Nurseri Tass pelopor budidaya kalatea di Belanda. Kini memproduksi 600.000 pot setahun.

Panorama di kebun kalatea itu amat menakjubkan. Warna jingga bunga kalatea menghampar di atas lahan 2,2 hektar. Bunga seronok itu berpadu dengan hijau daun, amat kontras. Bunga tanaman anggota famili Marantaceae itu cantik cukup menonjol. Pemandangan itu terdapat di kebun milik Ronald van der Knapp dan Rob van der Knapp, warga Westland, Belanda.

Warna bunga itu sesuai dengan warna royal family atau keluarga kerajaan. Setiap tahun negeri itu menyelenggarakan perayaan berkaitan dengan keluarga kerajaan. Pada perayaan itu, warna jingga banyak ditampilkan sebagai ikon Belanda. Nurseri Tass menanam kalatea Calathea crocata varietas tassmania dalam pot berdiameter 14 cm. Tassmania merupakan hasil seleksi dari Calathea crocata pada 1996.
Atur suhu

Ronald van der Knapp dan Rob van der Knapp kemudian memperbanyak tanaman itu dengan cara split alias pemisahan anakan. Sebanyak 70% kebutuhan bibit berasal dari nurseri sendiri. Sebagian lainnya (30%) merupakan hasil perbanyakan secara kultur jaringan. Mereka memilih benih kultur jaringan lantaran penampilan tanaman seragam. Perbanyakan tanaman untuk mendapat bibit rampung pada 2003 sehingga greenhouse mereka penuh kalatea.

Ternyata kalatea tassmania itu dapat tumbuh dan berkembang dengan baik meski ditanam di pot lebih kecil—semula mereka menanam di pot berdiameter 19 cm. Untuk mendapat tanaman yang lebih baik, mereka memberi perlakuan khusus. Caranya dengan mengatur suhu dalam greenhouse sesuai waktu dan periode tumbuh. Pada periode vegetatif, suhu siang hari 22°C dan malam hari 18°C.

Ketika tanaman memasuki periode pembungaan, dua bersaudara itu menyetel suhu 20,5°C. Selain itu mereka juga memberi tambahan panjang cahaya dengan lampu sehingga tercapai panjang hari 8—10 jam. Mereka tak perlu repot mengatur kebutuhan tanaman itu. Sebab, mereka menerapkan sistem komputerisasi untuk mengatur suhu, kelembapan, dan intensitas sinar matahari.

Demikian pula dengan pengaturan komposisi media tanam. Pemberian pupuk serta penyiraman pun semuanya terkontrol. Semua itu berlangsung selama 42 pekan yang merupakan periode tumbuh kalatea. Kalatea mulai berbunga ketika berumur 20 pekan pascatanam. Bunga itu bertahan selama 8—10 pekan dengan kesegaran paling baik pada 20 hari pertama sejak mekar, setelah itu warna semakin pudar.

Dengan perlakuan itu, mereka mampu memproduksi tanaman pot sepanjang tahun. Untuk operasional Ronald dan Rob van der Knapp dibantu oleh 12 orang karyawan untuk berbagai bagian. Kakak beradik itu berbagi tugas, Rob, sang adik, menangani bagian produksi. Adapun Ronald menangani bagian pascapanen dan pemasaran kalatea tassmania.

Inovasi warna
Tass menyediakan 4 pilihan bagi konsumen, yaitu tanaman setinggi 40—55 cm terdiri atas 3—4 tangkai dan 5—6 tangkai. Ukuran lain yaitu tinggi tanaman 50—55 cm dengan 3—4 dan 5—6 tangkai bunga. Pengelompokan itu secara otomatis. Ternyata dengan inovasi pengelompokan dan membuat tanaman kecil, para konsumen tertarik pada sosok tassmania. Nurseri itu menghasilkan dan menjual 600.000 pot dalam setahun.

Mereka pun membuat inovasi baru dengan menanam tanaman tropis itu di pot lebih kecil, yaitu 9 cm. Ternyata kalatea itu pun tetap tumbuh dan mampu berbunga. Karena penampilannya mini, tinggi hanya 25—35cm terdiri atas 2 tangkai bunga, mereka menyebutnya tassminia—akronim dari tassmania mini alias tassmania berukuran mungil. Selain dalam hal ukuran, Nurseri Tass pun melakukan inovasi baru dengan mewarnai bunga.

Bila konsumen berminat dengan warna lain, mereka melakukan pewarnaan sesuai keinginan konsumen. Jangan heran bila menemukan tassmania atau tassminia berwarna biru atau merah. Saya sangat terkesan dengan perusahaan itu karena mereka mampu menghasilkan kalatea berkualitas top dengan manajemen perusahaan yang sangat baik. Ronald dan Rob van der Knapp membuat langkah berani.

Harap mafhum, semula ayah mereka, Leo van der Knapp, menanam paprika dalam skala luas pada 1997. Leo menanam kerabat cabai itu dalam greenhouse seluas 2,2 hektar. Pria yang kini berusia 71 tahun itu menjelaskan, saat itu, ia mengelola sendiri kebunnya dibantu beberapa karyawan. Empat tahun kemudian, kedua putranya, Ronald dan Rob van der Knapp, ingin membantu mengelola kebun paprika.

Mereka mengatakan kebun terlalu sempit untuk usaha paprika. Dampaknya sulit bersaing dengan perusahaan lain. Di Belanda kebun-kebun paprika memang sangat luas, yakni lebih dari 5 ha sehingga lebih efisien. Itulah sebabnya pada 2001, van der Knapp bersaudara membelokkan bisnis, mengganti tanaman paprika dengan kalatea Calathea crocata. Dalam 15 tahun terakhir, tanaman hias itu menjadi sumber pendapatan keluarga van der Knapp. (Henk van Staalduinen)