Pencinta Florikultura Indonesia (PFI) aktif memperkenalkan tanaman hias kepada masyarakat melalui pameran, edukasi, dan promosi.
Trubus.id—Indonesia mempunyai keberagaman jenis tanaman hias yang bisa menjadi potensi ekonomi. Oleh karena itu, florikultura Indonesia diharapkan mampu mengambil peran dan menguasai pasar internasional lewat berbagai varietas tanaman yang diminati masyarakat global. Salah satu cara memperkenalkan potensi tanaman hias Indonesia melalui pameran.
Pencinta Florikultura Indonesia (PFI) pun menggandeng Dyandra Event Solutions dan bekerja sama dengan Indonesian Aroid Society (IAS) untuk menyelenggarakan Floriculture Indonesia International (FLOII) Expo supaya terwujud wadah untuk memperkenalkan kekayaan flora Indonesia.
FLOII Expo juga menjadi wadah bertemunya para pencinta, praktisi, pengamat, hingga akademisi yang berkecimpung di budi daya tanaman hias untuk membangun ekosistem industri tanaman hias yang solid dan berkelanjutan di Indonesia.
FLOII Expo
FLOII Expo 2024 menjadi penyelenggaraan ketiga kalinya yang berlangsung di Hall 3, ICE BSD Tangerang. Sebelumnya, telah sukses terselenggara FLOII Convex 2022 yang menghadirkan lebih dari 5.000 pengunjung dan total transaksi mencapai Rp4,5 miliar dengan penjualan lebih dari 4.000 tanaman. Pada FLOII Expo 2023, nilai transaksi meningkat hingga 100%.
FLOII Expo 2024 akan digelar selama empat hari, 5—8 Desember 2024. Tahun ini FLOII mengusung tema Evolutionary & Revolutionary Elegance: The Beauty of Genetic Diversity in Floriculture.
FLOII Expo ingin menggambarkan bagaimana mutasi genetik berperan dalam menciptakan varietas tanaman hias yang unik dan memikat. Pengunjung bisa melihat hasil mutasi genetik secara langsung dan diharapkan bisa menginspirasi dan mendorong inovasi di industri tanaman hias.
Kondisi pasar dalam negeri memang sempat menurun pasca-booming saat pandemi Covid-19. Meski demikian, potensi pasar tetap besar karena banyak tanaman hias lokal diminati pembeli dari berbagai negara. Sejauh ini tercatat exhibitor asing yang akan datang berasal dari Taiwan, Malaysia, Vietnam, Kamboja, Singapura, Thailand, Fillipina, Tiongkok, dan Amerika Serikat.
Tanaman hias di Indonesia yang beragam memang menarik minat pasar mancanegara sehingga menjadi komoditas potensial untuk ekspor. Selama 2020—2022, ekspor tanaman hias terus mengalami kenaikan yang signifikan.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian pada Januari—Juli periode 2020—2022, jumlah ekspor tahun 2020 di angka 2,980 juta kg, kemudian 2021 sebesar 3,414 juta kg, dan 2022 sebesar 4,468 juta kg. Jadi, ekspor tanaman hias naik hampir dua kali lipat.
Dalam kurun waktu Januari—Juli 2022, nilai ekspor tanaman hias sudah mencapai Rp1,3 triliun yang berasal dari 207 jenis tanaman hias. Eropa merupakan pangsa pasar dengan permintaan terbanyak yang disusul Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Korea, Uni Emirat Arab, dan Eropa Timur. Indonesia berpeluang untuk memperkuat posisinya sebagai pemasok florikultura di dunia.
Profesional
Namun, banyak tantangan yang harus dihadapi untuk menjamin keberlangsungan bisnis florikultura. Sebut saja konservasi keanekaragaman hayati, praktik budi daya dan penanganan tanaman hias yang baik, personel yang kompeten, dan regulasi ekspor. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan dan regulasi yang melindungi dan menjamin terwujudnya industri florikultura yang berkelanjutan dan ekosistem yang sehat.
Semua itu dapat membawa Indonesia menjadi negara yang terkenal di dunia sebagai industri florikultura yang bereputasi baik. Untuk itulah PFI menyelenggarakan berbagai kegiatan lain seperti pelatihan, workshop, talkshow, dan kontes.
Perhimpunan Florikultura Indonesia, yang pada 2023 berubah nama menjadi Pencinta Florikultura Indonesia (PFI), didirikan di Bogor, Provinsi Jawa Barat, pada 5 Mei 2000. PFI memiliki anggota dengan berbagai macam profesi yang berkaitan dengan tanaman hias seperti petani, pengusaha, pedagang, pencinta, penggemar, pemulia, dan ilmuwan.
PFI bersifat profesional dan nonpolitis serta tetap mengutamakan segi sosial dan ekonomi. PFI membangun kerja sama yang baik dengan berbagai pihak seperti pemerintah, petani, pengusaha, dan berbagai organisasi lain yang bergerak dalam bidang yang berkaitan.
PFI dan berbagai pihak itu bersama-sama melakukan pendidikan, membangkitkan apresiasi kecintaan masyarakat terhadap tanaman hias, serta menyosialisasikan sistem budi daya maupun perkembangan tanaman hias masa kini.
Tanaman hias dipilih karena perawatannya mudah, tidak butuh lahan luas, pilihan jenisnya banyak, dan penampilannya menarik. Contohnya aglaonema, sansevieria, anthurium, philodendron, dan platycerium atau paku-pakuan.
Tanaman hias tidak hanya sebagai komoditas penyalur hobi yang memberikan efek keindahan dan kesehatan, tetapi juga menjadi peluang bisnis untuk bisa menjadi solusi ’’kantong sepi’’ akibat pandemi. Bahkan banyak pembudidaya tanaman hias yang taraf ekonominya meningkat dengan memulai bisnisnya dari lahan pekarangan yang ukurannya sekitar 6 m2. (Rosy Nur Apriyanti, Ketua Pencinta Florikultura Indonesia)