Trubus.id—Penggunaan pakan berbahan limbah mengurangi biaya pakan dan mendukung pertumbuhan itik. Peternak di Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Jawa Timur, Khosim misalnya memakai kombinasi sisa makanan, bekatul, sisa alas ular, dan pakan pabrik sebagai pakan itik.
Menurut Khosim kombinasi pakan itu menyiasati harga pakan agar lebih murah dan berkualitas. Biaya pakan sekitar Rp500.000 per 100 ekor selama masa budidaya 20 hari (umur 21—40 hari). Pakan itik umur sehari hingga hari ke-10 berupa pakan pabrikan.
Sementara itik berumur 10—20 hari menerima asupan kombinasi pakan pabrikan dan bekatul dengan perbandingan 1:1. Ia mendapatkan sisa makanan dari tempat pembuangan akhir dekat rumah.
Sunaryo juga memiliki pakan racikan sendiri. Pakan buatan Sunaryo dan rekan teruji ilmiah menurunkan ongkos pakan dan mendukung pertumbuhan itik. Ia mengandalkan limbah sisa makanan dari warung, restoran, dan hotel di Kota Batu sebagai komponen utama pakan. Bahan baku lainnya yakni mi apkir, bekatul, dan jagung.
“Saya menganjurkan makanan sisa dikeringkan dahulu sebelum dipakai karena kadar protein lebih tinggi hingga sekitar 24%. Sementara kadar protein dalam makanan sisa tanpa pengeringan sekitar 14%,” kata alumnus Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, itu.
Menurut Sunaryo sebaiknya makanan sisa yang digunakan berisi nasi, tulang, dan daging. Tanpa sayuran. Ia menggunakan 50 kg limbah makanan sisa kering, 25 kg mi apkir, 15 kg bekatul, dan 10 kg jagung untuk membuat 100 kg pakan. Pencampuran bahan baku dimulai dari komponen paling sedikit hingga terbesar.
Tanpa pengeringan makanan sisa, komposisi pakan meliputi 50 kg makanan sisa basah, 44 kg dedak gandum (pollard), dan 6 kg jagung giling. Setelah ketiganya digiling, kadar air relatif tinggi sekitar 40%.
Selanjutnya Sunaryo memfermentasi kombinasi pakan itu dengan 100 cc inokulan super, 1 liter molase, dan 10 liter air. Ia menyimpan semua campuran bahan itu ke dalam drum plastik yang tertutup rapat.
Kemudian pakan fermentasi dikeringanginkan dan siap dimakan itik. Hasil analisis proksimat yang termaktub dalam Jurnal Inovasi Hasil Pengabdian Masyarakat (JIPEMAS) itu mengungkapkan makanan sisa yang kering dan basah sangat cocok untuk bahan pakan itik pedaging.
Pakan berupa makanan sisa yang dikeringkan mengandung nutrisi bagus mendekati pakan pabrik untuk layer. Pakan itu juga mempunyai protein kasar yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kebutuhan itik pedaging periode starter.
Tingginya protein dan abu dalam makanan sisa karena banyaknya tulang dan daging. Minyak dalam makanan sisa faktor penentu tingginya energi pada pakan.
“Lazimnya peternak hanya berfokus pada efisiensi biaya pakan, tanpa memperhatikan komposisi. Biaya pakan memang turun. Hasilnya juga lebih bagus, tapi kurang optimal. Hasil riset saya dan rekan bisa digunakan sebagai acuan pembuatan pakan itik pedaging,” kata Sunaryo.