Tuesday, February 11, 2025

Penyebab Kekeringan dan Langkah Mitigasi yang Bisa Dilakukan

Rekomendasi
- Advertisement -

Trubus.id — Indonesia merupakan negara yang memiliki dua musim. Musim penghujan dan musim kemarau. Kekeringan menjadi dampak dari musim kemarau yang kerap mengkhawatirkan para petani di Indonesia.

Prof. Asep Sapei, dosen dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB), menjelaskan, kekeringan merupakan periode di mana suatu wilayah kekurangan air dalam waktu yang cukup lama.

Sebagian wilayah Indonesia dapat mengalami kekeringan dan sebagian yang lainnya tidak mengalami. Bahkan, pada daerah-daerah basah, di saat musim kemarau, seringkali tetap mengalami kekurangan air.

“Periodenya dapat bervariasi, bisa berminggu-minggu hingga berbulan-bulan,” kata Asep.

Mengutip dari laman IPB University, Asep mengatakan, penyebab utama kekeringan adalah curah hujan yang rendah di suatu daerah ataupun karena siklus hidrologisnya. Sebagian air hujan akan mengalami retensi, detensi, atau run-off. Fungsi-fungsi ini mengalami perubahan, sehingga hujan yang jatuh sebagian besar menjadi run-off dan keluar dari daerah tersebut.

Asep menambahkan, fenomena El Nino di Kawasan Pasifik semakin memperparah kekeringan yang terjadi. Secara garis besar, menyebabkan uap air di kawasan Indonesia berkurang karena bergerak ke arah berlawanan. Hujan yang biasa terjadi di musim kemarau menjadi berkurang.

Menurutnya, El Nino muncul dua hingga lima tahun sekali. Tahun 1997 tercatat sebagai musim kekeringan terparah di Indonesia. Akibatnya, produksi beras nasional menurun hingga 30 persen.

Klasifikasi kekeringan dapat ditinjau dari curah hujan di bawah normal. Klasifikasi lainnya ditinjau dari kekeringan pertanian. Kekeringan pertanian ini akan didahului oleh kekeringan meteorologis. Kategorinya dipersempit lagi ke dalam tiga kategori, yakni kering, sangat kering, dan amat sangat kering. Ini ditinjau dari tingkat kekeringan daun.

“Sedangkan kekeringan hidrologis dikategorikan berdasarkan kurangnya pasokan air. Baik air permukaan maupun air bawah permukaan. Tidak hanya ditinjau dari air di sektor pertanian, namun penggunaan air untuk keperluan domestik dan industri,” papar Asep.

Lebih lanjut, Asep menyampaikan ada juga istilah kekeringan sosial ekonomi. Biasanya, terjadi setelah peristiwa kekurangan air untuk sektor pertanian dan sektor lainnya sehingga berdampak kepada kehidupan dan aspek sosial dan ekonomi.

Langkah mitigasi yang bisa dilakukan adalah dengan pengelolaan air hujan yang jatuh sehingga dapat dimanfaatkan pada saat musim kemarau. Menurut Asep, pengelolaan ini terbagi menjadi dua, yaitu secara teknis dan nonteknis.

Secara teknis, dapat dilakukan dengan vegetasi yang mampu menambah daya intersepsi, detensi, dan filtrasi. Bangunan yang diperuntukkan retensi air hujan juga dapat diterapkan atau diistilahkan dengan rain water harvesting.

Bangunan ini dapat berupa embung, kolam kecil, parit, atau waduk. Selain itu, dapat juga dengan memanfaatkan lubang biopori, sumur resapan, dan sumur injeksi. Penerapan hujan buatan atau monitoring penggunaan air pun dapat dilakukan.

“Sedangkan dari sisi nonteknis berkaitan dengan regulasi dan budidaya masyarakat sehingga dapat melakukan konservasi air dari sisi penyimpanan dan penggunaannya,” terang Asep.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Anggur Berbuah Lebat dan Artistik

Trubus.id–Anggur berbuah lebat nan artistik memanjakan setiap mata yang memandang. Termasuk saat memasuki rumah tanam milik Dody Kusuma sangat...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img