Sang tamu lalu menetap di penampang batang vanili. Dampaknya, batang cokelat kehitaman, keriput, dan mengering. Seluruh bagian daun juga menguning dan kering. Vanili berumur setahun itu layu sebelum berkembang. Harapan menuai laba pun musnah.
Tamu tak diundang yang menyambangi kebun Saidi bernama Verticillium dahliae. Buktinya, saat tanaman yang masih hijau dibelah, penampang batang terlihat garis-garis hitam—ciri khas verticillium.Serangan fusarium akan memunculkan garis-garis berwarna cokelat.
Meski sosoknya amat kecil, dampak yang ditimbulkannya amat besar. Hampir separuh dari populasi tanaman di kebun milik Saidi mengering dan mati. “Yang masih tampak hijau hanya 2—3 daun di pucuk tanaman,” papar Prof Dr Bambang Hadisutrisno, ahli vanili dari UGM Yogyakarta, menceritakan hasil kunjungannya.
Seperti halnya fusarium, verticillium juga menyebabkan batang membusuk dan mengering. “Karena itu penyakit yang ditimbulkan juga disebut busuk batang,” papar doktor keluaran ENSA de Montpellier, Perancis, itu.
Serangan verticillium lebih ganas. Padaumur 1—2 tahun, batang membusuk akibat fusarium baru tampak pada 2—3 ruas di atas permukaan tanah. Pembusukan pun seringkali terpencar di beberapa bagian jaringan batang. Sedangkan serangan verticillium membuat hampir seluruh jaringan tanaman busuk dan mati pada umurdi bawah 2 tahun.
Daerah kering
Bambang pertama kali menemukan vanili terserang verticillium di daerahLuwus, Bedugul, Bali, pada 1987. “Di sana saya mendapati beberapa tanaman sakityang gejalanya berbeda dibanding akibat fusarium,” ujar gurubesar epidemiologi penyakit tanaman UGM.
Gejala serupa ditemukan di beberapa sentra vanili di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Wilayah penemuan kebanyakan di daerah dataran tinggi kering bersuhu20—22oC dan kelembapan 60—70%.
Dari sederet temuan itu Bambang berpendapat, layu verticillium banyak menyerang vanili di wilayah Indonesiabagian Timur. Terutama di daerahdaerahpegunungan yang menjadi daerah bayangan hujan. “Di wilayah seperti itu biasanya kondisi iklim kering dan curah hujan rendah,” ungkapnya. Di sanafusarium memang hampir tak ada, tapi justru verticillium yang berkembang biak. Semakin rendah letak kebun, pengaruh verticillium semakin kuat.
Urai pektin
Verticillium dahliae merupakan cendawan imperfecti alias tidak mempunyai stadium sempurna. Ia memiliki konidiofor panjang, bercabang-cabang, dan sebagian cabang membentuk berkas seperti sapu. Konidium tidak berwarna, lonjong, bersel 1, menyebar, dan membentuk kelompok berlendir.
Rahasia dahsyatnya serangan lantaran ia menghasilkan enzim yang memutus rantai pektin pada jaringan tanaman dan membentuk enzim pektinase. Enzimitulah yang menyebabkan dinding-dinding sel vanili menjadi lunak dan terjadi pembusukan jaringan.
Penguraian pektin itu pula yang masuk ke dalam pembuluh batang dan menyumbat aliran air. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat. Tanaman menjadi kerdil, daun layu, menguning, dan mengeriput. “Selain enzim, ia juga menghasilkan senyawa toksik yang meracuni tanaman,” kata mantan dekan Fakultas Pertanian UGM itu. Kondisi itulah yang mempercepat tanaman menemui ajal.
Gejala serangan biasanya mulai terlihat pada 10—14 hari setelah infeksi. Ditandai dengan menguningnya daun-daun di bagian bawah batang. Tiga pekan berselang, pucuk-pucuk tanaman pun layu. Pada tingkat serangan berat hampir semua daun kuning dan kering mulai dari pangkal batang hingga pucuk.
Kurang dukungan
Walau menyeramkan, upaya menekan penyebaran verticillium belum optimal. “Banyak yang menganggap penyakit BBP (busuk batang panili) di Indonesia hanya disebabkan fusarium,” papar Bambang. Itu lantaran Indonesia dianggap memiliki iklim tropis basah. Akibatnya, berbagai penelitian untuk mengatasi masalah busuk batang pun hanya diarahkan pada fusarium.
