Budidaya yang baik dan aplikasi pupuk hayati meningkatkan produksi tebu 135 ton dan rendemen 9,17% per ha.

Peningkatan itu mencapai 52% dibandingkan dengan budidaya “biasa” alias tanpa pupuk hayati, yang hanya 88,7 ton per hektare lahan. Sudah begitu, rendemen giling tebu yang diberi pupuk hayati pun meningkat menjadi 9,17% dari 7,61% (tanpa pupuk hayati). Petani menggunakan 7 liter pupuk hayati setara Rp1,12-juta per ha dalam satu periode budidaya tebu. Pada saat bersamaan kebutuhan pupuk kimia berkurang hingga separuh.
Masih ada penambahan biaya berupa ongkos giling (biaya menggiling sedikit dengan banyak tentu berbeda). Namun, penambahan biaya itu tertutup dengan peningkatan pendapatan lantaran kenaikan produksi sekaligus rendemen. Biaya produksi total meningkat 2,4% dari Rp25,9-juta menjadi Rp26,5-juta. Peningkatan biaya Rp630.000 itu tidak sebanding dengan pertambahan pendapatan Rp28,4-juta.
Sejak pembibitan
Pendapatan petani yang menerapkan pupuk hayati meningkat 86,4% dari Rp32,9-juta menjadi Rp61,4-juta (lihat tabel Pacu Hasil Picu Laba). Itulah perbandingan hasil penanaman tebu pada 2014 selama 2 musim tanam berturut-turut antara budidaya tanpa pupuk hayati dan aplikasi pupuk hayati. Kelebihan lain adalah peningkatan ketahanan tanaman tebu terhadap serangan penyakit cendawan, terutama Ustilago scitaminea penyebab luka api.

Dari pengalaman, selama 6 tahun menggunakan pupuk hayati, pertanaman tebu tidak pernah terserang luka api. Untuk meningkatkan efisiensi dan memangkas biaya, pembibitan tebu menggunakan sistem chip budding alias tanam mata tunas. Keunggulan lain sistem chip budding adalah mudah, praktis, dan tingkat keberhasilan tumbuhnya tinggi.
Aplikasi pupuk hayati dimulai sejak fase pembibitan. Tambahkan 50 ml pupuk hayati vegetatif ke dalam seember—sekitar 20 liter—air. Masukkan bibit satu mata pascapotong dan rendam. Setelah 30 menit, angkat dan letakkan bibit di polibag 12 cm x 17 cm bermedia campuran tanah, kompos, dan serbuk gergaji atau sekam dengan perbandingan 1:1:1.
Setelah 6—8 pekan atau setinggi 45—65 cm, pindahkan bibit ke lahan. Sehektare lahan memerlukan 16.800 bibit. Pada 7 hari setelah tanam (hst), benamkan pupuk ZA dan Phonska masing-masing 2 dan 2,5 kuintal per ha. Selang 2—3 pekan ulangi dengan dosis sama. Artinya sehektare lahan hanya memerlukan 4 kuintal ZA dan 5 kuintal Phonska, separuh dari kebutuhan normal.

Adapun pupuk hayati vegetatif dengan dosis 3 ml per liter air disemprotkan 5 kali, yaitu pada 20—100 hari setelah tanam (hst) dengan interval 20 hari. Penyemprotan pada pagi sebelum pukul 08.00 atau selewat pukul 15.00. Pemupukan semprot cukup sampai tanaman setinggi semeter lantaran saat itu setiap tanaman membentuk rumpun dengan anakan sebanyak 6—10 per tanaman. Itulah kelebihan lain tanam mata tunas, yaitu menghasilkan lebih banyak anakan. Sistem bagal hanya 1—4 anakan per tanaman. Dengan pertumbuhan seperti itu, jarak antartanaman yang semula 130 cm (pusat ke pusat, PKP) menjadi 30—50 cm.
Ratun moncer
Pupuk hayati tidak hanya memacu pertumbuhan tebu dari penanaman baru. Saat uji banding diteruskan musim berikutnya, tunas ratun yang mendapatkan penyemprotan pupuk hayati menghasilkan 117,6 ton batang tebu. Penggilingan di pabrik menghasilkan 6,17 ton gula alias rendemen 8,6%. Di sisi lain, tanaman ratun tanpa pupuk hayati hanya menghasilkan 96 ton batang dengan rendemen giling 7,4% setara 4,25 ton gula.
Penanaman tebu ratun tanpa pupuk hayati hanya memperoleh pendapatan Rp34,4-juta. Harga lelang di Pabrik Gula Ngadirejo, Kediri, Jawa Timur, pada 2014 hanya Rp8.000 per kg. Sementara tebu ratun yang mendapat pupuk hayati menghasilkan laba hampir Rp41-juta. Berkat pupuk hayati, produktivitas lahan tebu seluas 1 ha di Desa Pule, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menjadi yang terbaik se-Kecamatan Kandat.
Artinya pupuk hayati salah satu solusi harga gula hasil lelang di pabrik gula, yang kadang malah lebih rendah daripada harga pokok penjualan (HPP) ketetapan pemerintah. HPP di pabrik gula Ngadirejo pada musim giling Agustus 2014 Rp8.500 per kg, harga lelang malah Rp7.500—Rp8.000. Aplikasi pupuk hayati efektif memacu produksi sekaligus mendongkrak rendemen dan menjadi solusi mencegah kerugian petani. (Sena Budiyono SE MM, purnatugas Kementerian Keuangan dan petani tebu di Kediri sejak 2010)