Friday, December 1, 2023

Panen Jahe 17—35 ton/ha

Rekomendasi
- Advertisement -

Dari balik dinding laboratorium Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor, tangan-tangan terampil para peneliti itu berbicara. Mereka melakukan sederetan pengujian pada berbagai varietas Zingiber offi cinale. Setelah melalui proses pengumpulan, evaluasi, dan seleksi, pertengahan 2000 lahirlah varietas jahe putih besar unggul.

Itulah cimanggu I. Kelahirannya dibidani oleh para peneliti Balittro, Bogor: Dr Ir Nurlianie Bernawie, Drs M Hadad EA, Hobir BA dan rekan. Produktivitas tinggi cimanggu I stabil pada beberapa kondisi agroekologi. Keistimewaannya sudah teruji di 13 lokasi di Indonesia, di antaranya Sukabumi Selatan, Boyolali, Salatiga, Majalengka, Garut, dan Sumedang.

Produksi tinggi

Menurut Dr Ir Nurliani Bermawie, banyak faktor yang menentukan tinggi rendahnya produksi jahe. Salah satunya penggunaan bibit unggul berkualitas. “Bibit yang baik adalah modal awal untuk membangun produksi tinggi,” ujar ketua program peneliti tanaman obat Balittro itu.

Cimanggu I merupakan varietas yang tergolong berproduksi tinggi. “Dalam satu hektar minimal 17 ton rimpang segar dipanen. Bahkan produksi maksimal bisa menembus angka 35 ton per hektar di Sukamulya, Sukabumi,” papar ibu 2 putra itu. Sementara varietas lain maksimal hanya 8 ton per hektar. Itu lantaran, satu rumpun bisa menghasilkan rimpang 400—1.200 g, lebih berat 300—400 g dibandingkan jahe putih besar lainnya. Sayang kandungan asirinya tergolong rendah, sekitar 2—3%, lebih rendah 1—1,5% dari pada kerabatnya, jahe emprit dan jahe merah.

Sosok cimanggu I sepintas sama dengan jahe besar putih lainnya. Tinggi tanaman 80—100 cm. Cuma daun lebih besar, panjang 17—22 cm, lebar 5—7 cm. dan posisi antardaun saling berselang seling secara teratur. Dalam satu rumpun terdapat 6—8 batang.

Optimalkan budidaya

Pendatang unggul baru lainnya dari Ampel, sebuah kecamatan di Jawa Tengah. Masyarakat di sana mengenalnya sebagai jahe kapur. Jika dibelah, daging rimpang berwarna putih kekuning-kuningan mirip kapur. Potensi hasil yang dimiliki jahe kapur bisa mencapai 7—12 ton per hektar. Kandungan minyak asirinya juga cukup tinggi, 2,5—4%.

Namun, kedua varietas unggul itu bisa menunjukkan hasil maksimal jika teknik budidaya dilakukan secara optimal. Pengolahan tanah harus baik dengan pencangkulan sedalam 5—7 cm. Berilah pupuk dasar berupa pupuk kandang sebanyak 20—40 ton/ha. Selang 7 hari setelah penanaman, taburkan 400 kg/ha Urea, KCl sebanyak 200 kg/ha, dan 200 kg/ha SP36. Jangan lupa gunakan bibit yang baik. Benih ditanam dengan jarak 40 cm x 60 cm, dibutuhkan bibit 1,5—3 ton untuk setiap hektarnya. Kedua varietas jahe asal Indonesia bisa dipanen dalam waktu 180—360 hari. (Oki Sakti Pandana)

 

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tepat Budidaya Lobster Air Tawar

Trubus.id— Menurut praktikus lobster air tawar (LAT) di Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Muhammad Hasbi...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img