Trubus.id-Kebutuhan pepaya untuk konsumsi harian salalu ada. Baik pasar tradisional maupun pasar modern. Rata-rata secara keseluruhan konsumen menghendaki pepaya yang memiliki cita rasa manis. Menurut pekebun dan pemasok buah di Kota Jakarta Utara, Tatang Halim, “Rasa manis itu yang paling utama.”
Selanjutnya konsumen mempertimbangkan aroma buah. Saat dicium aroma buah tidak terlalu menyengat. Kemudian saat dibelah daging buah terlihat merah dan menarik. Teksturnya padat punel. Cita rasa dan tekstur pepaya kesukaan konsumen itu tidak lepas dari proses budi daya yang tepat.
Selain budi daya yang tepat, proses panen juga harus diperhatikan. Misalnya untuk mendapatkan buah matang sempurna perlu memerhatikan umur panen yang tepat. Umur panen buah sangat berpengaruh terhadap kualitas buah yang diahasilkan. Pekebun harus mengetahui tingkat kematangan buah yang diinginkan oleh konsumen.
Tatang memetik pepaya apabila sudah terlihat garis merah. Minimal terdapat 3 garis merah pada kulit. Garis merah harus terlihat jelas bukan hanya sekadar remang-remang. Tatang selalu memperoleh permintaan pepaya hasil budi daya lokal. Menurut Tatang untuk mempertahankan keberlanjutan jangka panjang, perlu adanya standar operasional prosedur (SOP).
Baik SOP budi daya serta penanganan pascapanen yang baik. Kualitas buah memang sulit seragam. Tidak mungkin hasil panen memiliki ukuran yang sama semua. Untuk itu perlu dilakukan grading. Tujuannya untuk menghasilkan ukuran buah yang seragam.
Selanjutnya buah yang seragam itu dikelompokkan ke dalam kelas yang sama. Misalnya kelas A untuk pasar modern. Sementara kategori B dan C masuk kelas tradisional. Melalui pengelompokan itu otomatis pendapatan pekebun akan meningkat pula. Pengemasan dan pendistribusian yang tepat juga tidak boleh diabaikan untuk memastikan produk tetap utuh.