
Budidaya stroberi organik memanfaatkan bahan alam sebagai sumber nutrisi. Produktivitas tetap tinggi pada musim hujan.

Trubus — Ikhsanudin mengelola tiga rumah tanam dengan luas masing-masing 1.000 m2. Populasi setiap rumah tanam 4.000—5.000 tanaman stroberi. Jarak tanam pada bedengan 30—35 cm. Pekebun di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu membudidayakan stroberi dalam rumah tanam agar panen berkesinambungan. “Salah satu kendala menanam stroberi adalah musim hujan. Saya pakai greenhouse supaya bisa panen sepanjang musim,” kata Ikhsan, panggilannya.
Pemiliki kebun Stroberi Organik Gunung Andong (SOGA) itu membudidayakan stroberi secara organik. Ia memberi pupuk dasar berupa campuran pupuk kandang dan abu sekam. Ia memfermentasikan keduanya selama 21 hari dengan bantuan mikroorganisme lokal (MOL). Ikhsanudin memberikan 2 ton kg pupuk kandang dan 1 ton abu sekam per rumah tanam.
Budidaya organik
Ikhsanudin memberi nutrisi susulan berupa fermentasi urine kambing, bonggol pisang, dan pelepah pisang sebagai sumber nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Ikhsan menyemprotkan pupuk itu untuk fase vegetatif dan generatif. Konsentrasi berubah karena menyesuaikan kebutuhan tanaman.

Guru besar jurusan Ilmu Tanah, Universitas Padjadjaran, Prof. Dr. Ir. Tualar Simarmata, M.S., mengatakan, budidaya dalam rumah tanam meyebabkan pekebun mampu mengendalikan 85% faktor lingkungan seperti sinar matahari, curah hujan, dan angin. Tanaman tumbuh baik bila tiga faktor utama terpenuhi. Faktor itu yakni komposisi media tanam, pasokan nutrisi, serta asal perbanyakan tanaman.
Doktor Pertanian alumnus Universitas Justus Liebig Jerman itu mengatakan, pekebun harus memastikan di lahan itu tidak ada riwayat penyakit mematikan.
Sebelum berbuah, penyiraman menggunakan sprinkler. Frekuensi penyiraman sekali setiap dua pekan pada pukul 05.00—06.00. Buah muda muncul sekitar umur 40 hari setelah tanam. Perlu 15 hari agar buah matang dan siap petik. Setelah berbuah, Ikhsan menyiram dengan irigasi tetes yang aktif setiap pagi—sore.
Sepekan sekali, ia mengalirkan nutrisi dengan fertigasi tetes. Meski ternaungi rumah tanam, Ikhsanudin melapisi bedengan dengan mulsa. Selain mencegah gulma tumbuh, buah dapat terjaga kebersihannya sebab tidak menempel langsung pada tanah. Ia memanen perdana ketika tanaman berumur 50 hari setelah tanam (hst). Menurut Ikhsanudin jika nutrisi memadai, masa panen berlangsung hingga 18 bulan.

Ikhsanudin memetik rata-rata 5 kg buah per hari. Volume panen relatif tetap, baik pada musim kemarau maupun hujan. Produktivitas kebun tanpa naungan menurun hingga 50% saat musim hujan. Tampilan stroberi cerah dan bersih menjadi daya tarik utama. Itulah sebabnya konsumen membeli dengan harga tinggi.
Harga sekilogram stroberi organik di tingkat petani Rp80.000. Bandingkan dengan harga stroberi biasa hanya Rp20.000 per kg. Sarjana Pendidikan Matematika alumnus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta itu mengatakan bahwa harga stroberi pada musim hujan lebih mahal. Musababnya stroberi rentan terserang busuk. Saat musim kemarau harganya hanya Rp70.000 per kg. (Sinta Herian Pawestri)