Monday, March 27, 2023

Omzet Cilembu Rp200 Juta Sebulan

Rekomendasi
Harianto Dulmahya mengelola lahan ubi jalar hingga 100 hektare.

TRUBUS — Menjalin kemitraan dengan lebih dari 150 petani untuk menghasilkan ubi jalar berkualitas premium. Omzet ratusan juta per bulan.

Enam truk masing-masing mengangkut 7—8 ton ubi cilembu keluar masuk gudang milik Harianto Dulmahya setiap bulan. Total jenderal ada 42—48 ton ubi terangkut. Truk itu menuju pabrik pengolah ubi jalar di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dan Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur). Harga ubi jalar Rp5.000—Rp6.000/kg, maka omzet Hari—sapaan akrab Harianto Dulmahya minimal Rp210 juta/bulan.

Jumlah itu menurun dibandingkan dengan 2020. “Saat itu hasil panen tinggi sehingga saya menyuplai hingga 250 ton ubi jalar per bulan,” kata petani ubi jalar di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, itu. Selain itu, Hari memasok 50 ton ubi jalar ke pasar tradisional dan kios ubi bakar per bulan. Sejak pembatasan aktivitas karena pandemi, ia hanya memasok 1—2 ton ubi jalar ke kios ubi bakar per pekan atau 4—8 ton per bulan.

Kualitas prima

Petani ubi jalar di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Harianto Dulmahya.

Kebetulan hasil panen juga menurun pada awal 2021. Pasokan ratusan ton ubi jalar itu berasal dari sekitar 150 petani mitra. Ada 6 petani mitra berasal dari desa sebelah yakni Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Kebun ubi jalar kelolaan Hari mencapai 100 hektare (ha). Lokasi kedua desa itu strategis lantaran berada di lereng timur Gunung Semeru.

Itu memungkinkan tanaman mendapatkan sina matahari dari pagi hingga siang secara optimal. Desa Pasrujambe berada di ketinggian 500 meter di atas permukaan laut (m dpl) sehingga ideal untuk budidaya ubi jalar. Faktor geografis menguntungkan Pasrujambe sebagai sentra ubi jalar terutama jenis cilembu. “Curah hujan dan pengairan masih bagus karena dari mata air dan belum tercemar. Pun tidak ada pabrik di sekitar sini,” kata Hari.

Tak heran bila produktivitas ubi cilembu di Pasrujambe tergolong tinggi mencapai 30 ton per ha. Bahkan kebun 6.000 m2 menghasilkan 25 ton ubi jalar. Menurut Hari kesuburan tanah di lokasi itu bagus. Selain produktivitas tinggi, kualitas ubi cilembu Pasrujambe pun unggul. Rasanya manis layaknya madu dengan tekstur daging padat. Warna daging umbi oranye cerah tanpa cela.

Petani tertarik bermitra lantaran Hari sanggup menjamin pasar. Ia membeli ubi petani seharga Rp3.000 per kg untuk semua ukuran ubi. Petani tak perlu memanen karena Hari menyiapkan tenaga panen. Itu sangat memudahkan petani. Sebetulnya Hari tak pernah bercita-cita menjadi petani. Semua bermula dari sebidang tanah warisan seluas 2.500 m2 dari sang ayah.

“Sawahnya tolong dirawat, Bapak sudah tidak kuat. Itu lahan kamu. Itu juga pemberian kakek kamu,” kata Hari menirukan pesan ayahnya sebelum meninggal. Ia menyerahkan lahan tersebut untuk digarap orang lain dengan sistem bagi hasil pada 2014. Hari belum sanggup mengolahnya sendiri lantaran tak pernah bertani. Pilihannya jatuh pada tanaman padi.

Harianto Dulmahyo memasok hingga 250 ton ubi jalar per bulan pada 2020.

Kurang laku

Sepertinya Hari kurang beruntung lantaran beberapa kali penanaman hasilnya tak seberapa. Merasa tertantang, ia berguru kepada kakak ipar yang lebih dahulu bertani. Ia kaget karena hasil panen tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang dikerjakan orang lain. “Saat itu saya mendapatkan Rp15 juta dari modal Rp2,5 juta. Biasanya mendapatkan Rp7 juta,” kata pria kelahiran Lumajang, 27 Maret 1979, itu.

Tak puas memperoleh hasil itu, ia menanam ubi jalar di lahan sama. Sebelumnya Hari menekuni perniagaan ubi jalar sejak 2008. Saat awal berdagang, ubi jalar tergolong komoditas yang kurang laku. Satu karung setara 50 kg hanya berharga Rp15.000. Begitu banyaknya pasokan sampai seorang rekan petani mengatakan, “Sampean (Anda, red) minta satu fuso tiap hari juga dapat.”

Meski dibudidayakan di luar Sumedang, Jawa Barat, ubi jalar cilembu hasil penanaman di Lumajang bercita rasa manis, bertekstur padat, dan warna kuning kejinggaan.

Bahkan beberapa petani tidak memanennya. Setelah mencoba menanam sendiri di lahan warisan sang ayah dan hasilnya memuaskan, ia mengajak satu petani untuk menanam ubi jalar. Hasil panen perdana petani itu relatif bagus sehingga Hari mengantongi omzet Rp45 juta dari lahan 6.000 m2.

Kabar panen itu tersiar di kalangan petani Pasrujambe. Mereka berbondong-bondong mendatangi rumah Hari dan tertarik menanam ubi jalar. Sejak itu, hampir 90% petani di Pasrujambe beralih menanam ubi jalar. Kesuksesan Hari berdagang ubi jalar penuh tantangan. Saat ini Hari kesulitan mendapatkan pasar untuk ubi afkir. Ia tengah mengolah ubi afkir menjadi tepung dan olahannya. Dengan begitu bertambah nilai ubi sortiran itu. (Sinta Herian Pawestri)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tips Menjaga Sapi Perah agar Tetap Produktif

Trubus.id — Memelihara sapi perah harus intensif. Pasalnya banyak tantangan yang dapat membuat produksi susu sapi merosot. Misalnya sapi...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img