Sengon solomon sohor sebagai pohon bongsor. Pekebun menerapkan teknologi budidaya untuk meningkatkan pertumbuhan solomon.

Trubus — Tinggi batang lurus sengon di kebun dr. Yuno Abeta Lahay itu mencapai 8 m. Diameter batang pohon anggota famili Fabaceae itu juga besar, yakni 15—20 cm. Padahal, umur pohon baru 3 tahun. Itulah sengon solomon yang bongsor. Yuno Abeta menanam total 10.000 bibit sengon solomon di lahan 10 ha di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Bandingkan dengan sengon lokal, pada umur sama diameter batang baru 12 cm.
Bagaimana jika pertumbuhan sengon solomon secepat itu ternyata belum optimal? Itu dibuktikan para pembudidaya sengon solomon di berbagai daerah. Para pekebun membuktikan bahwa sengon solomon sejatinya masih bisa tumbuh lebih cepat. Diameter setinggi dada (diameter at breast height) 15 cm bisa tercapai 4—7 bulan lebih cepat. Artinya saat itu pohon baru berumur kurang dari 3 tahun.
Kompos
Percepatan pertumbuhan sengon itu membuat pekebun bisa lebih cepat memperoleh pendapatan dari penjualan pohon. Kunci pertumbuhan cepat itu adalah perawatan intensif. Amril Kunaefi, pekebun sengon solomon di Bandung, Jawa Barat, memberikan pupuk organik sejak tanaman pindah tanam di lahan. Ia membenamkan 5 kg pupuk kandang per pohon per 6 bulan. Ia menanam 500 bibit setinggi 75 cm asal biji pada Desember 2015 dan Februari 2016.
Pada Mei 2017 lalu, tinggi pohon berkisar 4—5 m dengan diameter 4—6 cm. Sayang, angin kencang pada akhir 2016 menumbangkan hampir 200 pohon belia itu. Menurut peneliti di Lembaga Penelitian Tanaman Kehutanan SEAMEO Biotrop, Dr. Irdika Mansur, M.For.Sc., pertumbuhan sengon solomon lebih cepat daripada sengon lokal lantaran perbedaan fisiologis. “Daun sengon solomon lebih lebar sehingga mampu menyerap lebih banyak sinar matahari,” kata Irdika.

Menurut pembudidaya tanaman kehutanan di Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah, Ardha Primatopan, penggunaan media tanam yang mengandung kompos mencukupi kebutuhan nutrisi awal sehingga bibit memunculkan daun yang lebih hijau. Itu menandakan kandungan klorofil yang lebih tinggi sehingga meningkatkan efisiensi fotosintesis. Ardha juga menyarankan pemberian pupuk dasar berupa 5—10 kg pupuk kandang per tanaman ketika pindah tanam.
Begitu tinggi bibit mencapai 1 m, yang tercapai pada bulan ke-4—ke-6 pascapindah tanam, berikan pupuk organik tambahan minimal sebanyak 5 kg per pohon. Di lahannya di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Ardha menanam tanaman tahunan antara lain lada atau kopi robusta. Sementara itu, tanaman semusim yang ia budidayakan di sela tegakan sengon adalah terung ungu, pisang, dan rumput odot.
Dengan cara itu, “Sengon mendapat tambahan pupuk dari tanaman tumpangsari,” kata Ardha. Tanaman tumpangsari juga menghambat pertumbuhan gulma sehingga pekebun bisa menghemat biaya penyiangan. Hasil tanaman tumpangsari bisa membantu biaya pemeliharaan sengon solomon sebagai tanaman utama.
Sejak bibit
Menurut Ardha Primatopan, sejatinya pertumbuhan sengon solomon dapat dipacu sejak bibit. Ardha mengatakan, tingkat perkecambahan biji sengon solomon rendah. Keberhasilan penyemaian biji kurang dari 50%. Untuk itu ia memberikan perlakuan pemeraman dengan merendam biji dalam air hangat bersuhu 70—800C selama 5 menit. Selanjutnya ia merendam biji itu dengan air bersuhu ruang selama 10 jam.
Setelah perendaman 10 jam, ia memeram biji dalam kain basah sampai berkecambah. Biasanya kecambah muncul dalam 40—48 jam tergantung suhu ruangan. Biji sehat yang disemaikan dengan cara itu mempunyai keberhasilan perkecambahan 95%. Kecambah itu lantas ditanam dalam polibag berisi media porus. Ardha menggunakan
campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1.

Bibit siap pindah tanam ke lahan sejak umur sebulan pascasemai. Saat itu batangnya lebih kecil daripada pensil dengan tinggi 15—20 cm. Ukuran itu juga ideal untuk pengiriman ke daerah lain karena bisa dimasukkan dalam polibag ukuran 5 cm. Jika tidak akan segera ditanam, bibit dibiarkan terkena sinar matahari langsung sehingga pertambahan tingginya melambat.
Konsekuensinya, bibit harus dipindahkan dalam polibag yang lebih besar, 15—20 cm. Tujuannya memberi ruang tumbuh bagi perakaran tanaman. Dengan cara itu, bibit berumur 3 bulan pascasemai tingginya baru 50 cm. Jika dibiarkan dalam naungan, bibit mencapai tinggi 50 cm pada 10—14 hari lebih cepat. Artinya saat itu bibit baru berumur 2 bulan lebih. Meski pendek, bibit yang terkena sinar matahari langsung berbatang lebih kuat sehingga mampu menahan terpaan angin.
Lahan untuk sengon solomon idealnya berketinggian 0—1.500 meter di atas permukaan laut. Lebih tinggi dari itu, pertumbuhan akan melambat karena periode penyinaran lebih singkat. Dengan berbagai cara itu, pertumbuhan sengon solomon optimal sehingga siap panen sebelum 4 tahun. Namun, kalau menanam tanaman tahunan sebagai tumpangsari. Ardha menyarankan untuk memanen ketika pohon berumur 4—6 tahun.
“Pada umur itu pohon bisa menghasilkan tunas dari bekas tebangan sehingga pekebun tidak perlu menanam ulang,” kata pegawai salah satu instansi pemerintah itu. Pekebun menunggu tunas tumbuh, menyeleksi, dan menumbuhkan kembali. Kebun sengon pun bisa menjadi andalan pencaharian. (Argohartono Arie Raharjo)