
Padi-padi anyar bersifat genjah, panen pada umur 75 hari. Produksi di atas 9 ton per hektare.

Trubus — Fauzul Khakim hanya menanti 75 hari untuk memanen padi. Petani lain rata-rata panen padi pada umur 90—120 hari setelah tanam. Hasil panen pun membubung. Fauzul rata-rata memanen padi hingga 9 ton gabah kering panen (GKP) per hektare. Itu bukan sebuah kebetulan. Tiga tahun terakhir, petani padi di Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, itu rutin memanen 9 ton per ha.
Padahal, semula Fauzul hanya menuai 3—4 ton. Menurut petani padi sejak 2013 itu hasil panen melonjak dan genjah setelah menggunakan benih padi varietas trisakti. Pria asal Serang, Banten, itu memperoleh benih padi trisakti dari sang peneliti padi trisakti langsung Prof. Dr. Ir. Ali Zum Mashar.
Tiga keunggulan
Menurut Ali tetua padi trisakti berasal dari padi di Desa Rawakidang, Kecamatan Sukadiri, Tangerang. Pada 2011 Ali merakit varietas unggul untuk meningkatkan produktivitas padi. “Ada beberapa jenis yang diuji antara lain padi ciherang dan mentikwangi susu,” kata ahli bioteknologi, pengelolaan sumber daya alam, dan lingkungan itu. Ali kemudian melihat padi yang menyerbuk alami memiliki performa berbeda, yakni genjah dan produktivitas tinggi.

Ali yang pada tahun 2003—2004 sempat menangkar padi hibrida, segera mengisolasi dan menggembangkan padi itu. Percobaan penanaman perdana menghasilkan 11 ton per GKP per hektare budidaya intensif, di tempat petani seluas 2 hektare di Desa Rawakidang.
Pemulia padi itu kemudian menyeleksi dengan indikator performa padi yang disukai masyarakat, antara lain, hasil tinggi, genjah, beras jernih bening, bentuk panjang, dan rasa pulen tapi tidak lengket. Kelebihan lain baru diketahui pada 2015—2016. Kala itu serangan hama wereng meningkat di seluruh Indonesia. Padi diteliti di pusat riset milik Ali seluas 60 hektare di Serang, Banten.

Petani lain menanam varietas padi berbeda, bukan trisakti. Hasilnya petani yang menanam padi bukan varietas trisakti terserang wereng dan gagal panen. Namun, padi trisakti tahan serangan wereng. Ali menguji multilokasi di Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan dan Papua.
Ali menghibahkan hasil penemuan varietas unggul itu untuk masyarakat, terutama petani agar lebih sejahtera. Ia menamai padi trisakti yang berarti memiliki 3 keunggulan utama, yakni hasil tinggi, genjah, dan tahan hama.
Produksi tinggi
Petani padi di Kecamatan Nisam, Kabupaten Aceh Utara, Gumarni pun mendapat hasil panen tinggi setelah menggunakan padi IF8. Pada 2017 hasil panen di lahan 1 hektare membubung hingga 11,4 ton GKP. Hasil itu menggunakan padi varietas IF8. Gumarni mengenal IF8 dari Prof. Dr. Ir., Dwi Andreas Santosa M.S. Tanaman panen cukup genjah 110 hari setelah tanam.
Menurut guru besar di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Dwi Andreas Santosa M.S, varietas IF8 dikembangkan oleh jaringan petani Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Indonesia (AB2TI) di Karanganyar, Jawa Tengah, sejak tahun 2010. Proses seleksi pada 2011—2012. Kemudian mulai 2013 diberi nama oleh AB2TI menjadi IF8. Arti nama IF8 adalah Indonesian Farmer nomor 8.

Padi anyar itu sudah tersebar di 87 kabupaten di seluruh Indonesia. Menurut Andreas hasil uji multilokasi pada 2014—2016 membuktikan produksi IF8 rata-rata 10,26 ton GKP per hektare. Kemudian ia membandingkan dengan padi lain yang ditanam petani berdekatan. Hasilnya produktivitas IF8 rata-rata 57,36% lebih tinggi dibandingkan dengan padi lain yang ditanam petani.
Rata-rata hasil panen petani menggunakan varietas lain seperti ciherang atau inpari hanya 6,52 ton GKP per hektare. Menurut Andreas padi baru itu bisa dibeli di gerai AB2TI di AB2TI Mart Bogor dan jaringan AB2TI. Namun, yang berminat harus mendaftar menjadi anggota AB2TI. Itu untuk menyesuaikan dengan persyaratan undang-undang sistem budidaya tanaman. Regulasi itu menyebutkan, varietas tanaman boleh diedarkan pada satu kelompok. AB2TI kini sedang mengembangkan 3.600 galur padi karya petani kecil. (Muhamad Fajar Ramadhan)