Monday, March 3, 2025

Olah Susu Profit Selangit

Rekomendasi

Mohamad Faizal Hidayat & Andromeda Sindoro

Mereka mengolah susu dan beromzet ratusan juta rupiah sebulan sekaligus memberdayakan peternak sapi lokal.

Mohamad Faizal Hidayat, wiraswasta muda dengan segudang pengalaman berbisnis.

Trubus — Tak ada modal acap kali menjadi dalih untuk tidak beragribisnis. Mohamad Faizal Hidayat menghadapi hal serupa, tetapi ia nekad beragribisnis pada 2013. “Saat proses negosiasi, saya bilang kepada pemilik kios, kalau bulan depan tidak bisa bayar saya siap diusir,” kata Faizal yang mengolah susu menjadi 16 varian rasa seperti stroberi, bluberi, dan teh hijau. Kedai susu Its Milk di Semarang, Jawa Tengah, pun ramai pengunjung.

Pada bulan pertama saja pemuda 24 tahun itu mengantongi keuntungan bersih Rp5 juta. “Saya bersyukur, ternyata saya bisa dapat lima juta. Uang itu yang saya pakai untuk melunasi sewa kios,” kata Faizal. Ia bahkan membangun kedai Its Milk lain. Pada 2017 ia memiliki 15 outlet di 13 kabupaten/kota di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Barat.

Memberdayakan

Proses pembuatan produk susu segar selalu terjaga melalui
pengecekan secara berkala.

Dengan 15 outlet omzet bisnisnya semakin besar, memang mencapai miliaran rupiah sebulan. Kedai yang sepi hanya beromzet Rp30 juta, tapi yang ramai mencapai Rp400 juta sebulan. Faizal menolak mengatakan jumlah keuntungan bersihnya.

Faizal mensyaratkan setiap Its Milk di daerah memiliki pemasok susu sapi. Tujuannya agar kebutuhan susu selalu terpenuhi dan berkelanjutan. Secara tidak langung ia pun meningkatkan perekonomian peternak lokal. Ia hanya menggunakan susu bermutu tinggi untuk bahan baku produknya. Oleh karena itu ia membayar susu dengan harga 2 kali lipat Rp8.000 per liter. Selain berkualitas prima, pasokan susu pun lancar.

Bandingkan jika Faizal membeli dengan harga pasar sekitar Rp4.000 per liter, kualitas susu rendah lantaran dicampur air dan pasokan pun agak tersendat. Faizal mengandalkan 5 peternak di Gunungpati, Semarang, Jawa Tengah, untuk memasok 120 liter susu setiap hari untuk gerai di Semarang. “Saya ingin menjadi pengusaha sukses yang bermanfaat bagi masyarakat dan mempunyai produk yang mewakili Indonesia di dunia,” kata wirausaha muda itu.

Its Milk, kafe susu yang berpusat di Semarang tempat menikmati susu sapi dengan suasana yang nyaman.

Keinginan berbisnis susu bermula ketika Faizal mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat pada pengujung 2012. Kebetulan saat itu ia bertugas di Gunungpati dan mengetahui keluh-kesah peternak tentang harga susu yang murah Rp3.500 per liter. Padahal, sapi hanya memproduksi 5 liter susu per hari sehingga peternak berpenghasilan Rp17.500. Keruan saja hasil penjualan susu tidak sebanding dengan biaya perawatan dan pakan.

Dari situlah muncul niat berbisnis. Semangat berwirausaha juga hadir karena ia kerap membaca kisah pebisnis sukses dunia dan aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan. Akhirnya Faizal memilih membuka kedai susu lantaran belum banyak model usaha sejenis. “Selain itu harga bahan baku juga murah,” kata Faizal.

Penghargaan
Bukan hanya Faizal yang meneguk laba dari susu. Nun di Yogyakarta, Andromeda Sindoro S.Pt. pun menikmati manisnya profit susu. Andro—sapaan akrab Andromeda Sindoro—tidak menjual susu segar, tapi mengolahnya menjadi es krim yang nikmat. Semula ia hanya memerlukan 27—35 liter susu segar per hari. Kini ia membutuhkan 154—200 liter susu saban hari. “Jumlah itu bisa lebih banyak saat kemarau,” kata pria berumur 30 tahun itu.

