Minyak kelapa murni itu mengandung asam laurat, yang di dalam tubuh diubah menjadi monolaurin. Senyawa ini diketahui sebagai antivirus, antibakteri, dan antiprotozoa. “Alangkah sempurnanya jika minyak buah merah yang multikhasiat itu dipadukan dengan VCO,” pikir Hendro.
Niat lelaki paruh baya itu sejalan dengan pemikiran saudaranya, Sylvia Kwee Tjiong Jong yang telah mempelajari VCO. “Saya langsung menyarankan agar PT Prima Baliem Subur menyatukan minyak buah merah dengan VCO,” tutur Sylvia. Istri Bambang Ismawan—pendiri dan pemimpin umum majalah Trubus—yang fanatik obat-obat tradisional itu melihat jika mereka disatukan, ada 2 kekuatan yang saling mendukung. Toh keduanya berbasis minyak, pasti soal pencampuran tak masalah.
Meski secara logika sangat mungkin dicampur, Hendro tak gegabah. “Saya tak hanya melihat sisi bisnis, tapi yang lebih penting keamanan konsumen,” ucapnya. Dikontaklah kerabat dekatnya, seorang dokter di Singapura. Melalui percakapan intensif dan uji pendahuluan di sana, dokter medis yang sekaligus ahli herbal itu memberi sinyal lampu hijau. “Pencampuran buah merah dan VCO menunjukkan manfaat yang jauh lebih baik ketimbang berdiri sendiri-sendiri,” ungkapnya menirukan sang dokter.
Penelitian ilmiah
Hendro menyambut baik hasil analisis dokter di Singapura itu. Namun, untuk meneguhkan keyakinan, ia menyodorkan gagasan penyatuan buah merah dan VCO kepada LIPI. Di Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI di Cibinong, Bogor, itulah diuji berbagai kombinasi campuran. Dr Muhammad Ahkam Subroto M.App.Sc, sang peneliti mengungkapkan, “Pada dasarnya, semua kombinasi memberikan hasil baik secara fi sika, kimia, biologis, toksisitas, dan farmakologis. Tapi untuk mendapat manfaat optimal, perbandingannya harus pas.”
Menurut lulusan University of New South Wales, Sydney, itu minyak buah merah kaya material seperti senyawa fl avonoid, steroid, dan kumarin, yang potensial untuk mengatasi berbagai penyakit. VCO tak mengandung senyawa yang umumnya dimiliki herbal berkhasiat obat: alkaloid, fl avonoid, saponin, tanin, steroid, dan kuinon. Ia hanya sebagai antimikroorganisme. Oleh karena itu formula utama di dalam pencampuran adalah minyak buah merah.
Formula ideal pencampuran minyak buah merah dan VCO sudah dipatenkan PT Prima Solusi Medika, anak perusahaan PT Prima Baliem Subur, produsen minyak buah merah MBM. “Namanya Pandanus Cocos Oil alias PCO, sesuai bahan-bahan penyusunnya,” kata Eff endi SE, manajer pemasaran. Pandanus diambil dari kata Pandanus conoideus, nama latin tanaman penghasil minyak buah merah. Sedangkan cocos dari nama latin kelapa, Cocos nucifera, bahan baku VCO. Oil berarti minyak.
Antidiabetes
PCO yang kini mulai diproduksi itu telah teruji dari segi keamanan maupun khasiat. “Seyogianya keamanan dikedepankan saat memilih suatu produk obat, sebelum mempertimbangkan khasiat,” ujar Ahkam yang selama 1 bulan mengutak-atik formula PCO. Nah, formulasi PCO dirancang sesuai kebutuhan nutrisi tubuh, sehingga dapat memberikan khasiat optimal tanpa efek samping. “Dosis berlebih percuma. Selain pemborosan, pemakaian dalam jangka panjang dikhawatirkan menyebabkan kerusakan hati, ginjal, atau limpa,” tambahnya.
Dosen pascasarjana Institut Pertanian Bogor itu mencontohkan. Konsumsi minyak buah merah 3 sendok makan sehari tidak efi sien. Dalam 1 sendok makan minyak buah merah mengandung 59,85 mg tokoferol atau 179,55 mg/3 sendok makan. Padahal, kebutuhan tokoferol per hari orang dewasa hanya 2,6—15,4 mg. Sementara tokoferol di dalam PCO, meski masih tinggi tapi jauh di bawah minyak buah merah, yakni 25,86 mg/sendok makan.
“Keampuhannya sebagai antidiabetes PCO sudah teruji dengan baik,” tutur Ahkam. Bagaimana tidak, penggabungan keduanya telah membentuk sinergi yang mampu mengatasi penyebab terjadinya diabetes. Ia bisa sekaligus menjadi inhibitor á-glukosidase dan menginduksi sekresi insulin. Berbeda ketika masing-masing berdiri sendiri. Minyak buah merah hanya berperan menjadi inhibitor á- glukosidase, tapi tidak bisa menginduksi sekresi insulin. Sebaliknya VCO bisa menginduksi sekresi insulin, tetapi tidak bisa menjadi inhibitor á-glukosidase.
Keberhasilan itulah yang membuat Hendro tak segan-segan menggelontorkan uang beratus-ratus juta rupiah untuk menguji khasiat PCO hingga tuntas. “Tidak sebatas diabetes, khasiat PCO akan kami uji terhadap penyakitpenyakit mematikan lainnya,” katanya. Itu belum termasuk investasi membeli alat pencampur yang berharga sekitar Rp30-juta per unit. Semuanya dilakukan demi kesehatan masyarakat. Untuk pemesanan PCO, PT Prima Solusi Medika selaku produsen menunjuk kembali PT Niaga Swadaya (pemasaran Trubus) sebagai pemasar dan distributor. ***