Para pehobi gandrung merawat Pilea peperomioides.
Trubus — Daun membulat mirip koin. Itulah sebabnya Pilea peperomioides berjuluk tanaman uang cina atau chinese money plant. Para pehobi kini jatuh hati pada tanaman asal Provinsi Yunnan dan Sichuan, Tiongkok Selatan, itu. Batang tanaman bak jari tangan. Tangkai daun langsing. Di ujung tangkai muncul daun yang membulat seperti penganan pancake. Di bagian titik tengah tempat batang tumbuh agak lebih muda warnanya.
Menurut pehobi tanaman hias di Lebakbulus, Jakarta Selatan, Chacha Binahati, “Pilea peperomioides tidak membosankan untuk dipandang.” Karakter-karakter pada tanaman yang masih satu suku dengan bunga mawar itu yang membuat Chacha rela menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkan Pilea peperomioides. Harga mencapai jutaan rupiah untuk sebuah pot kecil berdiameter 10 cm.
Tanaman pendatang
Saat itu Chacha langsung membeli Pilea peperomioides dari sebuah produsen di Hongkong. Chacha sengaja datang ke Hongkong hanya untuk membeli pilea. Namun, produsen di Hongkong hanya menjual terbatas, rata-rata 50 pot kecil. Sebaliknya pembeli dari berbagai negara mencapai ratusan orang. Itulah sebabnya Chacha hanya membawa pulang 5 pot kecil.
Begitu pun yang dirasakan Valentina Widjayakusuma, pehobi tanaman hias di Kelurahan Petogogan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Pada 2017 Valentina berburu Pilea peperomioides ke Singapura dan Australia. Pehobi itu membawa pulang masing-masing sebuah tanaman dari kedua negara itu. Saat itu ketenaran Pilea peperomioides di kancah internasional mulai menanjak.
Sayangnya, para pehobi tanaman hias di Indonesia hanya bisa mengaguminya lewat media sosial lantaran harga belum terjangkau. Selain itu dan produsen juga terbatas. Sudah begitu tak mudah memelihara tanaman uang itu di iklim tropis Indonesia. Chacha jatuh bangun untuk dapat menumbuhkan tanaman yang dipercayai membawa keberuntungan bagi masyarakat.
Musababnya merawat tanaman pilea relatif sulit. Namun, perempuan berumur 51 tahun itu tidak kehabisan akal. Pada akhirnya Chacha berhasil menumbuhkan dan memperbanyak tanaman. Itulah pemicu tren tanaman anggota famili Urticaceae di Indonesia. Pasokan Pilea peperomioides makin banyak untuk para pehobi. Tren Pilea peperomioides di tnah air bermula pada 2019—2020.
Salah satu pehobi tanaman hias yang mengikuti tren tanaman uang cina di Indonesia ialah Dwi Satmeini di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dwi Satmeini baru memiliki Pilea peperomioides pada 2019. “Waktu itu sampai mencari ke daerah Cipanas, Kabupaten Cianjur, untuk mendapatkan tanaman yang murah. Harga tanaman berdiameter 5 cm Rp175.000,” kata Satmeini mengenang.
Sebagai pehobi tanaman hias ia tertarik pada sosok tanaman Pilea peperomioides. Selain itu Satmeini juga tertantang karena banyak pehobi gagal memeliharanya. Kini perempuan kelahiran Denpasar, Bali, itu memiliki 3 pot tanaman uang cina yang tumbuh sentosa. Menurut Satmeini kunci memelihara tanaman koin adalah komposisi media tanam yang disesuaikan dengan lokasi tumbuh.
Setelah para pehobi sukses merawat, jumlah pilea makin banyak di pasaran. Apalagi ketika petani di Bogor dan Sukabumi, keduanya di Jawa Barat, berhasil membudidayakan tanaman uang cina, makin mudah memperoleh di pasaran. Oleh karena itu, Chacha Binahati menjalin kemitraan dengan para petani untuk memasok tanaman hias baru itu. Pemilik toko daring Salmanda Plants itu menjajakan tanaman uang cina pada awal tahun 2020.
Perempuan kelahiran Pangkalpinang itu mulai menjual 150 pot P. peperomioides. Hanya dalam sebulan seluruh pot ludes terjual. Harga jual mencapai Rp180.000 per pot kecil berdiameter 15 cm. Sebaliknya Valentina memperbanyak sendiri tanaman uang cina. Ia menjajakan tanaman hasil perbanyakan di toko tanaman hias daring miliknya, Hofmann Journal.
Saat ini permintaan tanaman uang cina yang datang ke Valentina sekitar 50 pot dalam beragam ukuran setiap bulan. Perempuan berumur 35 tahun itu sempat memiliki koleksi Pilea peperomioides bercorak daun variegata. Namun, “Peminatnya malah tidak sebanyak Pilea biasa,” ujar Valentina. (Tamara Yunike)