Dr Mesakh Tombe, peneliti Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Bogor mengaku belum pernahmenemukan verticillium di pertanaman vanili di Indonesia. “Kami sudah berkelilingke berbagai sentra di Indonesia Timur, tapi cendawan itu tidak ditemukan pada vanili,” paparnya.
Menurut Mesakh, selain fusarium, pada vanili juga ditemukan serangan Sclerotium rolfsii. Cendawan itu memunculkan miselium putih di bagian pangkal batang tanaman. “Ia kebanyakan hanya menyerang tanaman di persemaian,” ungkap peneliti penyakit tanaman itu.
Monitor kebun
Untuk mencegah serangan verticillium, kebun harus dipantau rutin. “Kalau memang ada serangan, metode penanggulangan seperti pada masalah fusarium dapat dipakai,” papar Mesakh. Sebab, verticillium, fusarium, dan sclerotium termasuk cendawan tular tanah yang dapatmenimbulkan gejala sama.
Langkah pencegahan lain gunakan bibit tahan penyakit. Tanaman yang menunjukkan gejala sakit langsung dipotong dan dimusnahkan. Untuk menekan perkembangan cendawan, lingkungan akar dapat ditanami paku-pakuan atau diberi serasah daun cengkih. Berikan pula sabut kelapa di pangkal batang, terutama pada musim kemarau, untuk menjamin kelembapan di lingkungan perakaran.
Penggunaan biovaksin juga dibenarkan Mesakh Tombe. Menurutnya, kalau tak ada verticillium lemah, isolat Fusarium oxysporum nonpatogenik juga dapat dipakai. Sebab, “Penelitian di luar negeri membuktikan, isolat cendawan avirulen itu juga efektif mengatasi penyakit verticillium pada berbagai tanaman,” ujar
Mesakh. (Fendy R Paimin)
Panen Emas Hijau di Atap Rumah
Ruang terbuka seluas 10 m x 6 m di dak teratas gudang Harwanto di Temanggung sudah 4 bulan bersalin rupa. Semula di sana menghampar deretan para-para tempat menjemur vanili. Kini kehadirannya digantikan 500 pot terakota berdiameter 40 cm berisi 1—2 sulur vanili. Dua tahun mendatang Harwanto berharap menuai si emas hijau dari atap gudang sendiri.
Pemandangan serupa terlihat di salah satu sudut halaman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) di Bogor. Polibagpolibag hitam berdiameter 40 cm berjejer rapi dengan jarak 80 cm x 80 cm. Vanili setinggi 1,5—2 m tumbuh subur merambat di pipa PVC berlapis ijuk. Dari sanalah Dr Mesakh Tombe, peneliti Balittro, memanen setek untuk bibit.
Cara ala Harwanto dan Mesakh Tombe itu layak ditiru mereka yang ngebet menanam vanili tapi tak punya lahan luas. Atau terlalu sibuk untuk mondar-mandir ke kebun di daerah sentra. Sepanjang di rumah masih ada ruang terbuka yang menganggur, vanili bisa ditanam.
Populasi padat
Mesakh Tombe menanam 160 polibag di luasan 80 m2. Bila ditanam langsung di tanah, paling hanya 42 batang. Populasi lebih padat lantaran menggunakan tiang rambat dari pipa PVC. Pada penanaman sistem konvensional, tiang berupa kayu hidup seperti gamal dan lamtoro. Supayaakar dan tajuk tanaman rambat tak saling bersinggungan, jarak tanam ideal 150 cm x 125 cm.
Populasi lebih banyak bila menggunakan model seperti Harwanto. Sejumlah 500 pot mengisi luasan sekitar 60 m2. Pot-pot terakota atau berbahan karet ban mobil disusun berdempetan di dua sisi. Duaratus limapuluh pot berderet di kanan, sisanya di kiri. Bagian tengah selebar 80 cm dikosongkan untuk lalulalang orang. Pot terakota berdiameter 30 cm diisi 1 sulur; diameter 40 cm, 2 sulur. Wadah tanam berbahan karet ban berdiameter 50 cm mampu memuat 4 sulur.
