwan.
Sebulan kemudian, saat Trubus kembali berkunjung ke Ellindo yang dijumpai jenis baru. Ada dtps leopard prince 611, phalaenopsis king rose, gold tris, dan mistic golden. Ellindo mudah saja mendatangkan jenis-jenis phalaenopsis baru. Harap mahfum, Jeffry Huang yang warganegara Taiwan mempunyai akses kepada nurseri-nurseri di negeri berbentuk daun tembaka itu. Setidaknya ada 3 nurseri di Taiwan seperti Sinon dan Sogo Orchids yang siap memasok beragam phalaenopsis.
Bersahaja
Meski beromzet besar, penampilan Ellindo Orchids terbilang bersahaja. Di lahan seluas 2.000 m2 itu hanya ada 2 rumah plastik tipe piggy back berukuran masing-masing 27 m x 22 m. Itulah ruang pajang Ellindo. Bangunan sederhana itu berlantai tanah dengan jalanan disemen. Di dalamnya berderet belasan para-para kayu berukuran masing-masing10 m x 1 m x 1 m. Di situlah dipajang 7.000—8.000 pot berbagai ukuran. Untuk mengurangi terik sinar matahari, di bawah atap dipasang naungan plastik.
Sekitar 200 m dari greenhouse, terdapat kebun pembesaran yang juga sederhana. Nurseri itu tanpa laboratorium atau tempat penelitian seperti halnya di kebun anggrek di negeri asalnya. Wajar saja karena kiprah Ellindo Orchids dalam dunia anggrek baru seumur jagung, 2,5 tahun. Ia dikenal penggemar anggrek saat berpameran di Bandung pada akhir 2003. Saat itu di antara stan-stan lain hanya Ellindo yang memajang phalaenopsis taiwan teranyar. Varietas baru itu dinilai istimewa karena lebih semarak dibandingkan phalaenopsis varietas lokal. Tak ayal Ellindo menjadi sasaran pedagang dan kolektor.
Sejak itulah Ellindo identik dengan phalaenopsis taiwan. “Kemajuan yang spektakuler ini tak diduga sebelumnya,” ucap Arief. Sebab, sebelum bertemu Arief, Jeffrey Huang adalah pekebun sayuran di Medan. Lima tahun lalu ia pindah ke Bogor. Di Kota Hujan itu ia tetap menggeluti sayuran. Sedangkan Arief eksportir buah dan sayuran, serta berbisnis konstruksi. Mereka menjalin kerjasama saat mengirimkan sayuran dan pakis ke Taiwan.
Bila akhirnya mereka menggeluti anggrek, itu tak disengaja. Gara-garanya, pada 2002, Huang, panggilan akrab Jeffrey Huang, mendatangkan 3 pot cattleya dari Taiwan. Ternyata konsumen menyukai dan meminta mereka mendatangkan phalaenopsis dan anggrek jenis lain. Sejak November 2003, Ellindo Orchids membuka babak baru dengan mengimpor phalaenopsis Taiwan.
Pengalaman berkebun sayuran di Medan selama 8 tahun membuatnya lihai pula memelihara anggrek. Keahliannya dalam bidang pupuk amat bermanfaat sehingga anggreknya tumbuh subur. Daundaun anggrek lebar-lebar dan mengkilap tanda sehat. Kini anggrek kupu-kupu asal Taiwan itu menyebar lewat Ellindo Orchid di Bogor. (Syah Angkasa)