Tangan halusnya memoleskan merah ke kanvas yang bersketsakan wajah seorang wanita. Sesekali kepala perempuan cantik itu ditolehkan ke kiri dan kanan menikmati deretan pakis, kadaka, aglaonema chiangmai, calathea, dan bugenvil.
Penat melukis, Josephine menyelonjorkan kaki di sofa di sudut luar studio lukis. Pandangan perempuan yang masih terlihat cantik di 62 tahun itu lurus menatap barisan kaktus saguaro, sansevieria, dan euphorbia di dekat guci berhiaskan patung kepala Budha. Cukup beberapa menit menyegarkan mata dan jiwa, Josephine kembali menekuri kanvas hingga pukul 08.00.
Begitulah cara ibu 5 anak itu memulai hari. “Melukis seperti sarapan pagi yang tidak bisa dilewatkan,” katanya. Puas menggoreskan cat di atas kanvas, perempuan berpenampilan menawan itu turun ke lantai dasar kediaman. Di ruang sebuah galeri tangannya kembali sibuk bergerak ke sanake mari. Kali ini desain-desain mebel yang ia kerjakan. Di halaman dalam galeri, deretan pepohonan menemani.
Gaya meksiko
Nyaris setiap sudut kediaman—di lantai atas—dan galeri—lantai bawah—di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, itu ditumbuhi tanaman. Sepot tanaman sejenis bambu menghias sudut baca di kamar tidur. Pot-pot skindapsus variegata dan aglaonema chiangmai tertata rapi di kepala bath-tub di kamar mandi. Palem lucida alias palem kipas memayungi atapnya yang terbuka. Sementara ruang makan dihijaukan oleh kadaka, palem, dan pisang.
Dari semua sudut, taman di teras yang berbatasan langsung dengan ruang keluarga bergaya meksiko jadi favorit. Dua pot besar berisi belasan batang kaktus saguaro di sebelah kiri teras langsung menyita perhatian. Kehadiran kaktus tiang itu dikombinasikan dengan sansevieria dipangkas,” kata nenek 8 cucu itu. Gaya meksiko diwakili dengan kaktus, agave, euphorbia, dan sansevieria. Selebihnya Josephine menggunakan tanaman-tanaman khas tropis.
Sebut saja misalnya kadaka yang menghias sudut kamar mandi, ruang makan, serta teras studio lukis dan kamar mandi. Dominasi Asplenium nidus itu punya sejarah tersendiri. “Itu nama saya waktu diospek zaman kuliah dulu,” tutur anak ke-10 dari 13 bersaudara itu sambil tersenyum. Di teras depan studio lukis dan kamar mandi, pot-pot dieff enbachia si beras tumpah, aglaonema chiangmai, pakis, anthurium, dracaena, dan jatropha berbunga jingga memberi kesan asri. “Di sudut ini sengaja saya tampilkan kombinasi warna hijau, putih, dan jingga untuk mencerahkan dinding yang abu-abu,” lanjut Josephine.
Taman pot
Perancang busana dengan merek nama sendiri itu memang menempatkan spotspot warna di beberapa sudut agar taman tetap semarak. Di sisi kanan studio lukis, bugenvil berwarna violet menjadi pusat perhatian. Sementara persis di depan ruang keluarga berderet pot-pot mawar berbunga putih dan coleus berdaun merah tua. Warna cerah pun tampil pada lantai teras berwarna jingga. Beberapa tanaman gantung menambah keasrian. Untuk memberi kesan tinggi ditanam palempaleman dalam pot beton.
Taman teras ala Josaphine memang dibentuk dengan menata b e r p o t – p o t tanaman. “Kalau meng guna k an media tanah khawatir lantai tak kuat menahan beban,” kata pemilik Linggar Gallery itu. Toh, taman tetap terlihat asri dan teduh. Beberapa pot sengaja dibuat miring agar yang terlihat hanya tanaman. Dak yang tidak diisi pot ditutup dengan batu-batu ceper. Sementara di area mungil di depan studio lukis sengaja ditumbuhkan rumput.
Menurut Ir Hari Harjanto, perancang taman di Bogor, membuat taman di lantai atas menggunakan pot memang lebih aman dan mudah. “Tapi mungkin nilai estetisnya berkurang,” lanjut arsitek lansekap alumnus Institut Pertanian Bogor itu.
Tulang ikan
Untuk membuat taman di atas dak faktor drainase sangat krusial. Bila tanaman ditanam langsung menggunakan media tanah, maka sistem pembuangan mesti dirancang lebih dulu. Hari menyarankan penggunaan sistem drainase tulang ikan. Jaringan itu terdiri dari pipa PVC berlubang kecil-kecil yang disusun seperti tulang ikan. Rusuknya terbuat dari pipa berukuran 2 inci, sementara tulang utama 3 inci. Ujung setiap tulang utama dihubungkan dengan lubang pembuangan.
Selanjutnya di atas jaringan itu diberi lapisan geoteksil—wujudnya seperti kain untuk fi lter akuarium—untuk mencegah tanah atau pasir masuk. Setelah itu baru ditimbun dengan batu apung setebal 15 cm. Fungsinya mempercepat peresapan air. Itu menghindari akar tanaman busuk dan atap jebol keberatan beban.
Lalu tebarkan media setebal 25—100 cm, tergantung jenis tanaman. Ada 2 campuran media yang layak dipilih. Pertama, campuran pasir, tanah, dan pupuk kandang dengan perbandingan seimbang. “Media ini lebih menyimpan air sehingga ketika kemarau tidak perlu banyak menyiram,” kata Hari. Sayang, penggunaan pupuk kandang mengundang risiko serangan gulma. Pilihan lain, campuran pasir, sekam bakar, dan cocopeat dengan perbandingan 1:2:1 yang lebih steril.
Untuk tanaman, pilih yang lambat tumbuh, akarnya dangkal, serta kuat panas dan terpaan angin. Sekadar contoh palem, adenium, euphorbia, crossandra, philodendron, dan sansevieria. Serangan hama dan penyakit jarang terjadi. Pemupukan cukup dengan jenis lambat urai seperti Decastar dan Osmocot. Yang penting penyiraman cukup. Dengan cara itu keindahan taman dak seperti gaya meksiko milik Josephine bisa Anda miliki. (Evy Syariefa)