Dengan ditanam di pot kesehatan tanaman lebih mudah diawasi. Bila ada tanaman sakit, tinggal angkat potnya supaya tidak menulari yang lain. “Lagipula karena ditaruh di dekat rumah, lebih aman dari penjarahan,” tutur Harwanto. Sudah menjadi rahasia umum, belakangan ini vanili jadi tanaman incaran si tangan jahil. Maklum harga si harum melonjak hingga Rp3-juta per kg polong kering.
Sabut kelapa
Vanili ditanam di dalam “greenhouse” sederhana. Bagian atap rumah tanam setinggi 2,5 m berupa shading net 35%. Artinya, intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam hanya 35%, sesuai dengan kebutuhan kerabat anggrek itu. Jaring penaung pun menjadi dinding “greenhouse” ala Harwanto.
Atap terlalu tinggi menyebabkan kelembapan berkurang karena sirkulasi udara lebih lancar. Padahal kelembapan yang dibutuhkan antara 80—90%. Seorang hobiis di Jakarta menggunakan ketinggian hingga 4 m. Dampaknya tanaman kerdil.
Media tanam berupa campuran tanah dan pupuk kandang terfermentasi. Perbandingan 2:1 atau 1:1. Media lain yang dapat dipilih cocopeat. Di atas media, Harwanto menumpukkan potongan sabut kelapa. Ia berfungsi menahan air sehingga kelembapan media terjaga. “Nantinya akar juga berpegangan pada sabut kelapa,” kata Sidik, adik Harwanto.
Sebelum penanaman, siapkan tiang rambatan. Mesakh Tombe memilih pipa PVC yang dicor dan dibenamkan sedalam 30 cm ke tanah. Polibag atau pot disandarkan di tiang itu.
Harwanto memanfaatkan kayu kopi mati yang ditancapkan ke media atau disangga kayu lain yang melintang di tengah-tengah pot. Sayang, lanjaran kayu rantan serangan rayap. Tiang beton awet tapi harga lebih mahal; besi mudah berkarat. Tiang rambatan diselimuti ijuk supaya akar vanili nantinya gampang menempel di situ. Selain itu ijuk menahan air yang berguna buat akar.
Lubang kecil
Setelah media dan tiang rambatan siap, bibit ditanam. Bibit sehat berumur 3 minggu sudah layak pakai. “Dengan perawatan tepat vanili bisa berproduksi 10—20 tahun,” tutur Mesakh. Perawatan tidak rumit sehingga dapat dilakukan sebagai hobi.
Supaya kebutuhan hara tanaman terpenuhi, setiap 6 bulan dibenamkan 0,5 kg pupuk kandang terfermentasi. Harwanto menambahkan penggunaan rabuk kimia dengan menyemprotkan pupuk daun, misal Growmore atau Hyponex setiap 6—8 hari. Dosis masing-masing 4 dan 6 sendok the yang dicampur dalam 15 liter air. Di antara waktu itu pestisida disemprotkan.
Vanili membutuhkan cukup air tapi tak suka genangan. Supaya air tak menggenang di polibag, buat lubang-lubang kecil di dasar dan sisinya. Pot terakota dan karet ban mobil pun harus memiliki lubang pembuangan. Bila ada genangan di lantai segera dibersihkan.
Pada kemarau penyiraman cukup 2—3 hari sekali. Dosis 1 liter yang diguyurkan ke media dan lanjaran. Memasuki musim hujan penyiraman hanya bila dibutuhkan. Untuk alasan kepraktisan, boleh saja menggunakan dengan irigasi tetes. Tentu dibutuhkan biaya lebih mahal.
Pemangkasan
Perawatan yang tidak kalah penting ialah pemangkasan. Pemotongan sulur dilakukan saat anggota famili Orchidaceae itu akan berbunga. Kira-kira tanaman berumur 2 tahun. Gunakan alat steril agar luka tidak menyebabkan infeksi.
Pemangkasan juga dilakukan pada sulur yang sudah menghasilkan buah karena tidak akan berproduksi lagi,” kata Mesakh. Lalu sulur dari atas ditarik dan dimasukkan ke dalam media. Dengan cara itu, sulur produktif tersedia terusmenerus. Selain itu sosok tanaman tetap ramping.
Nah, Anda yang memiliki halaman cukup luas di rumah silakan tiru cara mereka. Sambil iseng-iseng berkebun, tak terasa tahun bergulir. Tahu-tahu emas hijau siap dipanen. (Evy Syariefa/Peliput: Fendy R Paimin)