Trubus.id — Warung angkringan milik Herdian Aris selalu ramai pengunjung. Mereka menikmati menu favorit nasi dengan aneka satai seperti satai ayam, ampela, dan sosis.
Uniknya satai bikinan angkringan di Kecamatan Kalibaru, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, itu bukan dibakar dengan arang kayu. Namun, pembakaran satai menggunakan briket berbahan limbah kulit kopi.
Herdian menggunakan briket kulit kopi karena tidak berasap sehingga tak ada abu yang beterbangan saat pengipasan. “Selain itu saat dibakar briket mengeluarkan aroma khas kopi sehingga menambah cita rasa satai,” kata pemilik Angkringan Welas itu.
Herdian selalu membeli 6—8 kg briket per bulan dari Muhamad Ravin, produsen briket di Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi. Ravin menjadi briket limbah kulit kopi sejak Juli 2021.
Ravin menjual briket secara daring dan dititipkan ke toko-toko kelontong. Selain itu ia juga menjual briket kulit kopi ke warung-warung satai dan ikan bakar. Ia menjual briket kulit kopi Rp10.000 per kg.
Peluang ekspor
Untuk mengenalkan briket limbah kopi, Ravin juga memberanikan diri mengikuti acara Jagoan Tani 2022 pada Maret 2022. Jagoan Tani merupakan ajang tahunan yang digelar Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwang.
Sebanyak 1.015 anak muda dari 203 tim mengikuti ajang itu. Setelah melewati seleksi yang ketat dan proses yang panjang, ia akhirnya dinobatkan sebagai juara ke-4 Jagoan Tani 2022 kategori Rintisan Usaha. Ia sukses meraih juara lantaran juri tertarik dengan konsep nirlimbah atau zero waste yang diterapkan.
Briket kulit kopi juga memiliki keunggulan yaitu menghasilkan suhu stabil, beraroma kopi, tidak beracun, tidak menghasilkan percikan api, dan minim asap. Briket kulit kopi juga tahan lama.
“Setiap 1 kg briket bisa menyala hingga 1,5 jam,” kata Ravin.
Pantas setelah mengikuti ajang itu ada perusahaan dari Semarang, Jawa Tengah, yang tertarik bekerja sama untuk mengekspor 500 kg produk Ravin ke Timur Tengah. Sayang, Ravin terpaksa menolak permintaan itu karena kapasitas produksi relatif sedikit lantaran alat terbatas.
Ia terkendala modal untuk membeli mesin pengempa otomatis demi pengerjaan briket kulit kopi yang lebih cepat. Sumber daya manusia juga menjadi kendala karena saat ini mengandalkan tenaga sendiri.
“Saya perlu orang yang bekerja setiap hari sehingga bisa memenuhi target produksi,” ujar Ravin. Dengan begitu ia bisa memenuhi permintaan ekspor yang belum terpenuhi.