Nun di Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, NTT, Mangifera indica itu mudah ditemukan di halaman-halaman rumah penduduk. Dahulu Yacoba kecil tak pernah bosan menikmati mangga ranum yang manis dan segar. Terkadang tak perlu pisau untuk mengupas dan memotong buah.
Sambil berteduh di bawah pohon, mangga yang baru dipetik diremas-remas hingga dagingnya melunak. Lalu ujung buah disobek sedikit. Dari situ daging buah yang sudah bercampur air diseruput. Begitulah cara penduduk Wanokaka menyantap pou urang. “Asyik sekali,” kata istri H. Jon Soehadijono itu sambil menikmatinya di hadapan Trubus.
Kala perempuan kelahiran Wanokaka 60 tahun silam itu pindah ke tanah Jawa, lezatnya pou urang sulit dinikmati. Maklum anggota famili Anacardiaceae itu tak ditemukan di daerah lain. Demi sebuah rindu pada kampung halaman, 8 tahun silam sebatang bibit mangga udang (pou=mangga, urang=udang, bahasa Weweha di Sumba Barat, red) diboyong ke vila keluarga di bibir Pantai Anyer, Pandeglang.
Sengir
Pantas bila Ibu Jon—begitu Yacoba lebih sering disapa—selalu terkenang pada pou urang. Kerabat kweni M. odorata itu memang istimewa. Sosok buah mirip mangga golek, tapi lebih kecil. Kira-kira sekilo berisi 8—9 buah. Pada salah satu sisi berbentuk seperti punggung yang bungkuk seperti udang—makanya disebut mangga udang. Warna buah matang kuning terang dengan sedikit semburat hijau. Kala itu aroma harum seperti mangga sengir asal Yogyakarta tercium cukup tajam.
Daging buah yang sedikit berserat berwarna kuning kejinggaan. Rasa buah manis dan segar. “Tapi kalau masih muda kecutnya minta ampun. Orang yang ngidam pun tidak akan kuat,” seloroh ibu 5 anak itu. Namun, saat mengkal ia enak untuk buah rujak.
Bibit asal Wanokaka mulai berbuah sekitar umur 2—3 tahun. Sejak itu buah nyaris tak pernah berhenti muncul. Bunga, buah pentil, mengkal, dan matang kerap muncul berbarengan. Saat panen raya—biasanya akhir tahun, produksi mencapai 200-an buah. Saking saratnya, dahan merunduk hingga buah nyaris menyentuh tanah.
Tua
Menurut Rofinus Kaleka, SP, kepala seksi Produksi Benih, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Sumba Barat, di daerah asal pou urang terutama menyebar di 4 kecamatan. Yaitu Loura, Kodi, Lamboya, dan Wanukaka. Total populasi sekitar 2.000 pohon. Buah dari Kodi paling istimewa—lebih manis—lantaran kondisi iklim dan tanah lebih cocok. Lahan kering tetapi subur dengan bulan basah sekitar 4—5 bulan.
Di kecamatan itu juga terdapat pohon-pohon induk berumur di atas 50 tahun. Dari sana bibit yang dikembangkan dari biji menyebar ke daerah lain. Nantinya salah satu bibit yang diambil dari pohon di Wanokaka terbang ke sebuah pantai di ujung barat Pulau Jawa. Kala Yacoba memetik dan mencicipi buah yang manis segar rindu pada Wanokaka sedikit terhapus. (Evy Syariefa)