Namun, Somsong Saengtawan, pekebun jeruk besar di Samut Songkhram, Thailand, terus meyakinkan. Sepotong daging buah akhirnya dikunyah. Ya, ampun… manis nian pamelo itu.
Getir dan pahit yang lazim dirasakan saat menikmati pamelo di tanahair juga sirna. Khaw yai benar-benar lembut, renyah, dan manis. Meski kadar air tinggi, ketika dikupas tetap kering dan tak mudah rontok. Keistimewaan lain, komoditas andalan Provinsi Samut Songkhram itu tak berbiji. Ia juga tahan simpan hingga 60 hari sejak petik. Memang saat itu kulit tampak layu, tapi daging buah tetap segar.
Ketika panen raya tiba—Februari—Mei—harga sekilo pamelo 25 baht atau setara Rp6.250. Bobot sebuah pamelo 1,5—2 kg. Artinya harga per buah mencapai Rp9.500—Rp12.500. Di provinsi yang terletak di baratdaya Bangkok itu anggota famili Rutaceae dikembangkan besarbesaran. Somsong Saengtawan, misalnya, membudidayakannya seluas 1 ha dengan populasi 250 tanaman.
Pria separuh baya itu memanfaatkan bibit cangkokan. Tiga tahun setelah tanam, pamelo akan berbuah. Produksi perdana sekitar 3—5 buah per pohon. Seiring dengan bertambahnya umur tanaman, produksi pun meningkat menjadi 60 kg/pohon pada umur 5 tahun; 200 kg (10 tahun). Saat ini, pekebun yang menerapkan pertanian organik itu bisa memperoleh 300—400 kg buah dari pohon berumur 28 tahun.
Varietas lain yang dikembangkan Th ailand adalah khaw thong di. Ia andalan Provinsi Nakhon Pathom, baratlaut Bangkok. Penampilan fi sik buah mirip khaw yai, bentuk bulat dan besar. Di balik kulit hijau tua, muncul daging buah yang merah muda. Rasanya manis. Kulit ari melekat pada daging buah dan lebih juicy dibanding pamelo andalan Samut Songkhram.
Pamelo taiwan
Taiwan juga membudidayakan pamelo manis, ma-tou dan white. Yang disebutkan pertama bentuknya sangat unik, mirip botol arak Cina sehingga mudah dibedakan. Bagian pangkal dan tengah membulat, kemudian langsung mengerucut di ujung buah sehingga seakan-akan ada putingnya.
Rasa buah ma-tou manis, tidak getir, dan juicy. Ukuran buah kecil, bobotnya hanya 200 g. Warna kulit dan daging buah mirip khaw yai: hijau kekuning-kuningan dan kuning pucat. Sayang biji masih ditemukan, walau jumlahnya sedikit. Harga per kilogram 120 NT setara Rp36.000. Ia berasal dari Kaohsiung. Daerah yang terletak di Selatan Taipei itu dapat ditempuh dalam waktu 5 jam dengan kendaraan.
Jenis wen-dan—sebutan pamelo di Taiwan—lainnya, white. Daging buah berwarna putih, rasa lebih manis dibandingkan ma-tou. Tidak getir dan sedikit asam. Di antara jenis jeruk bali—sebutan di Indonesia—lainnya, white lah yang paling enak. Pantas jika jeruk besar itu harganya paling mahal, di atas 120 NT/kg atau Rp36.000/kg. Sifat buah sama dengan ma-tou, berbiji. Bentuk buah bulat dengan diameter 15 cm. Kulit ari mudah dikupas. Si “putih” merupakan pamelo andalan Tainan, Taiwan. Panen besar pada September—Oktober. Kulit tipis, hanya setebal 1 cm, jenis lain 2 cm.
Tak hanya white yang berasal dari Tainan. Red asli daerah yang ditempuh 3 jam perjalanan dengan kendaraan dari Taipe. Mirip white, nama red juga diberikan lantaran daging buah berwarna merah menyala. Rasa buah manis, tetapi sedikit getir. Ukuran buah besar, bobot rata-rata 1,5—2 kg. Kebun pamelo jenis red dan white banyak dijumpai di sepanjang jalan pusat kota Tainan.
Selain pamelo berbiji, ternyata Taiwan pun memiliki jenis tanpa biji. Kulit buah hijau kekuning-kuningan. Warna daging buah kuning agak merah muda. Meskipun sama seperti khaw yai, nonbiji, tapi dari segi rasa sangat berbeda. Jeruk besar asal Taiwan itu rasa buahnya sama seperti yang ada di Indonesia, agak pahit. Karena itulah wajar bila harganya murah hanya 60—70 NT/ kg atau Rp18.000—Rp21.000. Wen-dan itu berasal dari daerah yang sama dengan ma-tou, Kaohsiung, Taiwan. (Rosy Nur Apriyanti/Peliput: Bertha Hapsari)