Lahan gambut potensial sebagai lokasi budidaya bawang merah. Produksi 12 ton per ha.
Tanaman bawang merah di lahan gambut mampu mengahasilkan 11—12 ton bawang kering per ha. Produksi itu setara dengan hasil budidaya bawang merah di lahan konvesional. Peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur, Titiek Purbiati, meriset budidaya bawang merah di lahan gambut yang memberikan hasil tinggi. Penelitian itu di Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat, pada 2012.
Sementara itu pada 2015 Dina Omayani dan rekan membuktikan bawang merah yang ditanam di lahan gambut di Kabupaten Kuburaya, Kalimantan Barat, menghasilkan 7—8 ton bawang kering per ha. Walau memiliki perbedan hasil, kedua penelitian itu menunjukkan budidaya bawang merah di lahan gambut berpotensi tinggi.
Drainase lahan
Indonesia negara keempat dengan lahan gambut terluas di dunia. Lahan gambut itu tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Papua dengan total luas 14.905.574 ha. Petani dapat memanfaatkan lahan gambut untuk budidaya bawang merah sehingga produksi tidak terpusat di Pulau Jawa. Namun, masih sedikit petani yang memanfaatkan lahan gambut. Sebab, pengetahuan petani dalam cara budidaya masih sagat terbatas. Untuk mendapatkan hasil makasimal perlu teknik penanaman yang tepat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah waktu tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, teknik menanam, penyiraman, penyiangan, pemupukan, serta pengendalian hama penyakit. Waktu ideal menanam bawang merah di lahan gambut adalah pada awal musim kemarau. Karena pertumbuhan tanaman membutuhkan air, maka harus dilengkapi dengan sistem pengelolaan irigasi dan drainase yang baik.
Kedua sistem itu membantu ketersediaan air untuk tanaman. Saluran drainase berukuran lebar 50 cm dengan kedalaman 30 cm, atau menyesuaikan kedalaman lapisan pirit. Jika lapisan parit terangkat maka pertumbuhan akar terhambat karena serapan air dan nutrisi tanaman tidak berjalan dengan lancar. Saluran drainase tidak tergenang setiap saat kecuali saat musim kemarau.
Pada musim itu drainase tidak boleh kering untuk memastikan tanaman mendapatkan cukup air. Drainase dibuat bersamaan dengan pembuatan bedeng dan pengolahan tanah, yaitu 2 pekan sebelum memulai tanam. Buat bedengan berukuran lebar 1—1,2 meter, tinggi 20—30 cm, dan panjang sesuai dengan panjang lahan. Petani mengolah tanah dengan mencangkul sedalam 10—20 cm agar gembur.
Jika pH tanah kurang dari 5,6 maka berikan kapur pertanian dengan dosis 1 ton per ha. Kemudian berikan 4 ton pupuk kandang ayam per ha sebagai pupuk dasar sepekan sebelum tanam. Selain pupuk kandang, berikan juga 200 kg NPK kg per ha sebagai pupuk dasar.
Benih bermutu
Penanaman bawang merah sebaiknya ketika cuaca cerah. Menanam bawang merah saat perubahan iklim dan cuaca berkabut menyebabkan rugi. Perubahan iklim mengembuskan angin kering yang menyebabkan ujung daun terbakar dan rusak. Cuaca berkabut meningkatkan kelembapan dan mempercepat pertumbuhan cendawan. Petani bawang merah menggunakan umbi disimpan selama 2—3 bulan.
Hama penyakit
Saat itu umbi memiliki titik tumbuh akar. Sebelum tanam, potong umbi sekitar 0,3—0,25% dari panjang umbi. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan tunas dan menghasilkan tanaman yang seragam. Petani menanam dengan jarak 20 cm x 10 cm sehingga memerlukan 700—1.000 kg benih per ha. Perawatan bawang merah di lahan gambut cenderung sama dengan di lahan biasa.
Penyiraman setiap hari pada pagi dan sore sampai daun pertama tumbuh yaitu sekitar 10 hari setelah tanam. Setelah itu frekuensi penyiraman berkurang hingga satu kali sehari. Penyiangan gulma saat tanaman anggota famili Liliaceae berumur 2—6 pekan. Untuk menghemat biaya produksi maka petani menyiangi bersamaan dengan pemberian pupuk susulan.
Petani di lahan gambut memberi pupuk susulan pertama saat tanaman berumur 15 hari; susulan kedua pada 30—35 hari setelah tanam. Pupuk berupa campuran NPK dan KCl. Kebutuhan pupuk per ha mencapai 150 kg NPK dan 75 kg KCl. Pemberian pupuk dengan cari menabur pupuk di tepi tanaman dengan jarak 10 cm.
Selain cara budidaya dan perawatan petani juga perlu memperhatikan serangan hama yang mungkin terjadi. Hama dan penyakit yang sering menyerang bawang merah adalah Spodoptera sp. dan layu fusarium. Atasi hama ulat secara mekanis yakni mengambil ulat dengan tangan atau menggunakan perangkap feromon. Perangkap cukup efektif diletakkan sebanak 40 buah per ha.
Untuk mengatasi layu fusarium dengan mencabut tanaman yang mati kemudian membakarnya. Penyemprotan juga bisa dilakukan dengan fungsida yang berbahan aktif difolatan 4F. (Muhammad Syahri Mubarok, Penyuluh Pertanian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat)