Inkubator menjadikan induk dan anak kucing lebih sehat dan bugar.
Jimmy Oetji pusing tujuh keliling mendapat kabar 12 kitten kucing maine coon miliknya tak terselamatkan. Ke-12 kitten itu mati berurutan dari November 2015 hingga Maret 2016. “Mungkin faktor cuaca buruk juga, ras apa pun kalau kebetulan cuaca buruk pasti susah menanganinya,” kata pehobi kucing di Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat itu. Segera ia berkonsultasi dengan dokter hewan untuk menanggulangi masalah itu.
Menurut dokter hewan di Bandung, Jawa Barat, drh Fauzi Rohman, kematian kitten atau anak kucing secara mendadak akibat perubahan suhu disebut hipotermi. “Akibat suhu yang terlalu rendah atau dingin kitten akan mengalami kembung. Bagi kitten yang metabolismenya belum baik, hipotermi itu mematikan,” kata Fauzi. Untuk mencegah kejadian itu terulang, Jimmy memutuskan untuk mensterilisasi total cattery miliknya.
Inkubator
Jimmy membersihkan ruangan secara total. “Untuk ruangan kucing saya semprot menggunakan antivirus,” kata Jimmy. Pascasterilisasi, Jimmy memutuskan untuk mengungsikan semua klangenan di catterinya selama satu bulan. “Saya ingin memastikan semuanya aman,” kata pengusaha ikan di pasar Caringin, Bandung, Jawa Barat itu. Tak ingin kecolongan lagi, Jimmy juga membeli inkubator untuk kucing atas saran dari Fauzi.
Ia mendatangkan inkubator itu dari Denmark seharga Rp18-juta. “Kebetulan kucing saya yang hendak melahirkan dititipkan di Kanyaah Cattery, Ledeng, Bandung. Saya simpan sementara inkubator di Kanyaah Cattery,” kata Jimmy. Menurut pemilik Kanyaah Cattery, Cici Cahyati, dua indukan american shorthair milik Jimmy melahirkan 5 anakan pada April 2016. Dari 5 anakan itu satu anakan mati.
Empat kitten lainnya tumbuh dengan sehat dan baik setelah menggunakan inkubator. “Dengan alat ini kita merasa lebih maksimal dalam perawatan kitten,” katanya. Menurut Cici penggunaan alat terbilang mudah. Pemilik kitten bisa mengatur suhu, kelembapan, hingga mengaktifkan sistem pelindung antibakteri pada bagian kanan alat. Peranti berukuran 85,5 cm x 47 cm x 44 cm itu mampu menampung 4 kitten sekaligus.
“Dengan adanya inkubator kita lebih tenang merawat kitten yang masih di umur kritis (1-7 hari),” kata Cici. Alat itu tidak hanya bisa digunakan oleh kitten atau anak kucing, tetapi juga klangenan lainnya yang memiliki ukuran serupa. Dengan menyedot daya listrik sebanyak 110—120 volt alat itu dibekali kecanggihan yang dapat mengatur suhu dari 20—30°C dan kelembapan 40—70%.
Selain itu inkubator juga memberikan anion bermuatan listrik (bermuatan negatif) sehingga mempercepat pemulihan kucing yang sakit. Pemulihan itu ditandai dengan lebih nyenyaknya kitten tidur dan peningkatan nafsu makan. Kelebihan lain dari inkubator itu adalah dilengkapi dua filter antibiotik sehingga dapat menetralisir debu dan patogen yang terkandung di udara.
Pemberian obat
Menurut Fauzi jika hanya untuk perawatan kitten dan menjaganya dari berbagai penyakit, pehobi bisa amengatur inkubator pada suhu 35°C dan kelembapan 40%. “Suhu dan kelembapan ideal menunjang kesehatan kitten. Kitten terlindung dari serangan berbagai macam penyakit,” kata Fauzi. Pehobi bisa menambahkan nebulizer. “Nebulizer bermanfaat untuk mengobati kucing yang butuh tambahan asupan oksigen, atau mengobati kucing yang terserang flu,” kata Cici.
Untuk nebulizer bisa menggunakan buatan dalam negeri. Selain itu pehobi juga bisa menambahkan obat ke nebulizer untuk mengobati kucing yang sakit. Kucing akan mengirup obat itu. “Kucing berbeda dengan manusia, kucing akan mati jika diberi obat flu seperti parasetamol,” katanya. Menurut drh Neno Waluyo kucing salah satu spesies dengan jumlah enzim glukuronil transferase yang sangat sedikit.
Oleh karena itu obat-obatan yang menggunakan enzim itu, tidak dapat dibuang dengan sempurna melalui ginjal. Obat-obatan itu cenderung tetap aktif, terakumulasi dalam aliran darah dan menyebabkan kerusakan parah pada organ-organ. Methemoglobin bentuk hemoglobin yang tidak dapat mengikat dan mentranspor oksigen. Jika berlebihan dalam darah methemoglobin mengakibatkan darah kucing tidak dapat mengangkut oksigen.
Akibatnya tubuh kucing kekurangan oksigen, jantung berdetak dengan cepat, napas terengah-engah, dan selaput lendir mulai berwarna cokelat tua. Lebih lanjut dapat menyebabkan kematian. Menurut Fauzi karena alasan itulah parasetamol tidak boleh diberikan pada kucing. Solusi lainnya adalah penggunaan antibiotik yang bisa diterima kucing dan diaplikasikan menggunakan nebulizer.
“Jika tidak mempunyai inkubator, aplikasi nebulizer bisa dikombinasikan dengan membuat kotak dari plastik agar penggunaanya optimal,” katanya. Menurut pehobi kucing di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Cacang Effendy, penggunaan inkubator itu lebih diutamakan untuk kitten prematur. “Jika lahir dengan kondisi normal tidak terlalu dibutuhkan,” kata Cacang. Menurut Cacang kucing secara alamiah bisa mengurus dengan baik anaknya tanpa perlu bantuan manusia jika melahirkan pada kondisi normal. (Muhamad Fajar Ramadhan)