Trubus.id—Ikan patin salah satu komoditas potensial. Menurut pembudi daya patin di Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung, Sirkam Efendi pasar patin kian bangkit pascapandemi.
Pasokan Sirkam 30 ton patin saban bulan. Andai Sirkam meningkatkan pasokan hingga 50 ton saban bulan pasar masih bisa menyerap.
“Teranyar ada pabrikan filet baru yang meminta pasokan rutin 20—25 ton saban bulan,” kata Sirkam.
Menurut Sirkam pasar patin terbagi untuk pasar lokal dan pasar pabrik. Pasar lokal menghendaki patin berbobot minimal 400 gram untuk kebutuhan rumah tangga dan rumah makan.
Untuk pasokan pabrik mensyaratkan patin minimal berbobot 700 gram per ekor. Ukuran bongsor lebih memudahkan pengolahan patin menjadi filet.
Pembudidaya patin di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Provinsi Sumatra Selatan, Dr. H. Purwanto, S.Kom., M.M., pun mengatakan, pasar patin masih menjanjikan di masa mendatang. Pasokan Purwanto 25— 30 ton patin setiap 3 bulan.
“Serapan pasar patin di pasar lokal tradisional Kota Baturaja, Kota Palembang, Kota Prabumulih, Tanjung Enim, dan beberapa daerah di Provinsi Sumatra Selatan mencapai 60 ton per hari. Kriteria ikan hidup berbobot 500—800 gram,” kata Purwanto.
Dengan kata lain, pasar patin masih terbuka Lebih lanjut ia menuturkan, pasar patin relatif stabil dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya. Alasannya terdapat beragam segmen pasar serapan patin sehingga harga relatif stabil.
Bahkan patin berbobot lebih dari 800— 1.500 gram bisa untuk pabrikan filet. Jika terjadi fluktuasi harga pun lazimnya hanya 1—2 bulan dan kembali normal.
“Provinsi Sumatra Selatan konsumen terbesar patin karena ragam olahan kuliner patin pun banyak ditemui di sini,” kata Purwanto