Friday, January 24, 2025

Peluang Minyak Asiri di Pasar Global

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id—Permintaan global terhadap produk kosmetik, perawatan, dan wewangian berbahan alami, menciptakan peluang besar bagi negara-negara penghasil minyak asiri seperti Indonesia.

Hal itu disampaikan Dewan Atsiri Indonesia (DAI)—International Partnership DR. Suprapto, M.Sc., pada webinar bertajuk Perkebunan Outlook: Prospek Bisnis Atsiri di Tahun 2025 oleh Gamal Institute, Kamis (09/01).

Suprapto menjelaskan bahwa semakin banyak merek ternama dunia yang beralih ke bahan baku alami dan hijau, mengusung konsep better planet dan safer product.

Di sisi lain, regulasi di Uni Eropa, seperti Corporate Sustainability Due Diligence Directive (CSDDD) dan EU Deforestation Regulation, mulai efektif berlaku sejak Juli 2024.

Peraturan CSDDD berlaku atas lebih dari 6.000 perusahaan besar Uni Eropa dan lebih dari 900 perusahaan non-Uni Eropa.

Peluang itu turut membuka pasar baru bagi produk minyak asiri asal Indonesia, terutama yang dapat memenuhi standar ramah lingkungan.

“Contoh pilar sustainability meliputi tanah, air, biodiversitas, iklim, dan mata pencaharian. Memproduksi, menanam, dan  mengolah  harus dengan memerhatikan aspek lingkungan, keberlanjutan, sosial, dan biodiversitas,” ungkap Suprapto.

Nilam

Suprapto menuturkan minyak nilam paling menjadi andalan, karena 80% bahkan lebih dari 90% kebutuhan minyak nilam dunia itu dari Indonesia.

“Harga nilam mencapai Rp1,8—2 juta, naik terus sepanjang 2024. Pada 2017—2023 kisaran harga nilam dengan gejolak tidak terlalu besar Rp500—800 ribu. Pada 2024 kenaikan harga luar biasa hampir 3 kali dari harga sebelumnya,” ujar Suprapto.

Suprapto menjelaskan berdasarkan data produksi, berikut adalah analisis keekonomian nilam per hektare.

1. Modal Awal dan Siklus Panen

Untuk lahan 1 hektare dengan benih 25—30 ribu batang, jarak tanam 50 cm x 80 cm. Modal penanaman (persiapan lahan, benih, pupuk, dan perawatan) diperkirakan mencapai Rp25 juta.

Siklus panen dimulai pada bulan ke-6 hingga ke-7 untuk panen pertama, diikuti panen kedua pada bulan ke-10 hingga ke-11, dan panen ketiga pada bulan ke 2—3 tahun berikutnya.

2. Estimasi Hasil

Panen pertama yakni 2% rendemen x 4 ton kering menjadi 80 kg. Panen kedua 2% rendemen x 4 ton kering menjadi 80 kg dan panen ke 3 sekitar 150 kg  dengan asumsi sebagai pendapatan tambahan. Biaya panen dan suling 10—15 juta per ha per panen.

3. Pendapatan Bersih

Dengan asumsi harga minyak nilam Rp700.000 per kilogram. Modal penanaman Rp25 juta dan biaya panen ke 1 dan 2 Rp25 juta per ha. Maka total pendapatan dari penjualan minyak nilam mencapai Rp112 juta. Setelah dikurangi biaya produksi, petani masih dapat meraup keuntungan bersih sekitar Rp62 juta per hektar per tahun.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Aplikasi Anyar Pendeteksi Varietas Cabai

Trubus.id–Tim peneliti di Pusat Riset Sain Data dan Informasi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama Balai Pengujian Standar...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img