Bukan tanpa alasan bila Chanrit terus menambah koleksi. Maklum, “Masing-masing punya keunikan. Lihat saja red lips ini, bagus kan?” kata Park, sapaan akrabnya, sambil menunjuk Nepenthes ampullaria ‘light red peristome’ dengan tepi berwarna merah.
Tanaman gentong alias pitcher plant itu memang cantik. Kantongnya yang sebesar jempol menempel di bawah dekat batang. Biasanya kantong semar menjuntai dari ujung daun. Warna kantong hijau terang, kontras dengan bibir yang merah mencorong. Pantas ia juga dijuluki hot lips.
Si cantik itulah yang Chanrit peroleh dari Srilanka dengan merogoh kocek 8.000 Baht setara Rp1,6-juta. “Sebenarnya ia asli Borneo, hanya saja diseleksi dan dibudidayakan di Srilanka,” tutur pria 23 tahun itu pada Trubus yang berkunjung ke sana pada medio Juli 2004.
Embun matahari
Jenis lain, N. ventricosa x (truncata x mindanaoensis), yang berkantong langsing dengan bibir merah. Atau N. alata variegata yang berdaun seindah kantongnya. Ada juga N. x Morgiana dengan kantong gendut dari “pinggul” ke atas. Jenis itu salah satu kesayangan Chanrit. Maklum, itu hibrida silangan James Taplin, penangkar legendaris abad 19 asal Inggris Raya.
Tak melulu nepenthes, keluarga pemangsa lain pun dikoleksi. Sebut saja Drosera paradoxa alias si embun matahari. Sosoknya cantik dengan “bunga-bunga” kecil seperti putri malu yang mengkilap bila terkena sinar matahari. Namun, keelokan itu “pintu” kematian serangga-serangka yang tertarik hinggap di “bunga”. Mereka terjebak di cairan getah yang berkilauan itu. Saat tubuh terkoyak, cairan tubuh yang keluar jadi makanan lezat buat drosera.
Tanaman karnivora lain sempat mengisi kebun bernuansa hutan tropis seluas 200 m2 itu. Sayang, jenis-jenis Dioneae yang seperti cetakan kue pastel dan Sarrancenia berbentuk terompet tak sempat memamerkan keindahan. “Jenis-jenis itu berasal dari North Carolina, Australia, yang subtropis. Saya sudah coba rawat, tapi tidak mau hidup di daerah tropis,” kata pria yang mengumpulkan beragam tanaman langka dan unik itu.
Favorit
Total jenderal mahasiswa Universitas Tanasart, Bangkok, itu mengoleksi 15 nepenthes spesies dan 30—40 hibrida. Jenis hibrida lebih banyak lantaran gampang dirawat dan berbentuk menarik. Itu perpaduan antara induk asal daratan tinggi dan rendah. Nepenthes asal dataran tinggi, cantik tapi sulit dirawat. Sementara yang dari dataran rendah gampang tumbuh, tapi kurang cantik.
Australia, Srilanka, dan Jerman jadi sumber favorit mendapatkan kantong semar hidrida. Di ketiga negara itu penangkar nepenthes mudah ditemukan. Sementara jenis spesies banyak didapat dari Borneo, Sumatera, dan Papua.
Tak melulu berburu sendiri, penggemar reptil itu kerap mendapatkan koleksi terbaru dari teman-temannya. Setiap kali kembali dari luar negeri, mereka membawa oleh-oleh beragam tanaman, termasuk nepenthes. Sohib-sohibnya mafhum, Chanrit cinta berat pada tanaman. Dari Bangkok pada medio Juli 2004, inilah para pemangsa kesayangan Chanrit. (Evy Syariefa)