Susu sapi lebih nikmat dengan
berbagai variasi rasa baru.

Andro mengandalkan 6 kelompok peternak sapi dan 1 koperasi (total jenderal 80 peternak) di Kaliurang, Yogyakarta, untuk memasok susu segar. Jumlah bahan baku yang meningkat tentu saja berdampak pada pendapatan. Ia menangguk omzet Rp250 juta setiap bulan dari hasil penjualan es krim ke hotel, restoran, dan kafe (horeka) di Yogyakarta, Jakarta, dan Semarang. Bahkan produk kreasi Andro terjual di Malayasia dan Singapura.

Selain menguntungkan secara materi, ketekunan Andro berjualan es krim pun berbuah penghargaan. Pada 2014 ia menjadi juara I Berani Jadi Miliarder, salah satu program kewirausahaan di salah satu televisi nasional. Andro pun menjadi juara IV Wirausaha Bank Indonesia Regional Jawa Tengah. Ia mengawali “karier” berjualan es krim saat mahasiswa semester 4 Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta.

Pada 2008 Andro bersama 4 rekan mengikuti program penyuluhan sapi perah di Kaliurang. Banyak peternak sapi perah kecewa lantaran harga susu murah. “Kualitas susu di tempat itu pun kurang baik karena dicampur air,” kata pria kelahiran Jakarta itu. Oleh karena itu, ia terinspirasi membikin es krim agar harga susu lebih bagus dan menguntungkan peternak. Syaratnya peternak mesti menyediakan susu berkualitas bagus tanpa tambahan air.

Bekas kandang

Keuletan Andro dalam mengembangkan usahanya diganjar dengan berbagai penghargaan di bidang wirausaha.

Awalnya Andro dan rekan kesulitan meyakinkan peternak menghasilkan susu bermutu prima dan membelinya dengan harga lebih tinggi. Istri Andro, Yuki Rahmayanti, S.Pt., mengatakan, “Peternak antipati dengan kedatangan kami.” Meski begitu mereka tetap berjuang dan mengevaluasi cara pendekatan ke peternak. Gaya berpakaian yang rapi dan komunikasi yang sebelumnya mereka lakukan membuat jarak dengan peternak.

Jadi pada kunjungan selanjutnya Andro, Yuki, dan rekan mengenakan pakaian sederhana dan sandal jepit. Cara itu berhasil dan peternak berkenan bekerja sama dengan mereka. Andro dan Yuki menghendaki susu segar berkualitas karena akan diolah menjadi es krim dengan merek Yogya Es Krim. Usaha es krim belum maksimal karena mereka masih berstatus mahasiswa dan modal patungan.

Andromeda Sindoro dan Yuki Rahmayanti terus berkreasi
menciptakan olahan dari susu
sapi murni.

Andro dan rekan berupaya agar pengeluaran seminimal mungkin dan tidak mengganggu kuliah. Modal bertambah ketika mereka mendapat hadiah Rp10 juta dari hasil mengikuti lomba kewirausahaan tingkat nasional. Dari situlah kemudian Andro dan empat rekannya melebarkan sayap usaha dengan membuka sebuah kedai di pojok kantin Fakultas Peternakan UGM yang tadinya kandang ternak.

Seiring berjalannya waktu tiga rekan mengundurkan diri dari usaha es krim itu karena berbeda pandangan. Jadilah Andro dan Yuki melanjutkan bisnis itu. Keduanya mengganti nama Yogya Es Krim menjadi Sweet Sundae Es Krim pada 2011. Alasannya nama Yogya Es Krim tidak bisa dipatenkan. Kini pasangan suami istri itu bertekad menjadikan produknya berkembang ke seluruh dunia. (Muhammad Hernawan Nugroho)

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Inovasi Olahan Rumput Laut, Mi Hingga Agar Strip

Trubus.id–Usup Supriatna berhasil mengolah rumput laut menjadi produk inovatif berupa mi rumput laut dan agar strip. Mi rumput laut...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img